CP 17

31.3K 2K 74
                                    

Happy Reading🌱


Lina membenarkan jilbabnya sambil bercermin.

Sementara Ana tengah duduk memperhatikannya.

"Kita mau kemana?" tanya Ana.

"Mulai dateng kesini, kamu belum pernah aku ajak ke makam Mbah Yai kan?"

"Makam Mbah Yai?"

"Kalau disini namanya Astah, makam pengasuh dan pendiri pondok pesantren ini. Biasanya kalau kita lagi galau, kita mainnya kesana. Ngaji, tawassulan. Ngarep berkah dan ketenangan hati dengan berdoa di sana, yuk!"

"Tempatnya di mana?"

"Di ujung Musholla, bersebelahan juga dengan masjid."

Lina yang sudah siap berangkat langsung menarik tangan Ana keluar.

"Cuacanya mendung Lin, nanti kalau hujan bagaimana?" ujar Ana sambil melihat ke langit.

"InsyaAllah gak, hayuk buruan!"


_BFA༊*·˚


"Mau kemana le?" tanya Nyai Sa'diyah saat melihat Putra semata wayangnya meraih surban di dekatnya.

Ning Aisy yang saat itu tengah duduk di samping Bu Nyai juga beralih memperhatikan Gus Fahmi.

"Fahmi ke Astah dulu ya Mi, rindu Mbah!"

Terlihat jelas dari suaranya bahwa Gus Fahmi tidak sedang baik-baik saja.

Tanpa mendengar jawaban dari Uminya, Gus Fahmi melangkah keluar dari ruang tengah.

"Tadi bukannya dia masih baik-baik saja nduk? Kenapa sekarang wajahnya jadi begitu?" tanya Bu Nyai Sa'diyah pada Ning Aisy.

Ning Aisy menggeleng tak mengerti.

"Aisy juga tidak mengerti Bi, tadi setelah Kak Fahmi nyuruh Aisy pulang duluan, sepertinya masih baik-baik saja. Apa mungkin ada masalah dengan dua santri yang tadi nabrak Aisy?"

"Santri yang nabrak Aisy?"

"Iya, tadi Aisy pulang dengan belepotan jus kan? Itu karena ditabrak santri Bi."

"Santri putra?"

"Putri."

"Santriwati?"

Ning Aisy mengangguk.

"Bibi tidak mengerti," ujar Bu Nyai.

"Tadi Kak Fahmi masih ngobrol dulu sama dua santriwati itu Bi pas Aisy pulang."

"Apa yang mereka bicarakan?"

"Aisy juga tidak tau Bi, tapi sepertinya Kak Fahmi kenal sama wanita itu."

"Kenal? Tidak mungkin nduk, Kak Fahmimu itu jarang keluar dan berkomunikasi sama yang lain kecuali pengurus pesantren."

"Mungkin pengurus pesantren."

"Aisy masih ingat sama wajahnya?"

"Emh.. Mungkin kalau bertemu masih ingat, tapi tidak yakin juga. Karena tadi Aisy tidak terlalu memperhatikan."

Terlihat raut kecemasan di wajah Bu Nyai Sa'diyah.

Tangannya pun nampak saling terpaut, seolah mencari ketenangan dengan tiap gerakan jari jemarinya.

_BFA༊*·˚


Ana dan Lina memasuki areal makam.

Mereka disambut oleh beberapa ibu-ibu sepuh yang berada di sekitar pintu masuk makam.

Cinderella Pesantren༊*·˚ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang