"Gue denger-denger, Vano sakit?" Tanya Revand disela suapan makan siangnya. Fira yang sedang menuangkan jus kedalam gelas pun berhenti. Mereka sedang berada di dapur. Fira terdiam cukup lama.
"Gue gak tau." Ucapnya cuek lalu beranjak pergi tanpa jus yang harusnya ia minum. Revand menatap tubuh yang mulai menjauh itu hingga hilang terhalang dinding.
Flashback
Fira berjalan menyusuri trotoar di depan toko usai fitting baju. Ia jenuh menunggu Revand yang tak kunjung datang menjemputnya. Vano sudah menawarkan diri ingin mengantarnya, tapi Fira menolak dengan alasan tidak suka kendaraan umum.
Vano pun mengikuti Fira dari belakang. Tak jauh dari jalanan terdapat tanah kosong yang sering dipakai anak-anak sekitar tempat itu bermain sepak bola. Dan saat ini mereka sedang bermain. Secara tak sengaja, salah satu dari mereka menendang bola sepak itu terlalu keras hingga keluar lapangan dan
Bruukkk
Fira jatuh tertindih Vano. Bola mata Fira membulat sempurna. Vano melindungi Fira yang hampir terkena tendangan bola.
"Lo gak apa-apa?" Tanya Vano masih di posisi mereka terjatuh. Fira hanya terdiam. Sedikit syok, tapi lebih tepat ia takut salah tingkah.
Vano merasa pusing. Tendangan bola itu terlalu keras. Ia pun pingsan dan tubuhnya menindih Fira. Fira mulai panik.
"Van!"
"Vano!"
"VANO!!!"
"Tolong!!"
"Tolong!!"
Flashback off
####
Fira termenung di kamarnya. Haruskah ia menjenguk Vano? Tapi saat itu Revand sudah mengantarnya dan mengatakan Vano baik-baik saja.
Fira sama sekali tak bisa fokus. Saat ia mulai mengurus pekerjaan kantor pun pikirannya tak ada disana. Ia masih mencemaskan keadaan Vano.
Malam pun tiba. Fira makin gelisah. Ia memandangi ponselnya yang tak kunjung berdering. Karna biasanya entah itu satu pesan sederhana seperti menanyakan sedang apa atau sudah pulang atau belum, Vano sering melakukannya. Tapi hari ini bahkan sampai malam tak satu pun pesan masuk dari Vano. Fira berdiri. Ia memasukan dompet dan ponselnya ke dalam tas. Ia bergegas pergi sendiri tanpa sopir dan Revand.
Mobilnya melaju ke sebuah kompleks yang tak asing baginya. Pagar rumah Wijaya pun terbuka hingga mobil Fira lebih leluasa masuk. Fira melirik parcel buah di jok sampingnya. Ia menarik nafas sebelum turun dan membawa buah itu.
Fira berdiri di depan pintu yang dulu selalu terbuka lebar untuknya. Menyambutnya dengan hangat. Ia ingat pertama kali datang kesana bersama ayahnya. Fira goyah. Ia hampir saja terjatuh. Ia pun segera menenangkan diri dan mengendalikannya.
Tokk tookk tookk
Bi Jumi membukakan pintu. Fira semakin goyah. Perempuan di hadapannya saat ini adalah seorang ibu kedua bagi Fira. Fira mengepalkan kedua tangannya.
"Non Deva?" Ucap Bi Jumi. Fira terpaku. Dahlia keluar karna penasaran siapa yang berkunjung selarut ini.
"Dev-, eem maksud tante Fira ada apa sayang?" Tanya Dahlia kikuk.
"Fira? Ini non Deva nyonya." Ucap Bi Jumi. Dahlia menghampiri Bi Jumi dan memberi isyarat agar diam dulu.
"Fira nyari Vano?" Tanya Dahlia.
"Boleh saya masuk?" Tanya Fira yang masih berdiri di luar. Bi Jumi belum mempersilahkan Fira masuk.
"Oh iya, tante lupa. Masuk sayang, Vano lagi sakit. Dia ada di kamar. Ayo tante anterin." Ucap Dahlia. Fira terdiam, ia sedang mengendalikan emosinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devano [Complete]
Teen FictionCover by: surya_arr70 Second story sebenernya tp yg first diunpub. Ngambang soalnya😆. Pure khayalan sendiri, so dont copy paste my story!!!😆😆. Plagiat? Minggir!!!! No nyinyir yes! "Jika huruf diawali dengan ABC Angka diawali dengan 123 Nada diawa...