Possesif brother

tak berdaya

Naira masih tak percaya shehan berbuat kasar terhadapnya selama ini shehan selalu kalem, vicky terus mengamati naira yang terus memainkan makananya, naira tak memperhatikan vicky pikiranya masih dipenuhi shehan, 3 tahun saling suka namun tak ada pengungkapan cukup membuat naira galau, vicky menghentikan makanya dan menatap naira intens

"Nai sampai kapan mau pikirin cowok seperi itu? "
"E'eh naira tak mikirin kok kak"
Nai kamu itu paling gak bisa bohong, oke kamu suka dia tapi kakak gak mau kalian "pacaran"
"Tapi kak nai gak "
"Cukup nai kakak gak mau debat sama kamu"
"Kakak nai gak suka sama shehan, "

Mata naira mulai berkaca kaca sebentar lagi pasti banjir air mata

"Nai kakak gak ngelarang kamu suka seseorang tapi please satu ini aja kakak gak mau kamu berhubungan dengan shehan oke?? "
"Kakak kan emang gak pernah ngijinin nai pacaran "
"Nai shehan itu anak seorang mafia kakak gak mau kamu berhubungan dengan mereka! "
"Lalu apa bedanya sama kakak? Kakak juga sama saja kan sama mereka kakak menyakiti orang lain kakak dengan mudah membunuh orang!"
"Cukup nai! Kakak membunuh karna mereka nyakitin kamu!"
"Ringan banget kakak ngomong gitu? Kakak gak peduliin perasaan nai!"
"Diam dan masuk kamar kamu naira!! Kakak gak suka kamu terus membantah!!"

Vicky menekankan kata katanya dengan tajam, naira bahkan langsung tertunduk, vicky tak pernah berbicara kasar pada naira, kata kata vicky itu mampu membuat naira ketakutan,

"Maafkan nai kak, nai janji akan nurutin apapun yang kakak mau dari nai nai gak akan pacaran gak akan deket deket cowok, "

Vicky bangkit dari kursinya dan memeluk naira vicky tau kata katanya tadi sangat menyakiti naira tapi vicky tak punya pilihan lain, sementara naira masih terus sesenggukan, saat vicky mengejarnya ke kamar, memeluknya dari belakang dan mengelus rambutnya, vicky membiarkan naira terlelap dalam pelukanya, fikiranya mengambang antara rasa bersalah khawatir dan takut, vicky takut naira menderita, takut naira menemukan penggantinya, vicky khawatir naira akan meninggalkanya, berbagai macam fikiran berkecamuk dikepala vicky

"Aah apaan sih naira kan adik gue gak mungkinlah begitu"

batin vicky.
dilepasnya pelukan naaira padanya vicky menyelimuti naira dan bangkit keluar kamar membiarkan naira terlelap. Namun baru saja vicky hendak menutup pintu ponsel naira berdering membuat vicky penasaran dan kembali masuk kamar mengambil ponsel naira, terdapat pesan dari shehan

"Hii nai maafkan sikap kasarku aku tak bermaksud begitu, aku suka sama kamu, maaf ya, emm coklatnya udah kamu terima kan? Itu spesial loh buat kamu limited edition."

Vicky bergumam

"Dasar bocah ini "

Kemudian vicky membalas chat dari shehan

"Gue udah peringatin lo shehan! Stop deketin adik gue ato lo tau sendiri akibatnya....!"

Vicky segera menghapus chat itu dan mengembalikan ponsel naira, naira tak tau sama sekali dengan kejadian ini dia tertidur sangat pulas malam itu, vicky kembali ke ruang kerjanya dan menyelesaikan urusan bisnisnya tenggelam dalam map map itu.

"Kak vick!"

Vicky mendongak menatap kearah pintu naira masih memegang handle pintu, dengan wajah muram

"Ada apa?"
"Kak vick nai takut"

Vicky menghela nafas dan bangkit dari kursinya memutari meja dan duduk di sofa

"Kemarilah kenapa?"
"Nai mimpi kak vick"
"Mimpi apa?"
"Seraaaam"
"Yaudah gausah cerita tapi ada beberapa proposal yang harus kakak periksa tunggulah sebentar ya??"
"Nai disini ya kak?"
"Oke sebentar lagi ya"

Naira merebahkan diri di sofa itu, sementara vicky menyalakan aroma theraphy dan kembali kemejanya sebentar sebentar menatap ke naira yang meringkuk di sofa, vicky menimang nimang dan kembali fokus pada map didepanya,, selang beberapa saat vicky menutup seluruh map dan mendekati naira mengangkatnya, membawanya ke kamar bukan ke kamar naira melainkan kamarnya sendiri

"Tidurlah bersamaku nai"

Vicky berbisik pada naira namun naira telah kembali terlelap vicky kemudian meredupkan lampu dan tidur memeluk naira, tidur dalam pelukan vicky naira tak terbangun sampai fajar telah menyingsing kebetulan ini hari minggu vicky juga berencana menunda meeting dengan client hari ini, memutuskan bermalas malasan di kamar menunggu naira bangun.