CP 22

29.9K 1.9K 90
                                    

Hello everyone!

Pasti udah pada nungguin kisah ansori yaang udah lama ga tayang,  cus Mumpung malam minggu ansori temenin ya... 

Langsung saja.... 

Happy Reading 🌱


"Apa karena kamu menyukaiku, Anshori?"  tanya Ana.

Gus Fahmi terkejut mendengar pertanyaan Ana. Ia kembali menatap ke dalam mata Ana yang juga mencoba mencari jawaban dari mata Gus Fahmi.

"Kalau tidak, kenapa harus marah? Makanlah cokelat itu, percaya atau tidak  cokelat itu benar-benar bisa membuat hati kita tenang." Ana berlalu meninggalkan Gus Fahmi yang belum sempat menjawab pertanyaannya lalu kembali menghampiri Bagus dan Ning Aisy.

"Bicara apa?" tanya Bagus sesampainya Ana di dekatnya. 

Ana menggeleng.

"Ana, plester lukanya dibuka ya, biar kena air laut." tawar Bagus.

Ana mengangguk. 

Bagus membuka plester luka Ana sambil berjongkok. Lalu mulai menyiramkan air laut ke kaki Ana perlahan-lahan. 

Ana menggigit bibirnya seraya menempatkan tangannya di bahu Bagus.

"Bukannya malah akan infeksi?" tanya Ning Aisy yang juga meringis di dekat Ana. 

Seolah merasakan perih yang di rasa Ana. 

Bagus menjawabnya dengan gelengan.

"Air laut sangat ampuh untuk menyembuhkan luka," Jawabnya kemudian.

"Makanya, kalau hatinya lagi luka, mendingan nyeburin diri ke laut" sambung Ana.

"Hahahhahaha." sontak ketiganya tergelak.

Gus Fahmi menatap gelak tawa itu. Hatinya begitu perih melihat kedekatan Ana dengan Bagus.

Mungkinkah dia cemburu? mApa yang mereka bicarakan hingga mereka tampak sebahagia itu? Tidak bisakah Ana untuk tidak menempatkan tangannya di bahu laki-laki lain? Walau laki-laki itu adalah saudaranya.

"Astaghfirullah...ya Allah." serunya pelan sambil menarik nafasnya dalam-dalam. 

Ia memilih untuk pergi dan menghabiskan waktu di mobil saja dengan mengaji. 

Setidaknya ia tidak perlu merasa perih melihat kedekatan Bagus dan Ana lagi.


_BFA༊*·˚


"Kak Bagus berapa lama mau disini?" tanya Ana sambil membantu Bagus menurunkan barang-barang dari Bagasi. 

Gus Fahmi yang ikut membantu menurunkan barang menoleh ke arah mereka. 

"Belum tau, tergantung kontraknya." Bagus mencoba menggoda Gus Fahmi.

Beberapa khodam laki-laki datang membantu membawakan barang-barang mereka. 

Ning Aisy mengikuti langkah khodam yang memasuki dhalem.

Sementara Ana beralih ke samping mobil lalu menuliskan sesuatu di selembar kertas.

Ia melipatnya sebentar, lalu berjalan ke arah Gus Fahmi. 

"Ini." lipatan kertas itu terulur ke arah Gus Fahmi. 

Bagus melewatinya tanpa melirik sedikitpun pada mereka.Dia sibuk dengan barang bawaan di tangannya.

Gus Fahmi menerima lipatan kertas itu ragu.

Cinderella Pesantren༊*·˚ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang