Deva jenuh diam sendirian dirumah. Sepulang sekolah Vano pergi main kerumah Yunan. Deva duduk termenung diatas sofa panjang di kamarnya. Ia memengangi lututnya yang terluka. Lalu beralih ke jarinya.
"Berasa jadi kolektor plester..." celetuknya. Deva kembali merasa kecewa. Ia menginggat sikap Vano tadi pagi. Cuek. Dan siang tadi penuh perhatian. Tapi berujung ejekan.
"Sebenernya tu orang beneran baik ato cuma pura-pura baik sih!" Deva senewen. Ia menendang-nendang ke udara. Detik berikutnya, senyumnya terbit, Deva mendapat ide.
Ia bergegas turun dari kamar."Mau kemana non?" Tanya bi Jumi ketika berpapasan di ruang tamu.
"Jenuh bi di rumah.. pengen jalan-jalan" jawab Deva dengan bibir maju beberapa senti.
"Jalan-jalan kemana non.. mang Usman gak dirumah.. den Vano juga, nanti kalo bibi dimarahin den Vano gimana?"
"Ya kenapa dimarahin sih bi.. Deva cuma jalan-jalan disekitaran sini aja kok.."
"Sama siapa non..?"
"Sendiri juga berani.. di garasi keknya ada sepeda ya bi... Deva pake boleh kan?"
"Boleh-boleh aja sih non, tapi bibi khawatir nanti non nyasar.."
"Enggak bibi..." jawab Deva ngeyel.
"Yaudah Deva jalan dulu.." pamit Deva. Ia pun menggeloyor ke garasi mengambil sepeda.
"Tapi non.."
"Haduh.. gimana ini, nanti malem nyonya pulang.. ini pada keluar sendiri-sendiri... kalo sampe terjadi sesuatu.. pasti benar-benar konser besar-besaran" bi Jumi bergidik ngeri.####
Deva bersepeda mengelilingi kompleks perumahan. Ia senang. Senyumnya tak pernah pudar dari parasnya yang cantik. Ia merasa bebas.Deva mengayuh pedal sepeda dengan cepat. Hingga hembusan angin menerpa rambutnya yang terurai. Menari-nari mengikuti hembusan angin.
Deva berhenti di sebuah taman. Ia merasa tenang. Deva duduk dibawah pohon besar yang ada ditaman. Ia menengadah menatap birunya langis sore berhiaskan warna jingga. Senja yang damai.
"Ibu... Deva kangen" ucapnya lirih.
"Ibu tau, Deva punya tante Dahlia yang sayaaaangg banget sama Deva... Deva sekolah bu, seperti yang ibu mau.. malahan sekolah Deva baguuuss banget.."
"Ibu, Deva pengen ngaduin Vano! Dia cowok dingin yang kadang baik banget sama Deva.. tapi kadang, dia juga jahatin Deva.."
"Ibu, kemaren Deva sakit.. Deva kangen diperhatiin ibu waktu Deva sakit.."
"Ibu, Deva kangen pengen peluk ibu.."
"Ibu pasti ada diantara bintang-bintang di langit itu kan?"
Tanpa Deva sadari, senja yang indah itu berganti dengan gelap berhiaskan bintang di langit.
"Andai ibu masih disini, pasti ibu akan menjewer telinga Vano saat ngejahatin Deva kan?" Deva masih melanjutkan curahan hatinya.
"Kalo ibu masih disini... Deva gak bakalan ketemu Vano, tante Dahlia, dan om Hardi..."
"Kalo ibu masih ada disini, tante Maya gak bakal ngusir Deva dan ayah.. ya kan bu?"
"Ibu... Deva rindu.."
Tetes demi tetes air mata Deva terjun bebas dari pelupuk matanya. Ia meringkuk memeluk erat kedua lututnya. Ia terisak. Hingga ketiduran di bawah pohon.
#####
"Jalan kemana bi!" Bentak Vano saat mengetahui Deva tak ada di rumah.
"Tadi non Deva bilang jalan-jalan di sekitar sini den..." jawab bi Jumi terbata.

KAMU SEDANG MEMBACA
Devano [Complete]
Novela JuvenilCover by: surya_arr70 Second story sebenernya tp yg first diunpub. Ngambang soalnya😆. Pure khayalan sendiri, so dont copy paste my story!!!😆😆. Plagiat? Minggir!!!! No nyinyir yes! "Jika huruf diawali dengan ABC Angka diawali dengan 123 Nada diawa...