part 66 "Mian.. "

12.2K 1.1K 300
                                    

Special hari terakhir PO cetakan ke 4 nih.

Aku kasi full satu part terakhir.

Next part udah sisa setengah ya. Nextnya lagi nggak tau.

Yukk ikutan PO biar bisa baca full.




Happy Reading 🌵






“Kak Bagus minta maaf, Ana!”

“Kenapa?”

“Karena Kak Bagus punya rasa yang lebih dari seorang kakak buat Ana!”

Ana menoleh ke arah Bagus. Pandangan matanya yang tak pernah sekalipun berani menatap Bagus lagi, kini malah saling bersitatap dengan Bagus. Memecahkan tanya yang selama ini enggan ia cari kebenarannya.

Walau hanya dengan prasangka, ia sama sekali tak ingin kedekatannya dengan Bagus akan berubah dengan adanya perasaan itu. Dan kini, Bagus mengatakan perasaannya tanpa berkedip sedikitpun padanya.

“Tapi bukan itu intinya sekarang. Kak Bagus lebih suka Ana di sini. Kak Bagus gak suka ditinggalkan tanpa kabar. Walaupun, Kak Bagus tau, kalau hati Ana dari awal memang tidak untuk Kak Bagus.” Bagus tersenyum seraya mengalihkan pandangannya ke arah kolam.

Ana menunduk. Ada rasa bersalah dihatinya. Hati yang tak lagi bisa egois karena ingin membalas dendam perlakuan Bagus yang juga meninggalkannya tanpa kabar dulu.

“Kak Bagus pingin bilang, kalau Kak Bagus kangen. Tapi mungkin, itu sudah tak seharusnya Kak Bagus katakan. Ana sudah di khitbah, dan haram hukumnya bagi laki-laki lain menginginkan perempuan yang sudah menerima pinangan dari orang lain.”

Ana semakin menunduk. Ada bening kristal yang mulai menunggu untuk keluar dari kelopak matanya. Bagus mengeluarkan sebuah kotak yang dulu pernah Ana tinggalkan untuknya. Ia meletakkannya di meja yang menjadi pembatas dari kursi mereka.

“Ambillah, sejak awal, gelang ini memang Kak Bagus buat untuk Ana. terlepas dari perasaan Kak Bagus, Kak Bagus pingin Ana menyimpannya. Setidaknya, untuk kedekatan kita selama ini.”

Ana meraih kotak itu dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya. Membuka dan melihat isinya. Gelang yang juga dirindukannya saat di pesantren.

“Ana, sudah tau calon suami Ana?” tanya Bagus.

Ana menjawabnya dengan anggukan. Bagus tersenyum, antara sedih dan bahagia.

“Siapa namanya?” dengan gigi yang sedikit rapat Bagus bertanya, menahan air matanya.

“Gus Fahmi,” Ana menjawab lirih.

Bagus tersenyum seraya membuang mukanya ke arah yang berlawanan dengan Ana.

menyembunyikan luka hatinya yang masih tak sepenuhnya kering.  Ia menarik tangannya ke arah pipi. Mengusap air matanya yang sudah jatuh dengan jempolnya.

“Subhanallah, kalau jodoh memang gak akan kemana.”

Ana tak berani mengangkat wajahnya. Ia terus menundukkan kepalanya.

“Acaranya besok?”

Ana mengangguk.

“Ana, gak ngundang Kak Bagus?”

“Maafin, Ana, Kak!”

“Ha,ha, kenapa harus minta maaf? Apa Ana takut, Kak Bagus akan ngancurin acaranya?” canda Bagus.

Cinderella Pesantren༊*·˚ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang