CP 6

39.2K 2.4K 19
                                    



Happy Reading🌱


Ana menengok ragu ke dalam pintu belakang dhalem.

Tampak aktifitas sangat sibuk pagi itu.

Ada beberapa orang yang memasak, sebagian lagi memotong-motong sayur yang masih terlihat segar.

Ada juga beberapa santri putra yang terlihat mondar-mandir membawa bahan-bahan makanan yang baru datang dari luar.

Seorang wanita paruh baya datang menghampiri Ana yang tengah memegang piring ber asitektur turki itu.

"Ada apa mbak?" tanyanya kemudian.

Ana tersenyum seraya menyodorkan piring yang dipegangnya.

"Loh, kok bisa ada di kamu?"

"Iya, semalem ada yang ngasih saya makanan, Makanya saya mau balikin sekarang"

Wanita peruh baya tersebut mengerutkan alis, merasa tak percaya.

"Siapa?" tanyanya lagi.

"Abdi dhalem putra" jawab Ana.

"Abdi dhalem putra?" Ana mengangguk.

"Siapa namanya?"

Kali ini Ana menggeleng

"Saya tidak tahu namanya bu, tapi kalau saya ketemu sama orangnya pasti saya kenal"

"Kalau begitu coba ikut saya!" ajak wanita berjilbab hitam tersebut seraya melangkah menuju tempat berkumpulnya orang sibuk tadi.

Ana mengikuti langkah wanita tersebut dengan berdebar, Berharap ia bisa bertemu dengan orang yang semalam telah bertemu dengannya dan memberikannya nasi.

Pikirannya berkecamuk, Jika abdi dhalem tersebut benar-benar ada di sana, apa tidak apa-apa jika dia berkata jujur? Apa tidak akan ada sanksi untuk pemuda tersebut? Atau malah akan menyeretnya ke sebuah masalah yang lebih besar lagi?

"Coba perhatikan! Yang mana diantara mereka yang ngasih kamu makanan?"

Tunjuk si ibu paruh baya terhadap abdi dhalem putra yang mondar-mandir maupun yang lagi membantu membersihkan ikan di dalam ruangan tersebut.

Ana menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tidak ada?" Tanya si ibu.

Ana menggeleng lagi.

"Buuu, minumnya sudah siap kah? Tamunya sudah datang!"

seorang pria tiba-tiba berdiri di belakang Ana. Membuatnya terkejut, Cepat ia menoleh ke arah pria yang benar-benar sukses membuat jantungnya makin berdebar kencang.

"Oh.. ini .. ini orangnya bu!" tunjuk Ana ke arah pria yang kini ada di depannya.

Pandangannya tertuju pada si ibu paruh baya yang tengah mengangkat piring yang dipegangnya.

"Oooo... ya sudah kalau begitu, kamu bisa keluar sekarang!" ujar si ibu dengan pandangan mengarah ke arah pria di belakang Ana yang tengah meletakkan telunjuknya di depan bibirnya.

"Beneran bu? Tapi..." Ana menoleh ke arah pria yang kini tengah menyembunyikan salah satu tangannya di belakang telinganya.

"...dia tidak akan kena masalah kan?" tanyanya cemas.

"...."

"Bukan gitu, sebenarnya ini salah saya. Saya yang meminta makanan semalem karena bener-bener lapar, Dia hanya berbaik hati saja, Jadi kalau akan ada sanksi seperti sanksi mencuri, limpahkan saja pada saya ya, dia tidak ada sangkut pautnya dengan ini!"

Cinderella Pesantren༊*·˚ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang