Deva terpaku. Ia masih tak bisa melupakan kejadian yang baru saja ia alami. Berulang kali tangannya meraba bibir mungilnya. Dan matanya menatap nampan berisikan sup hangat yang kini ada dihadapannya. Vano? Udah cabut!
Flashback
Vano beranjak dari sisi Deva. Sementara Deva masih mematung setelah mendapat 'serangan' mendadak Vano. Vano mengangkat baki dan meletakannya di depan Deva.
"Sebelum makan, minum obat duluan.." ucap Vano tanpa sedikitpun menatap Deva. Pipi Vano merona. Begitu merah. Ia takut Deva melihatnya. Vano pun langsung berbalik pergi sebelum Deva menyadarinya. Vano keluar dari ruang UKS. Ia bersandar di depan pintu.
Wajahnya terasa panas. Bukan! Ia merasa panas di sekujur tubuhnya. Vano mengibaskan tangannya berkali-kali pada wajahnya agar tak merona lagi. Ia berjalan menuju kamar mandi.
Vano mencuci mukanya berulang-ulang.
"Knapa bro?" Celetuk Yunan tiba-tiba.
Flashback off
#####
Seperti tak terjadi apapun diantara mereka, Vano terlihat sangat tenang. Ia sedang membaca buku di teras. Sementara Deva curi-curi pandang sambil makan mi instan di ruang tengah. Deva mengaduk-aduk mi instan itu hingga kuahnya habis terserap oleh mi-nya. Matanya masih melihat Vano yang asyik membolak balik buku ditangannya.
Vano tau, ia pun menutup buku ditangannya. Berjalan dengan santai melewati Deva yang tertunduk takut. Langkah Vano terhenti. Ia berbalik menghampiri Deva.
"Bi Jumi mana?" Tanya Vano.
Deva mendongak.
"Hah? Apa?"
Vano menghela nafas.
"Bi Jumi kemana?"
"Eemm kayaknya belanja sama tante Dahlia ke mall.." jawab Deva terbata.
Vano melangkah menuju dapur. Ia melihat isi kulkas dan lemari makanan. Masih ada ikan goreng, tahu dan tempe. Sementara di kulkas ada daging dan telur. Vano melirik Deva. Awalnya ia berpikir akan membuatkan steik daging untuk Deva. Tapi akhirnya....
"Jan makan mi instan! Lambung lo lagi gak bener!" Ucap Vano menyodorkan sepiring nasi lengkap dengan ikan, tahu dan tempe. Deva menatap tak percaya pada Vano.
"Tapi gue lagi pengen...."
"Ya halo..." ucap Vano mengangkat telepon yang masuk ke ponselnya. Deva mendesis jengkel. Meski begitu ia tetap memakan nasi yang diberikan Vano.
Vano mengintip di balik tembok. Ia tersenyum lalu berbalik dan mengacak rambutnya. Vano menatap ponselnya yang mati. Tak ada panggilan masuk di ponselnya.
"Kayaknya otak gue mulai geser.." celetuknya. Ia pun naik menuju kamarnya.
####
Jam menunjukan pukul 18:15. Tapi tak ada tanda-tanda Dahlia maupun Bi Jumi pulang. Mendung menggantung di langit. Sepertinya akan turun hujan lebat. Vano melihat ponselnya. Ternyata ia tertidur dengan buku diatas wajahnya. Ada 3 panggilan tak terjawab dan 4 chat yang masuk. Dari Tukang Konser.
"Yakalo kejebak macet terus gue mesti ngapain?" Oceh Vano. Tapi ia tetap membalas chat ibunya.
"Iya ma.. besok Vano bilangin ke pak Presiden..."
Vano kembali merebahkan tubuhnya. Satu chat masuk.
"Mau bilang apa ke pak presiden?"
"Vano bilangin kalo mama kejebak macet.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Devano [Complete]
Teen FictionCover by: surya_arr70 Second story sebenernya tp yg first diunpub. Ngambang soalnya😆. Pure khayalan sendiri, so dont copy paste my story!!!😆😆. Plagiat? Minggir!!!! No nyinyir yes! "Jika huruf diawali dengan ABC Angka diawali dengan 123 Nada diawa...