14. Kenangan Jovian

923 35 0
                                    

|14. Kenangan Jovian|

"Masa lalu tidak menentukan masa depan. Masa lalu gue terlalu buruk. Jadi, bukan berarti masa depan gue juga bakal buruk, kan?"

***

"Rendy," panggil Melva.

"Mel? Gimana keadaan istri gue?" tanya Rendy.

"Thalia baik-baik aja, tapi," jawab Melva menggantung.

"Tapi apanya?"

Melva menatap lesuh Rendy. "She can't have a baby anymore," jawab Melva. Artinya, Thalia sudah tidak bisa mengandung anak lagi.

"Sepertinya, Sunny emang cuma ditakdirkan menjadi anak lo satu-satunya. Sorry, Ren. Tapi, Setelah beberapa menit, kita semua sudah membuat kesimpulan kalo Thalia udah nggak bisa hamil lagi," jelas Melva.

Melva, Istri dari Rafi yang merupakan sahabat lama Rendy yang berprofesi sebagai dokter itu meninggalkan Rendy. Rendy berpikir keras. Kemudian, ia menghubungi putrinya untuk segera kerumah sakit.

Selang beberapa menit, Sunny pun datang. Rendy langsung menjelaskan apa yang terjadi dengan Thalia. Sunny yang mendengar penjelasan Ayahnya pun menjadi sangat sedih. Padahal, ia ingin sekali memiliki adik. Tetapi, semuanya sudah diatur oleh yang maha kuasa. Sunny hanya harus berdoa agar Ibu dan Ayahnya tetap baik-baik saja. Karena, hanya Sunny-lah penentu dan penerus hidup mereka.

"Mama dimana sekarang?" tanya Sunny.

"Masih diperiksa," jawab Rendy.

Sunny mendengus pelan. "Papa jangan sedih, kan masih ada Sunny. Sunny nggak akan ninggalin kalian kok," ujar Sunny tersenyum.

Rendy tersenyum. Sunny memang paling pandai membuat sekitarnya juga ikut tersenyum. Rendy pun menarik Sunny ke dalam pelukannya. Lalu mengecup puncak kepala putri semata wayangnya tersebut.

Thalia pun keluar dari ruangan pemeriksaan. Rendy dan Sunny langsung memeluk Thalia. Tiba-tiba saja, air mata Thalia menetes. Meski diberi tahu bahwa ia sudah tidak bisa memiliki buah hati lagi, kedua makhluk kesayangannya itu masih ada. Masih memberinya pelukan. Dan, masih mencintainya.

"Sunny sayang Mama sama Papa," ujar Sunny. "No matter what happen," lanjutnya.

"Mama juga sayang kalian,"

"Papa bahagia punya kalian di hidup Papa," 

Pelukan keluarga kecil itu membuat beberapa pengunjung ikut tersenyum. Melva yang melihat mereka dari kejahuan juga langsung tersenyum senang. 

Tak lama kemudian, mereka pun pamit kepada Melva lalu pulang. Dalam perjalanan menuju rumah, Sunny hanya melihat ke arah luar jendela. Memperhatikan langit, kendaraan lain, set\rta bangunan-bangunan yang dilewatinya.

Sunny memperhatikan papan yang bertuliskan 'Panti Asuhan' hingga, Ia langsung membulatkan matanya.

"Gimana kalo adopsi adek buat Sunny aja?"

~oOo~

Jovian menginjakkan kakinya di rumah itu. Rumah yang terlihat sangat familiar. Rumah dimana kenangan indahnya terjadi. Rumah yang dulunya penuh kebahagiaan. Rumah yang sudah 3 tahun tidak Jovian lihat.

Membuka pintu itu dengan kunci dengan gantungan berbentuk gitar yang masih dipegang oleh Jovian sejak 3 tahun yang lalu. Jovian membuka pintu itu perlahan. Kosong. Segala macam barang tergeletak sembarangan dimana-mana.

Jovian menyusuri rumah itu. Hingga, ia berhenti didepan bingkai foto yang pecah belah dilantai. Jovian pun berlutut. Mengambil foto itu hingga tangannya tergores. Foto dimana dirinya sangat bahagia. Foto dimana keluarganya masih utuh dan saling menyayangi.

[✔️] AIEL'S JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang