Fira duduk terpaku di depan meja riasnya. Menatap pantulan dirinya di cermin. Rautnya yang tenang terganggu dengan kalimat yang di ucapkan Vano.
"Calon tunangan?" Ulang Fira. Ia menghela nafas berat.
"Lo bilang, lo nyariin gue sampai bingung mo nyari kemana lagi, tapi tadi lo bilang dia calon tunangan lo? Sebegitu tak berharganya gue selama ini, dan gue begitu bego harus nyimpen semua barang pemberian lo! Konyol!" Fira tertawa sumbang.
"Dasar playboy!"
"Kangen lo bilang?" Lagi, Fira tertawa sumbang.
"Sebego itukah gue, sampai-sampai bisa dengan mudah lo boongin? Ah, gue lupa! Dulu gue cewek udik! Cewek cupu!" Akhirnya tangis Fira pecah. Ia sesenggukan. Ia menghampiri sepatu yang disimpannya di kotak kaca. Fira mengeluarkan benda itu dan melemparnya ke segala arah. Tangis Fira makin menjadi.
"Gue benci lo! Gue benci!" Teriak Fira.
"Gue benci sama lo! Gue benci diri gue sendiri!!" Fira membanting kotak kaca tempat penyimpanan sepatu pemberian Vano dulu.
Revand bergegas ke kamar Fira begitu mendengar suara teriakan dan barang yang pecah. Sayang, pintu kamar Fira terkunci. Revand pun mencoba mendobrak pintu itu. Begitu berhasil terbuka, Revand terpaku melihat kondisi Fira.
"Fira, lo gak apa-apa?"
Fira tak menjawab. Ia masih menangis. Revand menghampirinya dan memeluk Fira dalam dekapan Revand.
"Gue benci dia, Re. Kenapa gue sebego ini sampai gak nyadar hubungan mereka udah jauh! Lalu gue mesti gimana? Gue mesti gimanain perasaan gue!" Ucap Fira tak terkendali. Revand tak menjawab. Ia tak punya hak untuk menjelaskan keadaan sebenarnya. Revand mempererat pelukannya agar Fira tenang.
####
"Lo ngomong apa kemaren?" Tanya Revand tanpa basa-basi. Ia sudah tersulut emosi. Mereka bertemu di sebuah kafe.
"Maksud lo?" Tanya Vano tak paham.
"Gak usah pura-pura bego deh lo! Fira marah, dia nangis dan ngebanting barang-barang di kamarnya!" Bentak Revand. Vano malah tersenyum senang.
"Apanya yang lucu!" Revand makin emosi.
"Tenangin diri lo, minum dulu gih." Ucap Vano. Revand pun mengikuti saran Vano.
"Jadi gini, kemaren gue bilang kalo si Icha itu calon tunangan gue. Ya, bagus dong kalo dia marah." Lanjut Vano. Revand mengernyitkan dahi tak paham.
"Dia ngomong sesuatu gak?" Tanya Vano.
"Dia bilang benci elo, dia gak percaya lo sama Fellicha udah sejauh itu." Jawab Revand.
"Itu tandanya dia cemburu, lo tau cemburu itu dinding antara benci dan cinta. Gue sih seneng aja, berarti masih ada gue dihatinya." Jelas Vano. Revand manggut-manggut.
"Gue suka gaya lo." Ucap Revand.
"Tapi gue gak suka sama lo." Sahut Vano. Merekapun tertawa bersama.
#####
Fira berada di kamarnya. Sepuluh pelayan membereskan kamarnya, sebagia dari mereka di tugaskan Fira untuk mencari sepasang sepatu semalam yang ia lempar. Ia menatap jarinya yang tergores pecahan kaca. Luka yang sama di tempat yang sama, seperti saat ia tertusuk duri mawar dan Vano membalutkan plester.
"Untuk apa semua ini?" Gerutu Fira.
Tokk tookk tookk
Pintu kamarnya terketuk. Salah satu pelayan berhambur membukakan pintu.
![](https://img.wattpad.com/cover/169416201-288-k74891.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Devano [Complete]
Teen FictionCover by: surya_arr70 Second story sebenernya tp yg first diunpub. Ngambang soalnya😆. Pure khayalan sendiri, so dont copy paste my story!!!😆😆. Plagiat? Minggir!!!! No nyinyir yes! "Jika huruf diawali dengan ABC Angka diawali dengan 123 Nada diawa...