Vano melamun di kamarnya. Teringat kembali vonis dari dokter semalam. Ternyata Fellicha adalah pasien di rumah sakit Harapan Kita sejak setahun yang lalu. Ia mengidap kanker darah stadium akhir.
Vano mengacak rambutnya karna frustasi. Ia mengingat kembali bagaimana Fellicha yang dulu begitu cantik dan anggun. Selalu tersenyum pada semua hal yang dilakukan Vano. Bernyanyi bersamanya, makan, jalan-jalan, hingga menginap dirumah Vano.
Dan Vano menginggat bagaimana Fellicha yang teguh meminta hubungan mereka berakhir.
"Karna itu, lo minta putus." Mata Vano berkaca-kaca. Ia menghela nafas panjang.
"Gimana bisa gue ngelupain lo! Gue mesti gimana!" Teriak Vano frustasi.
"Bahkan sampai sekarang gue masih nginget elo Cha! Gue gak bisa ngelupain lo! Gue mesti apa!!!" Teriak Vano. Ia menangis hingga terduduk lemas.
Deva berada didepan pintu kamar Vano. Jelas ia mendengar semua racauan Vano. Ia mundur, mengurungkan niatnya membuka pintu kamar Vano.
####
Deva duduk diruang tengah. Ia sedang mengaduk mi instan buatannya. Deva menggigit bibirnya. Ia teringat Vano yang melarangnya makan mi instan. Air mata menggenang dipelupuknya. Deva menyendok mi instan banyak-banyak dan menyuapkannya ke mulut.
"Lo nangis?" Tanya Vano tiba-tiba. Ia berdiri di depan Deva. Dari penampilannya Vano akan pergi. Deva menggeleng cepat dan menyeka air matanya.
"Gak kok, cuman kepedesan."
Vano hanya mengangguk paham dan berlalu begitu saja.
"Lo...mau kemana?" Tanya Deva hati-hati. Vano menoleh. Ia memutar bola matanya seolah mencari alasan.
"Mo nyariin obat buat kaki lo, obatnya abis." Jawab Vano.
"Ohh." Deva tertunduk. Ia mengaduk lagi mi instant-nya dengan tak nafsu. Vano tertegun melihat perubahan raut wajah Deva. Ia mendekati Deva dan duduk disebelahnya.
"Jan cemberut gitu, jelek tauk! Bi Jumi dirumah, mama juga. Lo gak mau kan mereka curiga?" Bisik Vano.
Deva mengernyitkan dahi.
"Jadi maksud lo kita ini backstreet?" Tanya Deva.
Vano terdiam sesaat.
"Lucu kali, kitanya gak pernah akur terus tiba-tiba pacaran." Vano memberi penjelasan.
Deg.
Deva hanya terdiam setelah mendapat jawaban dari Vano.
"Yaudah, gue pergi dulu ya." Pamit Vano seraya mengacak puncak rambut Deva.
####
Deva berdiam diri di kamar Vano.
"Bahkan lo udah gak peduli gue makan mi instant lagi! Kenapa sama mata lo!" Mata Deva berkaca-kaca usai membaca pesan yang dikirim Fellicha di ponsel Vano.
Ya. Ponselnya tertinggal dan Deva membaca semua isi pesan Fellicha.
Vano tidak pergi untuk membeli obat Deva melainkan pergi menemani Fellicha.
Deva menghapus air matanya. Ia melangkah keluar dengan tertatih. Ia menahan sakit dikakinya.
"Pak Usman, bisa anterin Deva sebentar?" Tanya Deva.
"Mau kemana sayang?" Tanya Dahlia di belakang Deva.
"Oh tante, ini mau nganterin ponsel Vano ketinggalan tadi."
"Yaudah sama tante aja, kasian kaki kamu lagi sakit gitu."
####
Deva berdiri di depan kamar rawat Fellicha. Terdengar suara cekikikan dari dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devano [Complete]
Teen FictionCover by: surya_arr70 Second story sebenernya tp yg first diunpub. Ngambang soalnya😆. Pure khayalan sendiri, so dont copy paste my story!!!😆😆. Plagiat? Minggir!!!! No nyinyir yes! "Jika huruf diawali dengan ABC Angka diawali dengan 123 Nada diawa...