Deva berjongkok didepan sebuah nisan. Ia menaburkan bunga di atas nisan itu. Air matanya tak dapat menetes lagi. Ia hanya menatap kosong nama yang tertera di nisan itu. Sekuat tenaga, ia mencoba berdiri. Semua yang hadir di pemakaman menatapnya iba.
Satu persatu dari mereka pun pergi meninggalkannya.
"Yang kuat De." Ucap Alex mengusap bahu Deva. Tak ada jawaban dari Deva. Ia hanya menatap nisan ayahnya.
"Lo pasti kuat, Deva yang gue kenal gak bakal lemah!" Ucap Revand.
"Gue balik duluan ya." Pamit Revand seraya memeluk Deva.
"Yang sabar De." Ucap Yunan.
Merekapun pulang. Yang tersisa hanya Dahlia, Hardi, Vano, Bi Jumi dan mang Usman. Dahlia mangajak suaminya dan yang lain menunggu Deva dan Vano dirumah. Kini hanya tertinggal Vano dan Deva.
Langit tampak menghitam. Seolah merasakan kesdihan yang sama dengan Deva.
"Bentar lagi ujan." Ucap Vano lembut. Ia membantu Deva berdiri.
"Ibu pun sedih buat Deva." Ucap Deva menerawang menatap langit gelap. Tangisnya pun kembali pecah. Vano menarik tubuh mungil itu dalam dekapannya.
"Kenapa kalian ninggalin Deva? Deva sama siapa sekarang?" Ucap Deva lirih di sela tangisnya. Vano merasakan butiran air jatuh menipam kepalanya. Hujan turun.
"Deva punya Vano. Gue milik lo selamanya." Ucap Vano tulus. Deva makin terisak bersamaan derasnya hujan.
#####
Deva duduk di meja makan tanpa merasa nafsu. Tatapannya kosong. Dahlia menyedokan nasi untuknya.
"Malem ini, mau tante temenin tidur sayang?" Tawar Dahlia.
"Gak usah tan, Deva gak apa-apa."
"Maafin om ya, harusnya om nyuruh OB buat ngambil berkas yang ketinggalan itu. Harusnya om..."
"Bukan salah om kok, mungkin emang udah takdirnya Deva sendirian."
"Deva kan punya Vano, tante sama om." Sahut Dahlia. Deva tersenyum sumbang.
"Makan dulu ya, biar gak sakit." Ucap Dahlia. Vano menatap kekasihnya itu yang hanya menatap piring di hadapanya.
"Mau gue suapin?" Tawar Vano. Dahlia dan Hardi menatap Vano lalu beralih menatap Deva. Deva menggeleng pelan. Ia pun makan meski hanya dua sendok.
####
"Papa mau ngomong sama kamu." Ucap Dahlia berbisik saat Vano membantu bi Jumi membereskan piring.
Vano pun melenggang pergi ke taman dimana Hardi berada.
"Vano bisa jelasin, pa." Ucap Vano saat sudah di depan Hardi.
"Papa merasa sangat bersalah juga sangat terpukul dengan kecelakaan yang nenimpa Herman. Terlebih pada Deva. Papa tau kalian pacaran, jadi tolong hibur Deva." Ucap Hardi menepuk pundak anaknya.
"Papa gak marah?"
"Papa yakin, kamu punya alasan kenapa menyembunyikannya dari papa dan Herman."
Vano tertunduk.
"Vano, gak punya alesan apapun pa. Vano cuma takut, om Herman gak kasih restu buat Vano."
Hardi tersenyum.
"Maka, Vano harus buktiin Vano mampu jagain Deva buat om Herman."
Vano mengangguk pasti.
####
Deva membuka album foto kenangan masa kecilnya. Ia memperhatikan satu persatu foto itu. Hingga berhenti pada satu foto saat ibunya terbaring lemah di rumah sakit. Ayahnya berada disamping ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devano [Complete]
Fiksi RemajaCover by: surya_arr70 Second story sebenernya tp yg first diunpub. Ngambang soalnya😆. Pure khayalan sendiri, so dont copy paste my story!!!😆😆. Plagiat? Minggir!!!! No nyinyir yes! "Jika huruf diawali dengan ABC Angka diawali dengan 123 Nada diawa...