oh my......

527 14 1
                                    

"Sayang sore nanti mau ikut gak? "
"Hmmm?  Kemana? "
"Belanja,  rai bilang tadi stock makanan menipis sekalian jalan jalan kalo mau"
"Nai dirumah aja ya kak"
"Kamu dah kelamaan didalem keluar dong,  ah iya denger denger temen kamu mia ada disini loh"
"Mungkin mereka sudah tak menganggap nai temen, "
"Loh kenapa? "
"Kak vick lebih tau jawabanya! "

Jawab naira ketus dan berbalik ke kamarnya,  vicky menghela nafas membatin "untunglah sayaang kalo gak"

Vicky menghentikan aktifitas makanya kendati belum selesai mengejar naira yang meninggalkan meja makan dengan wajah sebal.

"Sayang,  bukain pintu dong"
"Gausah ganggu nai kak"
"Eeh ini suami kamu loh masa suami gak boleh masuk kamar durhaka lah"

Hening sejenak dan ceklek,  terdengar kunci diputar knop pintu ditarik dari dalam

"Maafin kak vick dong"
"Lepasin ah! "
"Ayo dong jangan ngambeg,  masa cuma gara gara gitu aja ngambeg? "
"Gara gara itu?  Cuma itu?  Kak vick lupa siapa yang bikin semua bencana ini terjadi?  Siapa yang bikin nai kayak gini?  Kak vick kak vicky yang bikin,  gara gara kak vicky menikahi nai mereka membenci nai mereka menatap nai jijik gara gara kak vicky nai harus menghadapi kak vanya  nai diperkosa itu semua karna siapa? "

Naira memuntahkan semua amarahnya dan menangis sampai tersedu sedu

"Nai'
"Lepasin. Nai itu menjijikan"
"Nai"
Lepasin kak vick! "
"Naira!! "
"Nai bilang lepas "

Naira mendorong tubuh vicky sekuat tenaga namun tentu saja vicky lebih siap dorongan naira tak memberikan efek apapun justru vicky semakin mendekat dan memeluk erat naira,  naira memukul mukul dada vicky meronta dan berteriak teriak

"Lepasin kak vick lepas nai benci kak vick lepasss! "

Vicky tak bergeming tetap mendekap naira dengan erat naira kelelahan menangis dan meronta jatuh lemas,  vicky menahanya dan membaringkan naira di ranjang,  sisa air mata masih berjejak dipipinya,  vicky mengelusnya

"Maafin aku sayang maaf yang terlalu egois untuk tak membiarkanmu lepas ketangan lelaki lain. "

Diluar pintu rai mencarinya

"Permisi tuan,  maaf apa tuan ada didalam? "
'Ya ada apa rai? "
"Tuan ini obat nona naira"
"Baiklah makasih ya,  aaah ya tolong kirimkan kado buat kelahiran istri nero ya rai"
"Baik tuan segera,  apa nona velita sudah melahirkan tuan? "
"Sudah dua hari lalu,  sebenarnya kalo kondisi naira memungkinkan gue mau ajak dia terbang ke Indonesia tapi kayaknya gak bisa"
"Gimana kondisi nona sekarang tuan? Apakah baik baik saja? "
"Dia tadi kumat,  tapi sekarang sudah stabil kembali,  "
"Saya turut prihatin tuan"
"Aah tak apa rai , kamu belanja online aja rai pasalnya naira ngambeg tadi, atau kau mau belanja sendiri ? Kalo gak minta para maid aja yang belanja"
"Baik tuan"

Rai segera melakukan perintah majikanya itu,  sementara vicky kembali mendekati naira,

"Sayang waktunya minum obat,!"
"Gak mau"
"Nai,  "
"Nai gak mau minum obat apapun lagi! "
"Nai ini biar kamu cepet pulih! "
"Nai gak mau nai mending mati aja! "
"Jangan terus menguji kesabaranku naira! Minum obat kamu sekarang!!"

Vicky sedikit membentak meminta naira segera meminum obatnya,  naira yang kala itu dalam posisi duduk meringkuk semakin memeluk lututnya kembali menangis,  vicky mengacak rambutnya frustasi dan menghantamkan kepalan tanganya sendiri ke tembok hingga berdarah. Naira melepas tanganya yang menutup kedua telinga dan mengamati tangan vicky yang mulai meneteskan darah segar ke lantai,  naira bangun dan mengambil kotak p3k vicky hanya terus memperhatikan saat naira menariknya duduk disofa kamar mengobati lukanya dan membalutnya dengan perban,  mereka masih tak saling bicara naira melepas tangan vicky dan bangkit namun vicky mencegahnya mencekal lenganya,  naira menepisnya dan terus berjalan kearah balkon menarik nafas dalam dan menghembuskannya terus begitu hingga vicky tiba tiba disampingnya

"Maafin kak vick"
"Tak ada yang perlu dimaafin kak"
"Nai"

Vicky menyibak rambut panjang naira memaksa naira menghadap wajahnya

"Apa kau sangat membenciku? "

Naira menggeleng Bulir air mata kembali merembes dari sudut matanya

"Stop jangan nangis kau tau aku paling tak bisa melihat kau nangis sayang, kalau kau tak membenciku lalu kenapa aku hanya terus dapat penolakan darimu?"
"Nai butuh waktu buat nerima semua ini kak"
"Sampai kapan aku harus menunggu? "
"Jangan menunggu kalo kak vick tak yakin"
"Baiklah aku akan menunggu sampai kapanpun"
"Apa yang ada didalam sini?  Cintakah atau hanya rasa kasian? "

Naira menyentuh dada sebelah kiri vicky,  vicky menggenggam erat jemari lentik itu

"Kau masih ragu? "
"Aku... Aku takut"
"Bukankah harusnya kau lebih yakin karna aku tak hanya berkata kata,  aku membuktikannya dan itu dari dulu! "
"Dari dulu....  Kak vick...  "
"Iya dari pertama aku menemukanmu,  "

Naira mundur beberapa langkah dan berbalik membelakangi vicky,  vicky segera mendekati naira dan mempersempit jarak diantara keduanya vicky memeluk tubuh ramping itu dari belakang

"Aku tau rasanya agak aneh yaa,  dulu kita kakak beradik dan sekarang berganti status jadi pasangan suami istri,  agak gimana gitu dihatimu,  tapi kita tak ada hubungan darah kita sah dimata agama,  hukum dan apapun"
"Kakak akan terus bersamaku? "
"Tentu saja kau kan istriku aku akan menemanimu sampai kita tak lagi mampu bernafas, aku melihat kau bukan lagi sebagai gadis kecil,  adik perempuan,  aku melihatmu sebagai wanita dewasa yang sangat cantik,  aku sangat bersyukur mendapatkanmu"
"Nai ini gadis kotor,  hina kak"
"Itu hanya sudut pandangmu tak usahlah kau pikirkan orang diluaran yang terpenting hidup kita sayang, bukalah matamu lihatlah dunia ini bukankah kau memiliki semuanya apa yang tak kau miliki? Kau tinggal menunjuk apapun yang kau inginkan dan dalam sekejap pasti dalam genggamanmu"

Vicky membalikan tubuh naira,  mengangkat wajah naira agar menatap matanya,  namun naira masih tetap menunduk rasanya tak mampu menatap cahaya dimata vicky seolah olah menatap sinar matahari.

"Apa aku pantas mendampingimu kak? "
"Siapa bilang kau tak pantas ?kau lebih pantas dari siapapun tak ada yang lebih pantas selain kamu sayang!Aku akan menunggu kau siap menerima aku sebagai lelaki sebagai suamimu bukan sebagai abang "
"Kakak... "

Naira kembali menangis sesenggukan vicky segera mendekap tubuh ramping naira nampak sangat mungil dipelukan vicky, 

"Minumlah obatnya dan istirahat jangan mikirin apapun apalagi mikir kau tak pamtas menjadi istriku karna tak ada yang lebih pantas dari kamu"

Naira menurut kembali masuk dan meminum obatnya setelah itu nairapun tertidur mungkin efek obat itu juga,  vicky menutup tirai kamar itu dan keluar ke ruanganya menyelesaikan pekerjaan yang tertunda.

Tiga atau empat jam naira terlelap saat bangun dalam keadaan kamar temaram mencari cari vicky namun tak ada disampingnya,  naira keluar rumah nampak sepi karna asisten vicky mendapat perintah untuk meninjau perusahaan di indonesia,  maka rai terbang kesana 10 menit yang lalu sementara vicky masih berkutat dengan laptopnya,  vicky menengadah saat naira menguak pintu ruang kerjanya dengan penuh minat menghentikan aktifitasnya

"Ada apa sayang? "
"Kakak,  "
"Kamu lapar?  Apa ada yang sakit? "

Vicky bangun dan menghampiri istrinya itu naira hanya menggeleng gelengkan kepala saat vicky terus memburunya dengan pertanyaan

"Kau tak bisa tidur lagi ya? "
"Iya"
"Mau dikelonin kaya biasanya? "

Naira hanya mengangguk vicky tau betul naira memang hanya bisa kembali tidur  dipelukanya saat terjaga dari mimpi buruknya maka vicky segera mematikan laptopnya dan membawa naira kembali kekamar menjadikan lenganya sebagai bantal nyaman untuk naira hingga mereka tertidur bersama.

Possesif brotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang