"Lo ga apa-apa kan sendirian?" Tanya Vano khawatir. Fira mengangguk. Vano menatap dalam-dalam mata istrinya itu.
"Gue bisa sendiri. Lagian bukan hal baru ngeladenin Rina. Udah khatam." Ucap Fira tersenyum agar Vano tenang.
"Gue takut aja, selama lo tinggal sendirian disini tiba-tiba Rina dateng terus-"
Fira meletakan jarinya di bibir Vano. Vano pun terdiam. Cowok itu mendekatkan tubuhnya pada Fira. Ia sudah bersiap untuk mencium istrinya itu. Tapi,
Fira terkekeh saat menyadari Vano belum melepas seat-belt hingga tubuhnya tak bisa menjangkau Fira. Vano pun menyadari tingkah konyolnya. Cowok itu tersenyum geli.
"Yaudah gue masuk dulu." Pamit Fira. Vano mengangguk. Fira pun turun dari mobil dan mulai beranjak pergi.
"Fir." Panggil Vano. Fira kembali menoleh.
"Usahain, panggil gue duluan sebelum lo panggil Revand."
Fira mengangguk sembari tersenyum.
"Yaudah sana pulang." Perintah Fira.
"Tapi gue masih kangen. Gimana dong?" Goda Vano.
"Apaan sih. Yaudah gue aja yang pergi. Daah." Pamit Fira. Vano membalas lambaian tangan Fira.
####
Fira termenung begitu sampai di kamar apartemen Vano. Begitu luas hingga ia benar-benar merasa kesepian. Kakinya mulai melangkah lebih dalam. Melihat isi apartemen Vano. Ada sebuah taman kecil disana. Tak terlalu luas, tapi sangat nyaman dan menenangkan. Fira duduk disalah satu bangku taman itu. Pemandangan keluar apartemen menghiasi taman Vano.
"Kalo sendirian kek gini jadi inget Revand." Gerutu Fira pelan.
Flashback
Fira sendirian di kamar apartemennya. Gadis itu masih sesenggukan meratapi perpisahannya dengan Vano dan kakeknya yang begitu tega menjauhkannya sejauh mungkin dari Vano.
Revand ingin sekali masuk dan menghibur Fira, tapi cowok itu hanya berdiam diri didepan pintu. Hingga sebuah suara benda dibanting membuat Revand panik dan segera menghampiri Fira.
Gadis itu terluka. Tangannya berdarah.
"De, lo- ya Tuhan. Tangan lo berdarah." Ucap Revand panik.
"Bentar gue ambilin plester." Lanjutnya. Cowok itu berlarian membeli obat ke apotek ditengah lebatnya salju yang turun lebat.
####
"Lo tu niat gak sih! Kalo lo gak niat bantuin gue, mending lo pergi! Jangan sok baik di depan gue kek Rina!" Sembur Fira saat Revand datang.
"Maaf. Gue lama ya? Sini tangan lo." Pinta Revand. Bibirnya membiru karena kedinginan.
"Gak perlu! Pergi!" Ucap Fira dingin. Tapi Revand sama sekali tak memindahkan tubuhnya sedikitpun.
"Lo budek? Gue bil-"
"Gue pergi setelah gue plesterin tangan lo." Potong Revand.
Akhirnya Fira bersedia tangannya dibalut plester. Meski ia mencoba terlihat kuat, tapi Revand tahu keadaan Fira saat ini sedang rapuh.
Fira sedikit terkejut saat tangan Revand tak sengaja menyenggol tangannya. Tangan Revand sangat dingin. Fira yang awalnya tak ingin melihat Revand pun akhirnya menoleh. Ia melihat bibir Revand yang bergetar. Pertahanan Fira hampir goyah. Tapi ia tak ingin terlihat lemah di depan Revand. Ia tak membutuhkan anak pembunuh ayahnya, yang ia butuhkan hanya Vano. Revand mendongak. Cowok itu mendapati Fira yang tengah memperhatikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devano [Complete]
Teen FictionCover by: surya_arr70 Second story sebenernya tp yg first diunpub. Ngambang soalnya😆. Pure khayalan sendiri, so dont copy paste my story!!!😆😆. Plagiat? Minggir!!!! No nyinyir yes! "Jika huruf diawali dengan ABC Angka diawali dengan 123 Nada diawa...
![Devano [Complete]](https://img.wattpad.com/cover/169416201-64-k74891.jpg)