Kerinduan

2.8K 117 3
                                    

"Vano kluar hari ini." Isi pesan Revand di ponsel Deva. Deva membacanya dengan raut bahagia.

"Itu berarti, dia bakal pulang. Mama pasti seneng banget." Ucap Deva. Gadis itu bergegas menghubungi Dahlia.

"Halo, ma."

"Iya. Deva baik, ma. Maafin Deva gak pernah main."

"Deva punya kabar baik buat mama, Vano keluar hari ini ma."

"Tapi-"

"Vano amnesia, ma. Dia gak inget sama sekali tentang Deva."

"Iya, ma. Deva gak akan putus asa. Deva bakal bikin Vano inget Deva lagi."

"Iya, nanti Deva pulang."

"Oke, Deva kerja dulu ma."

Tutt ttuutt ttuut

Sambungan terputus. Rona bahagia diwajah Deva tak sedikitpun pudar. Hingga sebuah pesan kembali masuk ke ponselnya.

"Vano gak kerumahnya. Rina bawa dia pulang."

Deva mengernyitkan dahi.

"Apa?"

"Knapa?"

"Apa Vano udah inget semua?"

"Ingetannya udah balik dan dia bakal tinggal disisi gue." Ucap Deva kegirangan. Deva loncat-loncat saking senangnya.

####

Hari ini Deva ingin pulang cepat. Banyak janji yang ia tunda. Seharian gadis itu banyak tersenyum dan melamun. Bahkan dalam mobil pun ia tak menggubris apa yang dibicarakan sopirnya.

Sampai dirumah, Deva langsung turun dan berlari mencari Vano.

"Van-" Teriak Deva.

"No." Lanjutnya pelan. Semua berkas-berkas yang ia bawa dari kantor terjatuh berantakan ketika ia melihat Vano tengah makan bersama Rina dan Lisa. Seolah tak percaya dengan yang ia lihat, Deva hanya terpaku ditempat.

"Itu mbak yang kemaren, kan? Ngapain dia disini? Lo ngundang?" Tanya Vano pada Lisa. Lisa tak menjawab dan hanya tersenyum.

Bak petir menyambarnya disiang bolong, Deva tertegun dengan ucapan Vano. Cowok itu masih dalam keadaan amnesia!

Airmata Deva kembali menggenang dipelupuknya.

"Dia pelayan disini." Jawab Lisa.

"Oh." Jawab Vano sembari melanjutkan makan malamnya. Deva mengepalkan kedua tangannya menahan amarah. Raut wajahnya merah padam. Sekuat tenaga ia menahan rasa kecewanya. Revand muncul dari belakang memperhatikan Deva yang hanya berdiri mematung melihat suaminya makan bersama Rina dan Lisa.

Revand menghampiri Deva.

"Nona." Panggil Revand. Gadis itu membalikan badannya menghadap Revand.

"I-ya." Deva terbata. Revand berjongkok memungut berkas-berkas Deva satu persatu.

"Mereka pacaran?" Tanya Vano.

"Iya." Jawab Lisa. Mata Deva membulat sempurna. Air mata yang ia tahan sedari tadi, akhirnya pecah. Mengalir deras tanpa diminta.

Vano masih terus memperhatikan Deva dan Revand. Ia pun tak mengerti mengapa ia kehilangan nafsu makannya.

"Gue udah kenyang."

"Maafin Vano tante, udah gak sopan. Tapi, permisi." Vano beranjak pergi meninggalkan meja makan.

####

Vano berbaring di kamarnya. Ia tak bisa tidur. Bayangan Deva bersama Revand di bawah tadi menganggunya.

"Sialan!" Ucap Vano terbangun. Ia duduk disudut ranjangnya. Menghela nafas dan menghembuskannya perlahan.

Devano [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang