"Lo gak perlu inget gue." Air mata Deva mengalir. Ia cepat-cepat menghapusnya. Deva menelan salivanya.
"Asalkan gue inget siapa lo dan apa hubungan kita, semua bakal baik-baik aja." Lanjut Deva. Ia mencoba untuk tersenyum.
"Moga bahagia, ya." Ucap Deva. Tangannya terulur. Vano tak bergeming. Ia hanya menatap tangan itu.
"Lalu gimana kalo gue tiba-tiba inget siapa gue dan apa hubungan kita?" Tanya Vano tanpa menatap Deva. Deva menarik tangannya kembali.
"Apa lo ikhlas gue tunangan sama Lisa?" Tanya Vano. Deva tercekat. Ia tak mampu menjawab. Bibirnya kelu.
"Gue tanya, jawab gue!"
Deva melangkah menghampiri Vano. Gadis itu menarik wajah suaminya dan mengecup lembut bibir Vano. Vano membulatkan mata dan mengepalkan tangannya.
"Anggap itu sebagai jawaban. Elo yang nentuin keputusan." Ucap Deva.
"Semua ini benda yang lo kasih ke gue, cincin nikah kita juga ada disana. Gaun yang lo pilih buat gue pake diacara tunangan kita juga ada disana. Gue pamit." Deva melangkah pergi.
"Kalo emang gue suami lo, gue berhak ngelarang lo buat gak pergi!" Ucap Vano tegas. Suaranya naik satu oktaf. Deva berhenti melangkah. Ia berbalik menatap Vano.
"Gue gak ngijinin lo kemana pun! Tepatin janji lo!" Ucap Vano lalu pergi meninggalkan Deva. Air mata Deva mengalir tanpa ia minta.
####
Seminggu berlalu.
Lisa datang ke pesta ulang tahun Olivia bersama Vano. Gadis itu sibuk memperkenalkan Vano sebagai calon tunangannya. Mencoba akrab dengan Olivia dan teman Vano yang lain. Tapi nampaknya ia kurang beruntung. Sementara Vano sibuk memperhatikan setiap tamu yang datang.
"Nunggu siapa?" Tanya Alex.
"Gak, bukan siapa-siapa." Jawab Vano.
"Yakin?"
Vano mengangguk. Alex menepuk bahu Vano. Vano masih berdiri ditempatnya semula hingga Olivia menghampirinya.
"Kakak nungguin siapa sih? Ayok ikut Oliv, kita dansa." Ajak Olivia. Vano hanya menanggapi dengan senyuman. Ia pun meletakan gelas minumannya lalu mengikuti Oliv. Mereka berdansa diiringi alunan piano.
(Tercipta Untukku by: Ungu. Piano cover).
Lisa sekilas melihat pemain piano itu mirip Deva. Ia menghampiri pemain piano itu. Tapi Yunan dan Alex mencegahnya. Lagu berakhir tapi Deva masih duduk disana. Ia kembali menekan tuts piano. Kali ini lagu saat ia menikah dengan Vano.
(Don't Watch Me Cry by: Jorja Smith. Piano cover).
Vano berhenti berdansa. Ia seperti tak asing dengan lagu ini. Vano menoleh kearah pemain piano. Deva menangis mengenang lagu itu. Vano menghampirinya.
"Fira?" Ucap Vano. Ya, Deva mengenakan gaun pernikahannya. Ia juga memakai sepatu pemberian Vano saat masih SMA dulu. Meski rusak dan menyakiti kakinya, ia tetap memakai sepatu itu. Deva menoleh.
"Gue Deva. Deva Safira. Istri Stevano Wijaya." Ucap Deva tegas. Tak terima, Lisa mendorong Yunan dan Alex hingga mereka terjatuh. Gadis itu menghampiri Deva. Lisa menarik rambut Deva dan mendorongnya hingga jatuh.
"Lo! Jangan ngaku-ngaku! Vano calon tunangan gue!" Teriak Lisa. Ia kembali menghampiri Deva.
"Lo jangan coba-coba deketin dia apa lagi pengatuhin dia buat inget siapa lo! Karna dia gak akan pernah inget elo!" Lisa menjambak rambut Deva. Vano menarik Lisa.
Plaaakkk. Rasa panas menjalar di pipi Lisa.
"Jauhin tangan lo dari dia! Lo gak berhak apapun atas gue!" Bentak Vano. Semua mata memperhatikan mereka. Yunan dan Alex membantu Deva bangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devano [Complete]
Teen FictionCover by: surya_arr70 Second story sebenernya tp yg first diunpub. Ngambang soalnya😆. Pure khayalan sendiri, so dont copy paste my story!!!😆😆. Plagiat? Minggir!!!! No nyinyir yes! "Jika huruf diawali dengan ABC Angka diawali dengan 123 Nada diawa...