17. Adopsi

899 35 0
                                    

|17. Adopsi|

"Semuanya butuh proses. Hidup juga butuh proses. Proses menyakitkan, proses membahagiakan dan proses terulangnya kembali semua itu."

***

"Kalian saling kenal?" tanya Bagas yang heran mereka saling mengetahui nama satu sama lain.

Jovian dan Sunny bersamaan memandang Bagas. "Satu sekolah," jawab mereka bersamaan.

"Bang, Kak Sunny mau ngadopsi aku," ujar Bagas langsung.

"HAH?!" kaget Jovian. "Ngadopsi? Lo serius, Sun?" tanya Jovian kepada Sunny.

Sunny mengangguk pelan. "Iya," jawabnya.

"Abang nggak marah, kan?" tanya Bagas.

Jovian menghela napas. Sedikit membungkuk untuk menjajarkan wajahnya dengan wajah Bagas. "Kenapa marah? Abang bahagia kalo kamu bahagia, Gas," ujarnya.

Bagas pun memeluk Jovian. Sunny tersenyum melihat kedekatan keduanya. Ternyata, Bagas adalah anak yang paling dekat dengan Jovian. Bahkan, sudah menganggap Jovian seperti kakaknya sendiri.

"Boleh ngomong bentar, Sun?" tanya Jovian.

Sunny terbelalak. "Hah? Eh, boleh," jawabnya.

Mereka pun pergi dari tempat tersebut. Melangkah perlahan ke arah taman yang Sunny duduki dengan Bagas sebelumnya.

"Lo kenapa mau ngadopsi Bagas?" tanya Jovian.

Sunny tersenyum sejenak. "Mama nggak bisa hamil lagi. Artinya, Sunny udah nggak bisa punya adek. Terus, Sunny ngusulin Mama Papa buat adopsi anak dari Panti Asuhan, mereka pun setuju. Pas Sunny kesini, anak-anak yang lain ngerasa biasa aja. Jadi, Sunny kesini dan ketemu Bagas. Bagas sempat cerita sedikit masa lalunya dan Sunny tanya apa dia mau pulang sama Sunny atau nggak. Dia bilang, mau tanya ke abangnya dulu," jelas Sunny.

"Lo jagain dia," ujar Jovian. 

"Pasti," jawab Sunny.

"Oh iya, Bu Riska nyuruh gue belajar sore sama lo. Dia nggak mau waktu di sekolah kita tersita di perpus terus," ujar Jovian.

Sunny mengangguk dan tersenyum, "Besok dirumah Sunny, yah?" tanya Sunny.

"Oke," jawab Jovian lalu berdiri.

Mereka pun kembali masuk di ruangan tersebut. Dilihatnya, Bagas sudah siap untuk pulang ke rumah baru beserta keluarga barunya. Bagas tampak sangat bahagia. Begitupun dengan Sunny, Jovian, Rendy, Thalia dan teman-teman Bagas.

"Ayo, kita pulang," ujar Rendy.

Mereka pun pamit. Begitupun dengan Jovian yang memberi Bagas semangat dan ucapat selamat. Lalu, mereka pun masuk di mobil.

.

Setelah pergi ke toko penjual alat tulis, Sunny membeli beberapa perlatan untuk dirinya dan banyak peralatan untuk Bagas. Mereka juga sudah memesan baju sekolah untuknya.

"Welcome home, Bagas," sambut Thalia.

"Bagas, semoga kamu bisa betah sama keluarga ini, yah? Kalo kamu butuh apa-apa, bilang sama Papa, Mama atau Kak Sunny. Malam ini juga, Papa akan urus sekolah kamu. Kamu istirahat aja dulu," ujar Rendy.

"Makasih," ujar Bagas tersenyum. "Papa," lanjutnya membuat Rendy terkekeh lalu mengacak-acak rambut Bagas.

Thalia mencubit gemas pipi Bagas. "Mama mau masakin kamu spesial untuk menyambut kedatangan kamu dirumah dan dikeluarga ini. Kamu liat-liat kamar kamu aja dulu," ujar Thalia.

[✔️] AIEL'S JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang