27. Misterius

811 36 1
                                    

|27. Misterius|

"Semuanya itu butuh proses. Tidak lama. Hanya harus bersabar sedikit saja."

***

"Gimana kabar kamu, Sun?" tanya Rendy.

"Udah lebih baik, Pa. Sunny boleh pulang yah? Bareng kalian?" tanya Sunny.

"Nanti Papa tanya ke dokter," jawab Rendy.

Rendy pun keluar dari ruangan dimana Sunny dirawat. Wanita itu kembali terbaring lemah dengan infus yang tertempel di punggung tangan kirinya.

Pintu ruangan itu terbuka perlahan. Menunjukkan sosok lelaki yang menjelma di pikiran Sunny hingga ia sampai masuk rumah sakit, lagi.

Sunny langsung menunduk, tidak berniat untuk melihatnya.

"Sun," panggilnya.

"Hm?"

"Liat gue," pintanya.

Sunny perlahan mendongakkan kepalanya, manik mata Sunny bertemu dengannya. Wajah lelaki itu datar, tidak berekspresi.

"Lo masih marah sama gue?" tanyanya.

"Nggak," jawab Sunny singkat.

"Gue minta maaf, Sun," ujarnya.

"Minta maaf buat apa? Jovian nggak ada salah kok," 

"Ini pertama kalinya gue minta maaf sama cewek," gumamnya pelan.

"Hah?" 

"Hm? Nggak,"

Sunny menghela napas. "Pertama kalinya minta maaf sama cewek yah? Nggak pernah minta maaf sama Mama Jovian?" tanya Sunny langsung membuat Jovian duduk dengan tegang.

"Nggak pernah," jawabnya.

"Masa sih? Kok bisa?" tanya Sunny lagi.

"Gue udah bilang, gue bakal cerita semuanya, tapi belum sekarang," jawabnya membuat Sunny makin penasaran.

"Kalo gitu gue mau pulang dulu," ujar Jovian seraya berdiri.

Sunny mengangguk. "Hati-hati."

Jovian beranjak dari ruangan itu dengan perasaan yang sudah lega. Setidaknya, wanita itu memaafkan dan tidak marah lagi padanya.

.

"WOY, BANGSAT! KELUAR LO!" teriak lelaki kekar itu.

"Mau apa lagi sih lo?!" tanya cowok yang baru saja keluar dari sebuah bangunan tua.

"SINI!" pintanya. "Lo mau cari masalah lagi sama kita?! Lo semua itu, CEMEN!" 

"JAGA MULUT LO YAH!" 

"Kenapa? Tersinggung? Sakit hati? Sini, keluar! Lawan gue!" suruhnya.

Cowok itu membuka gembok pagar itu. "Anak buah lo gercep banget, tukang ngaduh lagi," sindirnya itu kemudian terkekeh.

"APA-APAAN LO?!" teriak salah satu dari rombongan itu.

"Bener kan? Bocah," 

Lelaki yang berdiri paling depan itu langsung menonjok wajah cowok itu tepat di bagian pipi. "Awas aja lo!" bisiknya pelan.

Cowok itu mengusap pipinya yang memerah. Tiba-tiba, beberapa orang lainnya kelur dari rumah itu. 

"Tunggu apa lagi?" tanya cowok itu dengan senyum sinisnya.

Lelaki paling depan itu maju dan menyerang mereka, disusul dengan beberapa lainnya.

Karena jumlah yang tidak seimbang, salah satunya menelpon teman-temannya untuk datang segera.

[✔️] AIEL'S JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang