The Party

5.4K 179 5
                                    

Vano membawa mobilnya menuju salon langganan Dahlia. Para pegawai salon sudah sangat familiar walau hanya dari cara Vano berjalan atau mereka hanya melihat perawakan Vano.

"Ehh, bang Vano. Kenapa nih bang? Gak biasanya kemari sendirian?" Sapa salah satu pegawai yang sering melayani Dahlia. Gadis itu begitu cantik. Rambut lurusnya di kuncir kuda. Make up natural dan kaos ketatnya begitu kontras. Tinggi semampai. Terlihat begitu serasi saat bersisian dengan Vano. Mereka sangat akrab.

Gadis itu celingukan mencari sosok yang biasa ia layani.

"Mama gak ikut bang?" Tanya gadis itu. Vano menggeleng.

"Temen gue, tolongin ya." Ucap Vano melihat kedalam mobil dimana Deva berada. Vano melambaikan tangannya pada Deva. Ia pun turun dari mobil dan menghampiri Vano.

"Cinderella gue, jan sampe lecet." Ucap Vano seraya memengangi bahu Deva. Raut wajah gadis itu sedikit berubah. Ia mengulurkan tangan memperkenalkan diri.

"Panggil aja kak Nadia." Ucap Nadia. Deva tersenyum ramah dan menyambut tangan Nadia.

Nadia Galuh, dari pertama melihat Vano ia sudah jatuh cinta. Meski perbedaan umur yang cukup jauh tak membuat perasaan Nadia berubah. Ia menyukai Vano saat Vano masih duduk di bangku kelas tiga SMP. Saat itu Dahlia meminta agar Vano menemaninya. Perawakan Vano yang altletis tak ada yang mengira dia masih anak SMP. Banyak yang mencuri pandang padanya meski tak di hiraukan oleh Vano. Ia tetap asyik dengan komik kesukaannya.

Lagi, saat motor Vano mogok dan harus kebengkel yang gak jauh dari salon. Nadia terus memperhatikan setiap detail gerak tubuh Vano meski ia ada di dalam salon.

Selang beberapa hari, Dahlia kembali mengajak Vano ke salon. Saat itu Nadia tak sadar tali sepatunya terlepas. Tak sengaja ia menginjak tali sepatunya, ia akan terjatuh dan menumpahkan cat rambut pada salah satu pelanggan jika saja Vano tak meraih tubuhnya. Vano pun tak segan menalikan sepatu Nadia. Bukan tanpa alasan, karna ia tau tangan Nadia penuh membawa barang. Saat itu lah Nadia berfikir perasaannya akan terbalas. Tapi Vano menolak dengan tegas. Vano juga mengatakan dirinya masih anak ingusan. Akhirnya Nadia memendam perasaannya hingga sekarang.

#####
Vano berganti pakaian di ruang ganti yang disediakan salon. Setelah sebelumnya memberikan gaun untuk dipakai Deva.

Ternyata seharian pergi gak pulang untuk mencari gaun untuk Deva.

Selesai berganti setelsn jas, Vano menunggu Deva di luar. Ia tersenyum memandangi sebuah kotak di tangannya. Ia menoleh. Pintu salon terbuka. Seorang gadis keluar. Vano terpaku.

 Vano terpaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

####

"Lo yakin?" Tanya Deva.

"Kenapa?" Vano balik bertanya. Deva menaikan satu kakinya. Memperlihatkan ia masih memakai sepatu. Vano terkekeh pelan.

"Yaudah pake aja." Ucapnya datar. Deva terdiam cukup lama. Akhirnya ia pun akan membuka pintu mobil namun di cegah oleh Vano. Deva menoleh.

"Kenapa?"

Devano [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang