Deva dengan cepat membuka kantung kresek dihadapannya. Sepotong roti dan air mineral. Deva sangat senang. Cacing-cacing diperut akhirnya akan tenang. Deva cepat-cepat memakan roti pemberian Vano. Tak butuh waktu lama, sepotong roti itu masuk kedalam perutnya. Vano diam-diam melihatnya melalui jendela. Seulas senyuman terlihat disudut bibirnya.
Sebuah mobil memasuki pelataran SMA Adhi Wijaya. Seorang supir turun dan membukakan pintu untuk majikannya. Sang nyonya keluar dengan elegan. Hembusan angin menerpa rambutnya yang tergerai indah. Dahlia membuka kaca mata hitamnya. Terpaan angin membawa dedaunan dan butiran debu terangkat. Dan...
"Aduhhh!"
"Sialan!!!" Umpat Dahlia sambil mengucek matanya. Butiran debu itu tak sengaja masuk ke mata indah Dahlia. Sang supir menahan tawanya. Majikannya ini memang sangat cantik namun kadang tingkahnya sangat tak sesuai dengan kecantikannya. Sering bertingkah konyol dan kekanakan.Usai dengan urusannya mengumpati debu, Dahlia langsung melangkah menuju ruang kepala yayasan. Ia menyuruh bagian informasi untuk menyampaikan pesannya.
"Panggilan untuk murid bernama Deva Safira untuk segera datang ke kantor ketua yayasan..."
"Di ulangi, panggilan untuk murid bernama Deva Safira...."
Vano mendengar suara panggilan itu. Ia mengernyitkan kening.Deva keluar kelas menuju kantor ketua yayasan. Vano melihatnya. Ia mencoba tak peduli namun rasa penasaran tak membiarkannya diam.
####
Deva tiba di kantor ketua yayasan. Dahlia dengan ramah menyambutnya. Ia memeluk Deva dengan erat seolah sudah lama tak bertemu. Deva tersenyum."Kenapa tante?" Tanya Deva.
Vano berlarian menuju kantor ketua yayasan. Ia bahkan melewati Alex dan Yunan di koridor. Namun Vano sama sekali tak berhenti untuk menyapa keduanya.
"Tu anak ngapain lari-lari kek gitu?" Ucap Alex.
"Tanya aja sama angin yang berhembus.. pasti tau" celetuk Yunan yang langsung mendapat jitakan dari Alex.
"Rumput yang bergoyang bego!" Ucap Alex meralat.
"Yang goyang mah gue, rumput mah rumput aja.. Gak perlu goyang apalagi dugem!" Yunan tak terima.
"Serah lu mah, serah..!!!" Alex mengalah.
Deva duduk berhadapan dengan Dahlia. Ia mengenggam tangan Deva. Deva merasa aneh.
"Tante kenapa sih.. "
"Maafin tante ya... gara-gara tante kamu..." ucapan Dahlia terpaksa terpotong setelah Vano tiba di kantor.
Braaaakkkk.
Vano membuka pintu dengan kasar. Deva dan Dahlia menatap heran pada Vano. Vano terengah-engah. Nafasnya tak beraturan. Ia mengunci pintu dan berbalik dengan senyuman kaku. Vano menghela nafas.
"Bego banget! Ngapain lari-lari buat khawatirin ni cewek!!" Batin Vano sambil menggelengkan kepalanya. Ia menatap Deva dan Dahlia. Vano berjalan mendekati meja Dahlia.
"Gak ada yang dingin ma?" Tanya Vano. Ia mengambil gelas berisi air putih di meja Dahlia. Vano meneguk air itu hingga habis.
"Udah tenang?" Tanya Dahlia. Vano diam tak menyahuti.
"Vano kenapa lari-larian gitu sih?" Lanjut Dahlia. Vano masih diam.
"Kenapa? Khawatir ya sama Deva..?" Goda Dahlia. Vano menghela berat.
"Ngapain mama manggil dia?" Tanya Vano.
"Penasaran ya?" Goda Dahlia.
"Vano balik ke kelas duluan lah..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Devano [Complete]
Fiksi RemajaCover by: surya_arr70 Second story sebenernya tp yg first diunpub. Ngambang soalnya😆. Pure khayalan sendiri, so dont copy paste my story!!!😆😆. Plagiat? Minggir!!!! No nyinyir yes! "Jika huruf diawali dengan ABC Angka diawali dengan 123 Nada diawa...