16. Guru

899 37 0
                                    

|16. Guru|

"Kamu perlu makan. Karna, pura-pura bahagia juga butuh tenaga."

***

"JOVIAAAAAN!!!!" pekik Riska.

"BU! AMPUN, BU!" teriak Jovian sambil berlari-lari.

"JOVIAN! BERHENTI! IBU CAPEK!" teriak Riska ngos-ngosan akibat lari maraton dengan Jovian.

"IBU DONG YANG BERHENTI. NTAR, SAYA DIGEBUKIN IBU," 

"KAMU BERHENTI. IBU NGGAK AKAN NGAPA-NGAPAIN KAMU!" 

Akhirnya, Jovian berhenti. Setelah dikejar oleh Riska, Jovian mengatur napasnya. Tak lama kemudian, telinga Jovian langsung terasa sakit. Lebih tepatnya karena dijewer oleh Riska.

"Masih berani kamu?!"

Selama dikuncikan diruang guru bersama dengan Riska, Jovian hanya terdiam. Memandangi meja tiap meja guru-guru yang berbaris rapi. Tak lama kemudian, seseorang mengetuk pintu ruang guru. Dan, yang membukakannya adalah Vigra, salah satu guru mata pelajaran.

"Kamu kesini mau ambil sertifikat kemenangan kamu, kan?" tanya Vigra.

Muncullah sosok wanita cantik. Ia tersenyum dan mengangguk pelan. Vigra menyodorkan kertas tebal yang langsung diterima oleh Sunny. Ia berterima kasih lalu hendak pergi. Namun, ia dipanggil oleh Riska.

"Ada apa, Bu?" tanya Sunny sopan.

"Boleh Ibu liat sertifikat kamu?" 

Sunny menyodorkan kertas yang berada ditangannya kepada Riska. Riska pun membacanya dengan teliti lalu memberikan kertas itu kepada Jovian.

"Liat tuh!" pinta Riska.

Jovian mengambil dan melihatnya sekilas. "Kenapa, Bu?" tanya Jovian.

"Baca dulu,"

Jovian membacanya dengan seksama sambil mengangguk-angguk lalu memandang Sunny. "Good," ujarnya.

"Good-good-good. Bisa nggak kamu dapet sertifikat kayak gitu? Nih! Juara 1 lomba Sains tingkat SMA!" ujar Riska.

"Ya, nggak bisa, Bu," Jovian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ya iyalah! Orang nilai kamu anjlok amburadul gini!" 

"Pembullyan nih, Bu," elak Jovian.

Riska menghela napas. "Jovian, Ibu sudah sangat sabar hadapi kamu. Tapi, kamu sepertinya sudah tidak bisa diatur. Ibu sudah capek, Jovian. Kamu bahkan nggak peduli saya lari-larian ngejar kamu tadi. Kamu memang tidak ada rasa peduli atau bagaimana? Dan, Ibu sudah menyerah untuk mengajar kamu. Ibu lelah bentak-bentak kamu. Ibu capek marah-marahin kamu Jovian. Ibu letih nasehatin kamu. Tapi, dari kamu Ibu belajar. Kalo Ibu punya anak nanti, nggak akan Ibu didik seperti kamu. Ibu mau kamu berhasil. Ibu mau kamu sukses!" ujar Riska membuat Jovian menunduk.

"Maafkan saya, Bu," lirih Jovian.

"Ibu akan selalu memaafkan semua kesalahan kamu, Jovian. Tapi, percuma kalo kamu minta maaf dan tetap mengulanginya," ujar Riska lagi. "Nilai-nilai kamu, sebenarnya hanya Ibu tambah. Nilai kamu bener-bener turun Jovian. Ibu mau kasih kamu pelajaran tambahan tapi sepertinya kamu nggak butuh," sambungnya.

"Bu, saya nggak perlu belajar. Kalo saya belajar, jadi pintar, dapat kerja bagus, dapat uang, buat apa, Bu? Saya sudah punya banyak harta dari Papa saya. Saya kerja buat siapa lagi? Saya pintar buat siapa lagi? Saya bahkan nggak tau untuk siapa saya hidup, Bu! Disaat semua orang menyiapkan masa depannya masing-masing. Saya hanya diam, Bu! Karna, didalam pikiran saya, untuk siapa masa depan saya?" 

[✔️] AIEL'S JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang