PeDeKaTe

5.1K 173 3
                                    

Revand duduk di deretan bangku di samping Deva. Meski tak sebangku, namun tetap membuat Vano risih.

"Pagi." Sapa Revand lalu tersenyum. Deva balas tersenyum. Sebisa mungkin Vano bersikap biasa saja. Tapi tetap saja ia tak tenang.

Bel istirahat berbunyi. Revand menghampiri Deva. Ia duduk diatas meja Deva.

"Ngantin yuk." Ajak Revand.

"Gue gak tau tempatnya." Lanjutnya.

"Bentaran, aku beresin dulu buku-buku aku." Sahut Deva yang langsung membuat Deva teringat percakapannya dengan Vano tentang aku-kamu.

"Eeem lo tunggu aja di depan, gue beresin ini dulu." Ralat Deva.

"Kenapa? Enakan aku-kamu kalo di denger, kerasa lebih akrab." Jawab Revand.

"Eemm, gue pengen pake gue-elo aja." Alibi Deva. Vano yang mencoba fokus dengan buku cetaknya nyatanya tetap tak bisa konsentrasi.

"Dah beres, yuk kantin." Ucap Deva seraya berdiri dari bangkunya. Secara tak terduga, Revand menggandeng tangan Deva. Deva terpaku. Ia diam di tempat.

"Ayok." Ajak Revand. Tak lagi bisa menolak, akhirnya Deva hanya bisa mengikuti Revand.

Vano menatap tak suka. Tangannya terkepal kuat melihat tangan Deva yang di gandeng Revand.

####

Semua berkumpul di meja makan. Hari ini Herman dan Hardi pulang lebih awal. Dahlia pergi memanggil Vano yang masih diam di kamar. Sejak pulang sekolah Vano mengurung diri di kamar. Ia berkutat dengan playstation-nya.

"Yah, ayah masih inget sama Revand temen SMP Deva? Tau gak yah, dia pindah sekolah ke sekolah Deva lho.." Deva mulai bercerita. Membuat nafsu makan Vano langsung hilang seketika. Kalau saja tidak ada Hardi, mungkin ia sudah berdiri meninggalkan meja makan.

"Anaknya tante Dewi?" Tanya Herman. Deva mengangguk.

"Ayah inget kan dulu dia itu kurusan, tau gak yah dia sekarang lebih tinggi dari Deva." Lanjut Deva.

"Ayah tau gak, hampir semua cewek disekolahan suka sama dia.."

Vano masih diam, ia mengaduk makanan di piringnya. Merasa muak dengan cerita Deva.

"Vano kalah dong?" Celetuk Dahlia sambil melirik anak laki-lakinya. Vano tak menggubris.

"Emm, kira-kira ganteng gak anaknya?" Lanjut Dahlia.

"Ganteng tante." Jawab Deva spontan.

Vano meneguk jus jeruknya hingga habis.

"Vano keatas duluan." Ucapnya sambil berdiri.

"Belum selesai kok udahan?" Tanya Hardi.

"Udah kenyang pa." Vano mulai melangkah.

"Menurut Deva, gantengan mana Vano sama Revand?" Tanya Dahlia. Pertanyaab yang berhasil membuat langkah Vano terhenti. Begitu pula Deva yang langsung menatap Dahlia. Herman dan Hardi pun menghentikan aktivitas makan mereka. Bersiap mendengarkan jawaban Deva.

"Ke... ke.. kenapa tan.. tante nanya gitu?" Ucap Deva tergagap.

"Kan tante pengen tau, jadi gantengan siapa?" Tanya Dahlia lagi. Deva terdiam cukup lama. Ia bingung.

"Eeeee tante, Deva permisi duluan. Perut Deva sakit." Ucap Deva beralasan. Tanpa menunggu balasan dari Dahlia, Deva segera berlari ke kamarnya.

"Tapi...." sahut Dahlia. Akhirnya Dahlia kecewa karna tak mendapat jawaban yang ia inginkan. Vano? Berlalu ke gazebo kolam renang.

Devano [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang