Kencan

3.6K 130 8
                                    

Hari menjelang siang. Jam menunjukan pukul 08:25. Matahari mulai terik, tapi pasangan suami-istri ini masih terlelap. Fira menunggui Vano semalaman karna Vano terus saja merengek meminta maaf. Sementara Fira hanya mengangguk mengiyakan permintaan maaf Vano. Tak cukup dengan rengekan, Vano terus mengigau dalam tidurnya.

Vano terbangun. Ia melihat tangannya yang di genggam erat Fira. Vano tersenyum saat sadar semalam Fira menemaninya hingga tertidur pulas. Cowok itu memandangi wajah putih istrinya. Garis halus nampak di wajah itu. Vano merapikan helaian rambut yang menutupi wajah Fira.

"Mata lo bengkak. Tapi imut kek panda." Ucap Vano saat melihat lingkaran hitam di bawah mata Fira. Tak disangka, Fira terbangun. Mata mereka bertemu. Fira melirik tangan Vano yang masih sibuk merapikan rambutnya. Vano pun menghentikan aksinya. Ia menatap lurus mata Fira. Tak ada kalimat yang saling terlontar, hanya tatapan satu sama lain yang dalam.

Tak mau berlama-lama tenggelam dalam rasa bersalahnya yang akan berujung tangis, dengan cepat Fira bangun dan mengalihkan perhatiannya.

"Gue- mau- cuci muka." Ucap Fira terbata. Vano hanya tersenyum dan mengangguk.

"Lo tau-" ucap Vano. Fira pun berhenti melangkah.

"Sore itu, gue nyariin lo."

Fira menoleh.

"Gue yang ngebut waktu itu dan nyipratin air kubangan, papa nyuruh gue buat secepatnya pulang buat ngehadirin pesta di rumah lo. Saat gue sadar itu lo, gue balik lagi ke tempat lo berdiri. Gue nyariin lo."

Fira terdiam, susah payah ia menelan salivanya. Lehernya terasa tercekat. Ia sulit untuk bernafas, sementara matanya kembali memerah. Fira mengepalkan kedua tangannya agar kuat.

"Gue duduk disana cukup lama, berharap mungkin lo bakal balik ke tempat itu. Gue gak peduli papa marah, yang penting gue bisa ketemu lo duluan. Tapi, sampai senja berganti malam lo gak muncul dan papa semakin gencar menelpon, akhirnya gue pasrah dan berpikir mungkin itu bukan lo."

"Gue takjub, saat tiba di tempat pesta. Orang yang bertahun-tahun gue cariin ada di depan gue, tapi gue gak ngenalin dia. Dia berubah. Namanya, sikapnya, sifatnya. Tapi lo tau, cinta gue gak pernah berubah."

Tes.

Airmata Fira jatuh. Vano tertegun. Fira cepat-cepat menghapus airmatanya.

"Lo bisa mandi duluan." Ucap Fira dingin lalu pergi meninggalkan Vano. Cowok itu menunduk lesu.

"Gue pikir lo bakal maafin gue dan kembali kek dulu." Ucap Vano sembari menarik nafas dalam-dalam.

####

Fira duduk di meja dekat jendela apartemennya dengan dua gelas kopi di depannya. Sinar matahari masuk melalui jendela kaca. Membuat siluet bentuk tubuh Fira terlihat jelas dengan piyama putih yang membalut tubuh indah itu. Gadis itu tengah mengaduk kopi.

Vano keluar dengan handuk masih membalut tubuhnya. Ia terpaku saat melihat Fira begitu cantik saat matahari membuat wajahnya yang putih makin bersinar. Leher jenjang yang tak tertutup rambut itu menggelitik birahi Vano. Fira menoleh.

"Udah selesai? Gue buatin kopi." Ucap Fira menghampiri Vano.

"Minum aja dulu, gue cariin baju ganti." Lanjutnya. Tapi Vano malah menarik tangan Fira dan mendorong tubuh itu hingga terjebak diantara dinding dan Vano. Tak butuh waktu lama, Vano mengecup lembut bibir Fira. Mata gadis itu membulat sempurna.

"Terkejut?" Tanya Vano. Fira masih terpaku. Vano pun melangkah mundur.

"Maaf, gue-"

"Gue cariin baju ganti buat lo." Potong Fira sembari melangkah dan menundukan kepala. Ia malu, wajahnya memerah bak kepinting rebus. Vano menatap punggung istrinya yang kian menjauh.

Devano [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang