CP 31

26.7K 1.8K 57
                                    

Sebelum mulai cerita ini, aku saranin sambil dengerin lagu "armada - Harusnya Aku " dijamin makin nyesek🤧🤧

Happy reading🌱

                                    

"Kak Fahmi kenapa?”

Tanya Aisy saat Gus Fahmi mengantarkan beberapa kue buatan Uminya.

“Kenapa?”

“Kak Fahmi seperti tidak bersemangat.”
Gus Fahmi tersenyum sambil menggeleng.

Ia tak menyangka akan sejelas itu.

“Liburan sudah hampir, apa agenda Kak Fahmi?”

“Emh.. mungkin menghadiri setiap acara FKS di setiap daerah yang dekat-dekat.”

“Apa itu?”

“Forum Komunikasi Santri. Biasanya di dalamnya berisi kegiatan-kegiatan sosial, itu kata Bagus.”

“Wah, bagus dong. kalau Aisy ikut boleh?”

“Nanti Kak Fahmi kabarin.”

“Oya, Kak Azmi ternyata suka sama Ana.”

Gus Fahmi tampak terkejut. Ia terdiam menatap Ning Aisy.

Ning Aisy yang semula tersenyum mulai merasa tidak enak dengan tatapan itu.

“Kenapa Kak?”

“Apa ... Kak Azmi berniat untuk mengkhitbah Ana?” tanya Gus Fahmi lirih.

“Sepertinya begitu, tapi katanya masih ingin kenal Ana dulu. Tidak biasanya juga Aisy lihat Kak Azmi begitu sama wanita.”

“Paman dan Bibi ?”

“Mereka menyerahkan semua keputusan sama Kak Azmi. Makanya Kak Azmi masih berusaha untuk taaruf dulu sama Ana.”

“Aisy, Kak Fahmi pamit dulu! Ada sesuatu yang harus Kak Fahmi urus. Salam buat Paman dan Bibi, Kak Fahmi buru-buru ya!” Gus Fahmi bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan Aisy yang masih tertegun melihat sikap Kakak sepupunya itu.


_BFA༊*·˚


“Assalamu’alaikum Ana?” Gus Azmi bangkit dari duduknya.

Semua mata sontak beralih ke arah Ana.

Beberapa detik kemudian mulailah terdengar beberapa bisikan di sekitar Ana.

“Mana tugas kamu?” Gus Azmi menadahkan tangannya ke arah Ana.

Dengan ragu Ana menyerahkan tugas yang ada di tangannya.

“Sudah cukup berarti. Lalu bisakah saya meminta kalian untuk bubar?”

Koor panjang terdengar dari kelompok mahasiswi sebelum mereka membubarkan diri.

Ana yang masih terlihat bingung ikut memutar badannya hendak pulang.

Namun gamis yang nyaris mengepel lantai itu sengaja diinjak oleh Gus Azmi. Ana mengerutkan alisnya seraya menatap ke kaki Gus Azmi yang tengah menginjak gamisnya.
Gus Azmi tersenyum.

“Bisa bicara sebentar?” tanyanya kemudian.

Ana mengibaskan gamisnya dengan kesal.

“Kalau mau bicara bukan gini caranya, kalau sampai najis bagaimana? Baju ini juga aku pakai untuk sholat!” tegas Ana.

Lina mendekat ke arah Ana. Khawatir Ana akan salah lagi dalam bersikap.

“Kalau memang bajunya mau dipakai untuk sholat, harusnya kamu bisa berhati-hati dalam menjaga najis. Kalau begitu, disepanjang jalan masih yakin gak ada najis yang nyangkut?”
Ana makin kesal.

Cinderella Pesantren༊*·˚ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang