"Pagi." Sapa Deva ramah. Mereka sedang sarapan bersama.
"Lo makan apa?" Tanya Deva. Vano diam saja.
"Knapa? Lo masih sakit." Tanya Deva lagi.
"Pala lo masih pusing?" Tanya Deva. Tangannya terangakat ingin menyentuh dahi Vano. Tapi tangan itu ditepis Vano. Deva terpaku mendapati perlakuan kasar Vano.
"Berhenti bersikap care ke gue. Gue gak enak sama Revand. Harusnya lo lebih tau perasaannya dibanding gue." Ucap Vano. Hati Deva sakit.
"Sorry, gue egois. Tapi lebih dari itu, ada hati orang lain yang harus gue jaga." Ucap Vano lalu pergi meninggalkan Deva. Deva terpaku. Ia menatap punggung suaminya itu yang kian menjauh.
"Hati siapa yang lo maksud!" Ucap Deva lirih. Air mata menggenang dipelupuk matanya. Deva mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Ia geram pada Lisa. Lisa menggunakan emosi Vano untuk membuat Vano menjauhinya.
####
Deva bersiap berangkat ke kantor. Ia membereskan berkas-berkas yang akan dia bawa. Lisa turun dari kamarnya diikuti Vano dibelakang.
"Gimana penampilan gue? Udah cantik?" Tanya Lisa genit. Vano hanya mengangguk dengan menyungingkan senyuman. Deva terpaku melihat keduanya.
"De." Panggil Revand di belakang Deva. Deva menoleh.
"Hai, Re. Apa nih?" Tanya Deva.
"Semalem mo gue kasih ke elo, tapi lo udah tidur." Ucap Revand. Vano menoleh melihat Deva dan Revand. Revand tengah membawa mini tart untuk Deva. Hari ini ulang tahun Deva.
"Gue aja gak inget kalo hari ini ultah gue. Makasih, Re." Ucap Deva.
"Tiup dong." Pinta Revand. Deva mengangguk dan menunggingkan senyumannya. Sebelum ia meniup lilin, ia menoleh kearah Vano. Mata mereka bertemu.
"Apaan sih, norak! Kek anak kecil aja!" Ucap Lisa sinis. Vano menoleh menatap Lisa. Tak disangka, Vano meraih tangan Lisa dan menggandengnya. Kontan, hal itu membuat Deva terluka.
"Lo mo jalan kemana? Gue temenin." Ucap Vano lembut. Lagi-lagi Deva harus mendengarkan kalimat lembut yang selalu diungkapkan Vano, yang kini diungkapkan untuk Lisa. Deva sakit, tapi ia memciba untuk tetap tegar. Revand memegang bahu Deva. Seolah memberi dukungan agar lebih bersabar. Deva menoleh dan berusaha menyunggingkan senyum agar Revand tak khawatir.
####
Lisa dan Vano pergi ke bioskop. Ia sedang menunggu Lisa yang pergi ke toilet. Entah mengapa setiap kali ia melihat eskalator yang ada tak jauh dari tempatnya duduk. Vano melangkah mendekati eskalator itu. Tapi tiba-tiba Lisa datang dan menggandeng tangannya.
"Mo kemana?" Tanya Lisa.
"Eh bentar deh, ada toko aksesoris. Mampir bentar yuk." Ajak Lisa.
"Iya." Jawab Vano singkat tapi matanya masih belum teralihkan dari eskalator.
Lisa sibuk melihat-lihat aksesoris yang terpajang di etalase toko. Sementara Vano masih memperhatikan eskalator. Ia melangkah dan mulai menaiki eskalator itu. Sekelebat ingatan seorang gadis yang dibopong dan jatuh dilantai atas membuatnya kembali merasa pusing.
Vano tak peduli. Ia terus melangkah hingga ia berhenti didepan sebuah manekin dengan mini dress putih. Lisa menyusulnya.
"Cantik, ya? Apalagi kalo gue yang pake." Ucap Lisa.
"Mau?"
Lisa mengangguk.
####
Sampai di kasir, Vano membuka dompetnya. Isinya kartu kredit dari Deva. Ia memandangi kartu itu. Lalu menghela nafas. Vano mengembalikan kartu itu dan menyimpannya kembali ke dompetnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devano [Complete]
Teen FictionCover by: surya_arr70 Second story sebenernya tp yg first diunpub. Ngambang soalnya😆. Pure khayalan sendiri, so dont copy paste my story!!!😆😆. Plagiat? Minggir!!!! No nyinyir yes! "Jika huruf diawali dengan ABC Angka diawali dengan 123 Nada diawa...