Teman?

4.9K 167 2
                                    

Sang surya menyapa, sinarnya menyelinap melalui celah korden yang sedikit terbuka. Begitu terang hingga menyilaukan mata. Membuat tidur Deva terjaga. Ia mengguap dengan keras dan mata yang masih terpejam. Ia pun berjalan lunglai menuju kamar mandi.

Terdengar suara gemericik air dari dalam. Namun tak di hiraukan oleh Deva. Ia tetap masuk ke dalam.

Cekkleek

Guyuran shower berhenti. Seorang cowok menoleh dan segera mengambil handuk. Ia melilitkan handuk itu di pinggangnya.

Deva masuk dan mencuci muka. Ia meraba-raba mencari handuk. Tapi tidak ada.

"Lo ngapain?" Sebuah suara berhasil membuatnya matanya terbuka lebar. Ia menoleh. Pemandangan yang begitu indah, dada bidang dan six pack. Tubuh tegap dan aroma maskulin menyerang Deva bertubi-tubi. Deva dengan susah menelan salivanya. Akhirnya Deva tersadar dan segera menutup kedua matanya dengan kedua tangan.

"Aaaaaaaaa." teriak Deva.

Vano mendekat dan membekap mulut Deva dengan tangannya. Mata Deva terbuka lebar. Ia menurunkan kedua tangannya.

"Lo mau digrebek satu RT? Gue nanya lo ngapain masuk kamar mandi gue?" Ulang Vano.

Deva masih terdiam. Ia sama sekali tidak fokus. Dada bidang itu tepat di depan kedua matanya. Nafasnya terputus, sepertinya oksigen menjauh darinya.

Vano geli melihat ekspresi Deva. Ia malah terus menggoda Deva. Vano semakin mendekat hingga tak ada jarak lagi diantara mereka. Wajah Vano bergerak turun, hingga setiap hembusan nafas yang keluar dari hidung mancungnya menampar lembut pipi Deva. Hanya berjarak dua ruas jari bibir mereka saling bersitatap. Deva menelan salivanya susah payah. Detak jantungnya berolahraga dengan cepat. Seolah ia sedang di kejar anjing gila milik tetangganya dulu di kampung.

"Asem banget lo! Mandi sono!" Celetuk Vano dingin. Ia berbalik arah menuju lemari pakaian.

Runtuh sudah bayangan Deva (author juga ahahaha). Bibirnya maju beberapa senti dan langkahnya ia hentakan dengan keras.

Vano? Tersenyum penuh kemenangan.

#####
Deva menyisir rambutnya. Perlahan ia mulai teringat kejadian semalam. Ya semalam ia tertidur di kamar Vano. Ia terduduk lemas di lantai. Deva ingat, ia yang tertidur di meja belajar Vano berpindah di samping Vano. Deva menggeleng cepat, berharap ingatannya itu salah.

Deva kembali berdiri dan melanjutkan menyisir rambutnya. Akan tetapi ingatan itu kembali. Deva ingat, ia merebut paksa selimut Vano, menendang Vano hingga terjatuh.

Deva panik. Ia menggigit jarinya.

"Haduuh gimana ini..."
"Ya Allah gimana ini.."
"Mati gue mampus gue.. gimana.. gimana.."

Deva terus meracau tak jelas.

"Kenapa gue bisa tidur di kasurnya sih!!!"

"Aarrgghh!" Deva frustasi. Ia sangat ketakutan saat ini.

Vano selesai sarapan. Ia berdiri menunggu Deva. Sesekali ia menatap jam yang melingkar di tangannya. Helaan panjang berulang kali keluar dari mulutnya. Jam menunjukan pukul 06:40. Menyisakan waktu dua puluh menit sebelum terlambat.

Vano menghampiri mamanya yang sedang asyik membolak balik majalah fashion di ruang tengah.

"Ma.." panggil Vano. Dahlia hanya berdeham menyahuti anaknya itu.

"Bentar lagi Vano bisa telat kalo tu anak gak buruan."

Akhirnya Dahlia menoleh.

"Maksud Vano, Deva?" Vano menangguk.

Devano [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang