41. Rasa Sakit

737 37 2
                                    

HUWAA!!! AIEL'S JOURNEY TEMBUS 2K!!!😭🖤
MAKASIH BANYAK LOH, GUYS! AKU NGGAK NYANGKA TERNYATA BANYAK YANG NUNGGU CERITA INI
😫
 WELL, AKU UDAH SUSUN ENDING CERITA INI MATANG-MATANG, SEMOGA KALIAN NGGAK KECEWA YAH SAMA ENDINGNYA NANTI


HAPPY READING, MY LOVELY READERS
🖤

|41. Rasa Sakit|

"Disaat kamu sudah membangun banyak cerita indah bersama, namun semuanya hanya ditakdirkan untuk hancur dan musnah."

***

Pagi yang cerah disertai dengan kicauan burung, suara angin, dan desiran air terjun yang mengalir membangunkan Sunny dari tidurnya.

Ia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu akhirnya bangkit dan meregangkan tubuhnya. Ia melihat jam di ponselnya yang sudah menunjukkan pukul 7 lewat beberapa menit. Sunny pun langsung membersihkan badan dan bersiap-siap untuk jalan.

Setelah siap, Sunny keluar dari kamarnya dan melihat kedua orang tuanya bersama Bagas di meja makan.

"Pagi, Ma, Pa, Bagas," sapa Sunny lalu ikut duduk.

"Loh, Kak?! Kok disini?" tanya Bagas dengan raut wajah kaget.

"Hah? Kakak baru keluar dari kamar. Masa nggak boleh ikut sarapan?" tanya Sunny kembali.

"Bukan gitu, bukannya Kakak lagi sama Bang Jovian?"

"Nggak, Gas. Kakak baru aja keluar dari kamar kok," jawab Sunny.

"Te-terus yang dipeluk Bang Jovian tadi siapa dong?" tanya Bagas sedikit bergumam.

Sunny mengerutkan keningnya. "Maksud Bagas apa?"

"Tadi pagi, Bagas keluar. Terus liat Bang Jovian jalan kedeket air terjun bareng cewek, abis itu dipeluk. Dari belakang sih mirip banget sama Kakak, tapi kata bukan Kakak ternyata," jelas Bagas.

Perkataan Bagas barusan berhasil membuat Thalia, Rendy dan Sunny kaget. 

"Bagas nggak salah liat?" tanya Thalia.

Bagas menggeleng. "Bagas yakin banget itu Bang Jovian," jawab Bagas kekeuh.

"Dimana, Gas?" kali ini, Rendy yang bertanya.

"Di deket air terjun," jawab Bagas.

Sunny pun berdiri lalu keluar dari villa itu, diikuti orang tuanya dan Bagas.

Sunny berjalan pelan menelusuri hutan yang rindang menuju air terjun. Dari kejauhan, Sunny sudah bisa melihat sepasang manusia yang sedang berpelukan. 

Zeline. Nama yang terlintas di otak Sunny. Wanita yang entah apa hubungannya dengan Jovian, yang Sunny tahu hanyalah, mereka cukup dekat. Sangat dekat malahan.

Sunny tidak berniat mengganggu, melihat Jovian yang memeluk cewek itu dengan rasa sayang, mengelus rambutnya, benar-benar membuat mata Sunny panas, membuat hatinya sakit, dan membuat pikirannya penuh.

Sunny pun berbalik sambil memejamkan matanya. Saat hendak berjalan, ia tidak sengaja menabrak seseorang. 

Saat membuka matanya, Sunny menunduk. Tiba-tiba saja, air matanya jatuh. Ia hanya bisa melihat kaki yang dibalut sepatu converse orang yang ia tabrak itu.

"Lo baik-baik aja, Sun?" tanyanya.

Sunny mendongakkan kepalanya. "Hah? Eh, Sunny nggak papa kok," jawab Sunny.

"Lo yak-" ujarnya terpotong saat melihat apa yang terjadi di belakang Sunny.

Sunny ikut berbalik, kembali melihat pemandangan menyakitkan itu. Tanpa disadari, mata Sunny dan mata Zeline bertemu. Jovian yang membelakangi mereka semua tidak tahu bahwa di belakangnya sudah ada Sunny dan yang lain.

Sepersekian detik kemudian, Zeline langsung melepas pelukannya.

Namun, tidak sampai disitu. 

Ia memegang bahu Jovian, menggesernya sedikit dan mendekatkan wajahnya ke wajah Jovian.

Beberapa detik kemudian, bibir mereka bertemu.

Kecewa. Itulah yang dirasakan Sunny saat ini. Tahu bagaimana rasanya ketika kamu membangun sesuatu dengan susah payah, tetapi tiba-tiba dirusak hingga hancur? Begitulah perasaannya saat ini.

"WOY, BANGSAT! APA-APAAN SIH LO?!" teriak Guntur.

Membuat dua sejoli itu langsung kaget. Ralat, hanya Jovian yang kaget. 

Sunny langsung memeluk Pelangi yang berdiri di samping Guntur. Membutuhkan sedikit kekuatan.

Jovian langsung berlari ke arah mereka. "G-gue bisa jel-"

Bugh

Satu hantaman keras dari Ranus berhasil mendarat tepat di wajah Jovian. "Mau jelasin apa lagi, Bangsat?! Punya pacar kok ciumannya sama cewek lain?! Nggak lucu, Yan!" bentak Ranus, dengan nada emosional.

Melihat Jovian yang terhuyung hingga jatuh, Zeline langsung memegang bahu Jovian dan membantunya berdiri.

"Lo kenapa, Yan?! Kalo lo nggak mau sama Sunny bilang dong! Nggak usah main selingkuh-selingkuhan gini!" tambah Topan yang ikut emosi.

"GUE BISA JELAS-"

"SUNNY!" pekik Pelangi langsung membuat semua orang diam dan memandangi apa yang terjadi dengan Sunny.

Pelangi menahan tubuh Sunny yang sudah tidak berdaya, pingsan. Baru saja hendak melangkah untuk menggendong Sunny, Jovian langsung didorong.

"Sunny nggak butuh lo," bisik Ranus sarkas.

Bukan Guntur, Ranus, Topan apalagi Jovian yang menggendong Sunny. Melainkan Ayahnya sendiri, Rendy.

Disaat semua orang langsung mengikuti Rendy yang membawa Sunny kedalam villa dengan cepat, Bagas masih di sana. Bersama Jovian dan Zeline.

"Puas, Bang?" tanya Bagas dingin. Lalu, beranjak meninggalkan mereka.

Jovian mengacak rambutnya, frustasi. Zeline yang ingin menenangkan lelaki itu, hendak memegang pundaknya. Namun, Jovian langsung menjauh. 

Jovian berjalan menuju arah gunung, Zeline pun mengikutinya dari belakang.

"Jangan ikutin gue!" 

~oOo~

"Sunny sayang..." lirih Thalia sambil mengelus rambut cewek pucat yang sedang terbaring.

"Hari ini kita pulang," ujar Rendy tiba-tiba.

"Hari ini, Om?" tanya Topan, memastikan.

Rendy mengangguk. "Kalau Sunny sudah sadar, kalian semua silahkan siap-siap. Jika kalian masih mau disini, silahkan." ujar Rendy kemudian pergi.

Thalia menghela napas, bersamaan dengan itu Sunny bangun.

"Sunny!"

"Mama?" panggil Sunny dengan suara parau.

"Iya, Sayang. Mama disini," ujar Thalia.

Sunny memejamkan matanya perlahan, mengumpulkan nyawanya yang tadi sempat berkelana entah kemana.

"Sunny mau pulang, Ma. Sunny nggak mau ketemu dia," ujar Sunny.

...

segitu dulu.

once again, makasih banyak yang udah mau baca sampe tembus 2k omg:(

LUV YU ALL

27.05.2019

[✔️] AIEL'S JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang