Baikan.

4.5K 162 3
                                    

"Pagi Re." Sapa Deva setelah duduk di bangkunya. Revand tersenyum. Ia pun menghampiri Deva. Revand menatap Deva. Dahinya mengkerut.

"Apa sih Re, risih gue." Ucap Deva.

"Mata lo bengkak gitu, lo abis nangis? Terus kaki lo kenapa?"

Deva menggeleng.

"Gak apa-apa kok. Re, pulang nanti temenin gue jalan ya, gue lagi bete." Ucap Deva.

Revand merasa aneh.

"Bete? Sama siapa?" Tanya Revand. Disaat yang bersamaan Vano memasuki kelas bersama Yunan dan Alex. Deva menatap Vano. Vano pun menatap Deva, dengan sengaja Deva menarik tangan Revand.

"Sama orang." Jawab Deva jutek. Revand makin merasa aneh.

"Eh, bocah minggir gih, gue mo duduk." Ucap Yunan. Revand pun kembali ke bangkunya.

####

Vano menunggui Deva di parkiran sejak setengah jam yang lalu. Sesekali ia melihat jam di pergelangan tangannya, namun yang ditunggu untuk pulang bersama tak menampakan batang hidungnya.

"Lama banget. Huufft." Jujur Vano nampak mulai bosan. Ia tak pernah menunggu seseorang. Bahkan untuk menunggu lama mamanya yang belanja, Vano akan protes.

Ia pun memutuskan mencari Deva. Disetiap lorong, kantin, kamar mandi, perpustakaan, taman, terakhir di kelas. Semua sudah sepi. Hingga suara sesenggukan terdengar dari belakang gudang.

Deva bersama Revand.

"Nangis aja sampai lo lega, kalopun gak sanggup cerita, gue gak maksa kok." Ucap Revand seraya mengusap pundak Deva.

"Makasih Re."

"Lo mo jalan kemana? Gue temenin sampai lo baikan."

Deva hanya mengangguk.

Vano hanya mengintip tanpa bisa meraih Deva. Perasaan cemburu membakarnya. Ia tak rela sedikitpun tubuh Deva disentuh orang lain. Namun yang ia lakukan hanya berdiam diri.

####

"Hallo Van, lo dimana?" Tanya Yunan diseberang. Ia sedang menelpon Vano yang kini berdiam di kamarnya.

"Knapa? Jan main kesini. Gue lagi gak mau di ganggu!" Vano hampir memutuskan sambungan.

"Tunggu-tunggu Van, gue cuman mo ngasih tau lo, lo bisa kesini? Gue di mall, buruan! Urgent nih." Paksa Yunan.

Kliik

"Apa sih ni bocah!" Gerutu Vano. Dengan malas Vano pun menemui Yunan.

"Apa?" Tanya Vano langsung begitu sampai di hadapan Yunan.

"Lo itu pacar macam apa sih? Beda banget waktu sama Fellicha! Lo sebenernya cinta gak sih sama tu bocah?" Ucap Yunan seraya menunjuk dengan dagu Deva yang sedang asyik bercanda di meja cafe bersama Revand.

Deg.

Lagi, rasa cemburu makin mengakar dalam hati Vano.

"Lo pernah bikin tu bocah sampai ketawa kenceng kek gitu?"

"Gue jadi kesian ma tu bocah, jangan-jangan lo beneran cuman ngejadiin dia pelarian doang?" Lanjut Yunan.

Deva tertawa lepas bersama Revand. Mereka sedang mengenang masa kecil mereka. Hingga tangan Revand menarik dan mengenggam erat tangan Deva.

"Gue suka lo tertawa kek gini, jan nangis lagi, oke?" Ucap Revand tulus. Deva hanya mengangguk dengan bibir masih tersenyum.

Revand mengangkat tangan Deva dan menariknya hingga mendekat dengan bibir Revand. Revand akan mengecup tangan putih Deva namun tangan itu ditarik paksa oleh Vano.

Devano [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang