Kejutan

4.5K 156 3
                                    

Seorang gadis berjalan menyusuri koridor. Langkahnya begitu anggun. Tubuh tinggi semampai dengan rambut ikal tergerai. Bibir mungil berhiaskan liptint pink. Dengan mata bulat hitam dan bulu mata lentik menambah kecantikan paras gadis itu.

Sekolah masih sepi karna waktu baru menunjukan pukul 06:18. Masih sedikit siswa yang berlalu lalang. Gadis itu tiba di depan pintu sebuah kelas. Ia memasuki kelas itu dan duduk di sebuah bangku. Dengan tenang, ia mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Gadis itu mengirim pesan kepada seseorang.

"Aku punya kejutan buat kamu." Tulisnya.

####

Vano menunggui Deva di depan pintu kamar Deva. Gadis itu masih sibuk mencari buku tugasnya yang entah terselip dimana. Karna hampir telat, akhirnya Vano masuk ke kamar Deva dan mendapati ruangan yang hancur berantakan.

"Nyariin apaan?" Tanya Vano dengan tangan terlipat di dada.

"Buku gue.. gak tau nyelip dimana! Gue cari-cari gak nemu!" Jawab Deva tanpa sedikitpun menatap Vano.

"Bisa dihukum lagi nih sama bu Fanda!" Gerutu Deva.

"Jan sampek! Pegel gue gendong lo!" Sahut Vano mulai membantu mencari buku tugas Deva.

"Siapa juga yang nyuruh gendong! Gue juga gak tau bakalan pingsan! Emang gue sengaja? Enggak tauk!" Balas Deva emosi.

"Iya." Vano pun mengalah. Vano ikut mencari. Dan ia yang menemukan buku tugas itu.

"Naroh sembarang tempat gini, gimana ketemu! Noh..." Vano melempar buku ke arah Deva. Buku itu terjatuh di bawah kasur Deva. Deva hanya nyengir kuda.

"Makasih." Ucapnya manja.

####
Dihalaman rumah ponsel Vano berbunyi. Ia membuka pesan masuk. Raut wajahnya berubah menegang.

"Ayok!" Ucap Deva membuyarkan lamunan Vano.

Mobil melaju meninggalkan kediaman Wijaya. Raut wajah Vano masih tak berubah.

"Lo kenapa?" Tanya Deva yang menyadari ketegangan di raut wajah Vano. Vano menoleh. Ia tak menjawab hanya meraih tangan Deva dan mengenggamnya erat.

"Lo sakit?" Tanya Deva lagi.

"Apa sih? Gue pengen genggam tangan lo! Kenapa ngatain gue sakit?" Ucap Vano sedikit membentak. Deva mengernyitkan dahi.

"Sorry. Gue--"

"Gue gak apa-apa." Ucap Deva. Ia pun mengalihkan pandangannya ke depan.

####

Pukul 06:45. Lima belas menit lagi bel akan berbunyi. Sekolah sudah ramai dengan siswa yang berlalu lalang menyusuri setiap koridor menuju kelas mereka masing-masing.

Vano tak segan di tatap beragam sorot mata dari berbagai arah. Ia masih mengenggam erat tangan Deva. Deva merasa risih ditatap siswa-siswi yang mereka lewati. Tak jarang dari mereka malah menghentikan langkah bahkan aktivitas yang mereka kerjakan hanya untuk menatap Deva dan Vano.

Mereka tiba di depan pintu kelas X Ipa 3. Vano mulai melonggarkan genggaman tangannya.

"Lo percaya kan sama gue?" Tanyanya dengan wajah tertunduk. Deva ada di belakangnya.

"Maksud lo?" Tanya Deva.

"Lo percaya kan sama cinta gue ke elo?" Ulang Vano.

"Kenapa sih? Gue percaya.. lo raguin gue?" Ucap Deva yang merasa aneh dengan sikap Vano. Vano berbalik dan memeluk erat Deva.

"Lo harus baik-baik aja buat gue!" Bisik Vano. Ia pun melepas pelukannya dan masuk lebih dulu meninggalkan Deva di ambang pintu. Deva mematung. Ia mencoba mencerna baik-baik ucapan Vano yang terkesan seperti berpamitan.

Devano [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang