61. Terbongkar

776 34 3
                                    

|61. Terbongkar|

***

"Hasil tes kemoterapi kamu kemarin mengecewakan, Sun... Kondisi kamu memburuk," ujar Dokter Vincent membuat Sunny menunduk lemas.

"Dok, Sunny bisa sembuhkan?!" tanya Thalia.

"Dia bisa sembuh kalau dia ada kemauan, Bu. Sunny harus rutin menjalani semua perawatan. Dia harus banyak istirahat," jawab Dokter Vincent.

"Maaf, Dok, Ma, Pa," lirih Sunny.

"Sunny sayang, liat Mama. Sunny, kamu mau sembuhkan, Nak? Kamu harus jalani semua perawatan dan harus banyak istirahat. Kalau perlu kamu nggak usah sekolah lagi," ujar Thalia sambil menangkup kedua pipi Sunny.

Sunny menggeleng cepat, lalu memegang kedua tangan Ibunya. "Sunny nggak mau berhenti sekolah, Ma. Sunny tetep mau sekolah!" ujar Sunny.

"Kalo gitu kamu harus rutin menjalani perawatan. Mama nggak mau kondisi kamu makin buruk," ujar Thalia penuh rasa cemas dan khawatir.

Sunny menghela napas. "Sunny harus apa, Dok?" tanya Sunny.

"Besok sore, Dokter tunggu kamu untuk cuci darah, bisa?" tanya Dokter Vincent.

Sunny mengangguk lemas. "Sunny bisa," lirihnya pelan.

"Sunny, Dokter sudah tangani kamu bertahun-tahun. Dan, Dokter nggak mau merasa gagal, Sun. Dokter mau kamu menjadi orang pertama yang bisa bebas dari penyakit ini," ujarnya lalu menunduk. "Karena, bahkan istri Dokter sendiri nggak bisa selamat. Dokter mau kamu bisa, Sun," ujarnya.

Sunny mengelus tangan Vincent pelan, lalu mengangguk seraya tersenyum. "Sunny pasti bisa, Dok. Seperti yang selalu kalian bilang, Sunny itu kuat dan akan selalu kuat," ujarnya semangat.

"Itu baru anak Papa," ujar Rendy sambil mengelus rambut Sunny.

"Banyak orang yang bisa selamat dari leukimia, banyak juga yang harus gugur. Dan, Dokter mau kamu menjadi orang yang bisa terbebaskan dari leukiminya-mu, Sun. Kamu pasti bisa," ujarnya.

Sunny mengangguk. "Kalo gitu Sunny balik dulu, Dok," ujarnya diangguki Vincent.

Sunny membuka pintu ruangan Dokter Vincent. Dan, betapa kagetnya ia ketika melihat sosok lelaki berpakaian rumah sakit dengan tiang infus yang berdiri di sebelahnya.

"Jo-jovian?"

Jovian menatapnya tidak percaya. Lelaki itu kemudian melepas infusnya dan beranjak dengan sangat cepat.

"JOVIAN!" teriak Sunny kemudian mengejar lelaki itu.

Jovian berhenti di balkon, menarik napas panjang kemudian menghembuskannya.

Sunny tidak sengaja menabrak punggung Jovian. Ia mengatur napasnya sambil memegang dadanya. 

"Apa-apaan, Sun?!" tanya Jovian.

Sunny menatap Jovian dengan tatapan sendu. "Maaf,"

"Maaf?! Buat apa?!" tanya Jovian, sedikit membentak. 

Sunny menunduk. Ya, akhirnya Jovian tahu. Tentang penyakitnya.

"Kenapa kamu nggak bilang, Sun?! Kenapa?! Apa aku nggak pantas untuk tau? Hah?! Aku ini siapa kamu, sih?! Orang asing? Bukan!" lanjut Jovian membentak.

"M-maafin Sunny..." lirih Jovian.

Jovian mendecak frustasi, kemudian menarik gadis itu ke pelukannya. Memeluknya dengan sangat erat.

"Ini kabar terburuk yang pernah aku denger, Sun. Kamu bener-bener jahat," ujarnya.

"Maafin Sunny... Sunny cuma nggak mau Jovian khawatir," ujar Sunny.

[✔️] AIEL'S JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang