60. Kabar Buruk

767 35 2
                                    

|60. Kabar Buruk|

"Hujan dan badai bisa datang kapan saja. Bahkan saat cerah pun, mereka bisa langsung datang dan mengubah suasana cerah itu."

***

Satu minggu setelah kejadian itu, semuanya berjalan normal. Mulai dari hubungan Jovian dan Sunny, perusahaan Adinata dan semuanya.

Ranus? Dia tidak pernah terlihat lagi. Bahkan ia tidak ke sekolah.

Siang ini, Jovian mengantar Sunny pulang seperti biasa. Tak lupa ia masuk dan menyapa Rendy, Thalia dan juga Bagas.

"Kalo gitu, Jovian pamit Tante, Om," ujarnya kepada mereka.

"Hati-hati, Yan,"

"Salam buat Papa kamu,"

Jovian mengangguk lalu berjalan keluar.

"Pulang dulu, Gas," ujarnya kepada Bagas.

"Tiati, Bang,"

"Aku pulang yah,"

Sunny tersenyum sambil mengangguk. "Hati-hati."

Motor Jovian melaju dengan kecepatan biasa, beranjak dari rumah Sunny. Ia hendak ke rumahnya, rumah Ayahnya.

Di perjalanan, Jovian tak henti-hentinya tersenyum. Merasa bahagia dengan apa yang ia punya sekarang. Semuanya sudah berjalan lancar dan baik. Awalnya, ia mengira ini semua tidak akan terjadi. Kebahagiaan yang ia inginkan hanya sekedar angan-angan.

Tapi, semuanya tidak seperti itu. Rencana Tuhan memang selalu luar biasa. Dan, Jovian mendapat kebahagiaan dari Tuhan dengan perantara seorang gadis cantik, lembut dan baik hati, Sunny.

Jovian tidak bisa memikirkan bagaimana jika ia tidak bertemu Sunny waktu itu. 

Sebelum ke rumah Ayahnya, Jovian berubah pikiran. Ia ingin menemui Ibunya terlebih dahulu. Menyalurkan kebahagiaannya agar Ibunya juga senang disana.

Sebelum memasuki area pemakaman, Jovian membeli bunga di toko bunga yang terletak di depan gerbang pemakaman itu.

"Eh, Iyan..." sapa penjaga toko yang mengenal Jovian dengan sangat baik.

Jovian tersenyum. "Kayak biasa," ujarnya.

Penjaga lelaki itu mengangguk, lalu mengambilkan sebuket bunga lily atau bakung. Andriana, Ibu Jovian sangat menyukai bunga lily, oleh karena itu Jovian selalu membeli bunga lily sebelum mengunjungi makam Ibunya.

Jovian mengambil bunga itu lalu menaruh selembar uang berwarna merah kepada penjaga toko itu.

"Nggak biasanya Aden kesini sambil senyum-senyum," ujar pria tua itu.

Jovian terkekeh pelan. "Lagi bahagia, Pak," jawab Jovian.

"Wah, bagus itu! Aden berhak dapat kebahagiaan. Bahagia terus yah, Den," ujar pria itu sambil tersenyum.

"Makasih, Pak. Duluan." Jovian keluar setelah Bapak itu mengangguk.

Jovian menyebrangi jalanan yang sepi itu, hanya beberapa kendaraan yang lewat. Ia memasuki area pemakaman, tak lupa memberi salam dan menyapa penjaga makam itu.

Jovian berjongkok di samping makam Ibunya, mengambil buket bunga yang lama itu kemudian menggantinya dengan yang baru ia beli.

"Mama apa kabar? Mama baik-baik aja disana, kan?" tanya Jovian sambil membersihkan makam Andriana.

"Mama tau, Jovian udah bahagia. Jovian udah baikan sama Papa, Jovian balikan sama Sunny dan Jovian udah nggak dibenci sama Om Rendy," lanjutnya, menceritakan semuanya kepada Andriana.

[✔️] AIEL'S JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang