Hari berlalu, sepekan sudah Deva tak berkunjung menemui Vano. Ia putus asa, tak tahu lagi dengan cara apa membuat Vano ingat akan dirinya.
Deva menatap pantulan dirinya yang lusuh di depan cermin riasnya. Berulang kali Deva menghela nafas berat. Terdengar pintu kamarnya dibuka.
"Jadi, dengan ngebawa Vano kembali, lo pikir bakal bisa ngembaliin ingatannya?" Ucap Lisa. Gadis itu tertawa sinis.
"Percuma tau gak! Mo liat buktinya?" Lisa menghampiri Deva dan memamerkan riwayat panggilan di ponselnya. Vano beberapa menit yang lalu menghubunginya. Lisa tersenyum licik penuh kemenangan.
"Gue seneng lo matiin ponsel lo setelah kejadian terakhir kemaren, dengan gitu Vano gak akan bisa meminta lo dateng kesana. Dan dia bakal nitip pesan ke gue, yang ujungnya gue bisa nyakitin lo kek gini." Ucap Lisa dalam hati.
Deva terdiam. Tangannya gemetar. Matanya terasa panas. Ia makin putus asa. Ia tak punya semangat lagi untuk membuat Vano ingat kembali.
####
Revand sibuk mengumpulkan bukti. Ia mengunjungi satu per satu pemegang saham. Ia berbohong di perintahan Rina untuk menemui mereka. Revand mendapatkan beberapa saksi.
Revand juga pergi ke lokasi kecelakaan ayah Deva. Ia juga mengunjungi tempat rongsokan mobil. Revand mencari mobil yang membuat ayah Deva kecelakaan. Revand menemukan kotak hitam di mobil itu.
Revand datang mengunjungi kedua orang tuanya. Beberapa hari lagi mereka bebas. Revand meminta mereka menjadi saksi begitu pula kakek Deva. Kali ini Revand sungguh-sungguh ingin menyudahi derita Deva. Ponselnya berdering. Panggilan masuk dari Vano.
"Halo?"
"Gue lagi di- knapa lo nyariin Deva? Bukannya lo gak mau liat dia lagi?"
"Gak, dia gak lagi sama gue."
"Gini deh Van, kalo lo udah inget semuanya, mending buruan lo temuin dia. Tapi kalo lo belom inget apapun, usahain jan sakitin dia."
Klikk sambungan diputus Revand. Cowok itu menatap lama layar ponselnya.
"Sorry. Tapi kali ini lo juga harus berusaha, karna gue juga sedang berusaha." Ucap Revand lirih.
####
Deva berdiri di luar pagar kediaman Wijaya. Ia melihat ponselnya yang sengaja ia matikan sepekan yang lalu. Tak disangka Vano sedang berada di teras. Ia melihat Deva sedang manatap layar ponselnya. Inisiatif, Vano segera menghubungi nomor ponsel Deva. Tapi tak terhubung. Deva berfikir untuk membuang ponselnya. Ia merasa tak ada gunanya lagi berjuang sendirian. Deva melempar ponselnya. Melihat itu, Vano bergegas menemui Deva. Deva beranjak pergi. Ia menyusuri jalan dengan wajah tertunduk.
"Lo mo kemana?" Tanya Vano. Deva berhenti, ia menoleh. Vano berdiri tak jauh.
"Pulang." Jawab Deva tak semangat. Vano merasa bersalah.
"Maaf soal tempo hari, gue-"
"Iya, gak apa-apa." Jawab Deva lalu kembali melanjutkan langkahnya. Vano berlari menghampiri Deva.
"Gue belom selesai ngomong! Siapa yang nyuruh lo pergi!" Bentak Vano. Deva mendongak menatap Vano dengan mata merah. Vano menelan salivanya.
"Lo nangis?" Tanya Vano.
"Enggak." Jawab Deva.
Setengah jam mereka berdiri saling tatap tanpa bicara.
(Puter lagunya Jamrud enak kali ya😅😅).
"Gue, minta maaf. Lo knapa gak dateng lagi?" Tanya Vano membuka percakapan.
"Buat?"
"Lo udah janji mo ngebantu gue. Jadi knapa lo gak dateng?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Devano [Complete]
Fiksi RemajaCover by: surya_arr70 Second story sebenernya tp yg first diunpub. Ngambang soalnya😆. Pure khayalan sendiri, so dont copy paste my story!!!😆😆. Plagiat? Minggir!!!! No nyinyir yes! "Jika huruf diawali dengan ABC Angka diawali dengan 123 Nada diawa...