65. Tidak Terduga

980 37 2
                                    

|65. Tidak Terduga|

"Ketika kita percaya bahwa tak ada satupun kehilangan yang direncanakan, maka selayaknya kita juga paham, perpisahan pun demikian."

***

Jovian melepaskan 17 balon yang ia pegang, menjatuhkan boneka teddy bear besar, serta kotak yang tertutup rapat. Ia berlari secepat mungkin menuju Sunny.

"Sunny... Sunny, please! Bertahan," ujar Jovian sambil menaruh kepala gadis itu ke lengannya.

"E-el... Su-sunny nggak k-kuat," lirih gadis itu.

Jovian mendengus, lalu melihat sekitarnya. Memandang lelaki yang berdiri seraya menatap kosong ke Sunny dengan penuh amarah.

"LO!" bentak Jovian.

"P-piyan?!" lelaki barusan, merupakan ketua dari salah satu geng besar yang dinaungi Jovian sejak SMP, Vion.

"LO NGAPAIN, BRENGSEK?!" bentak Jovian.

"S-sorry, Yan... G-gue salah sasaran," ujarnya terbata-bata.

"BANGSAT!" umpat Jovian.

Jovian tidak memedulikannya, ia kembali menatap Sunny yang makin lemas. Dada bagian kirinya sudah dipenuhi banyak darah hingga tembus dari seragam putihnya itu.

"Sunny..." panggilnya pelan.

"S-sakit, El..." lirih gadis itu.

"TELPON AMBULANS, ANJING!" bentak Jovian lagi.

Membuat lelaki yang tadi berdiri tidak tahu ingin berbuat apa, langsung mengeluarkan ponselnya dengan cepat.

"Kamu harus bertahan, Sun... Kamu kuat, kan?" tanya Jovian.

Sunny menangis dalam diam. "A-aku... Nggak k-kua-"

Belum menyelesaikan kalimatnya, Sunny sudah tidak sadarkan diri di lengan Jovian.

Napas Jovian menjadi tidak beraturan. Ia langsung membaringkan gadis itu. Jovian membuka seragam putihnya dan menyeka dada Sunny.

"Please, Sun... Bertahan," ujar Jovian, tak kuasa menahan tangisnya.

Bersamaan dengan itu, suara sirine ambulans berbunyi.

Jovian langsung membopong Sunny. Dengan bantuan para perawat, Sunny baring diatas banker dan dimasukkan ke dalam mobil.

"Lo jangan lari," ujar Jovian sinis. Lalu, ikut naik ke ambulans tersebut.

Setelah ambulans itu pergi, giliran polisi yang datang. Para polisi langsung mengevakuasi area itu.

Ternyata, orang-orang yang berkunjung ke pasar malam itu bersembunyi. Sama halnya dengan Jovian dan Sunny yang tidak tahu apa-apa, mereka nyaris saja terbunuh karena terjadi tawuran besar antar kampus.

Dimana para mahasiswa membawa senjata tajam untuk saling melukai. Hingga, Sunny menjadi salah satu korban terparah.

~oOo~

"Cobaan apa lagi ini, Tuhan??!!" Thalia tidak berhenti menangis.

Rendy berusaha menenangkan istrinya, padahal dirinya sendiri juga sedang menangis. "Ma, tenang," bujuknya.

"TENANG APANYA, PA?! PUTRI KITA KENA TEMBAKAN!" Thalia membentak. Membuat beberapa orang sempat menoleh kaget.

Jovian berlutut didepan Thalia dan Rendy. "Ini salah saya, Om, Tante. Saya yang tidak bisa jaga Sunny. Tadinya, saya cuma ninggalin dia untuk ambil hadiah ulang tahun untuk dia," ujar Jovian menjelaskan.

[✔️] AIEL'S JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang