Sosis Bakar

3K 116 15
                                    

Perut Deva semakin membesar. Begitu pula keinginannya yang semakin hari semakin aneh. Kemarin ia ingin sekali jalan-jalan. Bukan jalan-jalan keluar kota atau liburan. Tapi ia ingin jalan kaki dari rumah ke apartemen yang jaraknya cukup jauh.

"Sayang~." Panggil Deva lembut.

"Calon papanya adek~."

Vano sudah dagdigdug mendengar lanjutan kalimat yang akan diutarakan Deva. Vano yang masih sibuk cuci piring pun menoleh.

"Ya, sayang?" Matanya dibuat berbinar meski dalam hati ketakutan melandanya.

"Kepasar yuk." Ajak Deva.

"Mo beli apa?"

"Duren."

"Sayang, kamu kan lagi hamil, orang hamil gak boleh konsumsi duren."

"Bukan dimakan, cuma pengen ngelus terus dicium aja."

"Yaudah, ntar aku beliin tapi kamu dirumah aja."

"Gak mau! Aku maunya kita jalan kaki kek kemaren!"

Seketika kepala Vano terasa berat. Nyidam macam apa istrinya ini.

"Aku khawatir kaki kamu makin bengkak. Kasian tau, tar kalo sakit siapa yang susah?"

Deva menunduk sedih. Tangannya menarik-narik daster yang ia kenakan.

"Yaudah, iya." Ucap Vano. Seketika Deva tersenyum senang.

"Ayok."

"Sekarang?"

Deva mengangguk.

"Ini siapa yang nyuci?"

"Revand." Jawab Deva dengan mata berbinar.

Muncullah Revand dari balik pintu bersama Oliv yang sedang sibuk dengan ponselnya.

"Gue tinggal dulu, Re. Ibu negara pengen jalan-jalan lagi." Ucap Vano sembari melepas celemek yang menempel di tubuhnya.

"Ok, tiati." Pesan Revand.

"Yang sabar calon papa." Tambah Revand tersenyum senang.

####

Seperti biasa, Deva hanya membawa tas dan menguncir asal rambutnya. Banyak orang mengartikan anak mereka nantinya seorang cowok. Karna selama hamil Deva bahkan tak pernah membuka alat make up-nya. Setiap kali Vano memakai parfum, Deva malah mual. Dan berakhir dengan perdebatan. Makanya, Vano tak pernah memakai parfum meski berangkat ke kantor.

Deva bergelayut manja di lengan Vano.

"Sayang, aku capek deh, berenti bentar ya?" Ucap Deva. Vano mengangguk saja.

Mereka pun duduk tak jauh dari pedagang sosis bakar yang asal-asalan bakar sosisnya. Vano bergidik ngeri melihatnya.

"Sayang, aku pengen deh."

Vano mengerutkan dahi.

"Kamu gak liat, abangnya kalo ngebakar asal aja gitu?"

Deva mulai merengut kembali.

"Enggak sayang, kali ini beneran gak boleh. Kalo terjadi apa-apa sama kamu dan kamdungan kamu gimana?" Tolak Vano.

"Satu aja." Bujuk Deva. Vano menggeleng lalu mengalihkan perhatiannya.

Deva makin cemberut. Vano menghela nafas kesal sendiri dengan dirinya. Ia tak pernah bisa menolak apapun keinginan istrinya itu.

Vano berdiri menghampiri abang tukang sosis.

"Bang beli satu, tapi boleh saya aja yang bakar sendiri?" Ucap Vano meminta.

Si abang melotot.

"Knapa?" Bentak abang sosis.

Devano [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang