2 Hours After Rain

593 126 33
                                    

Senin subuh saat sang ibu pulang dan melihat keadaan sang putra jauh dari kata baik membuat beliau khawatir. Benar saja, putranya itu demam dan flu. Maka dari itu, mengabaikan dirinya yang masih kelelahan, wanita paruh baya itu melaksanakan tugasnya sebagai seorang ibu. Hatinya terasa sakit kala melihat sang putra yang tengah mengigau—kebiasaannya ketika sakit—tampak tak berdaya.

Pukul tujuh pagi, wanita paruh baya itu akhirnya dapat beristirahat. Setelah merawat sang putra dan membersihkan sampah tissue yang berserakan. Tentu beliau lelah, namun hatinya menjadi tenang melihat kondisi Dongpyo yang perlahan membaik.

Setelah menelpon pihak sekolah tentang Dongpyo yang tidak dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar selama beberapa hari ke depan, wanita paruh baya itu duduk bersandar pada sofa dan memejamkan matanya. Terbesit rasa bersalah pada sang putra, beliau merasa tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai seorang ibu yang semestinya. Tidak dapat dipungkiri jika beliau memang sibuk, sebagai seorang wanita karier dan single parent.

Beliau melakukannya demi sang putra, Son Dongpyo. Baginya, lebih baik membanting tulang demi keluarga kecilnya daripada mengharap belas kasihan orang lain. Dongpyo putranya, maka menjadi keharusan baginya untuk merawat sang putra.

Tidak peduli dengan perkataan orang lain.

Karena kelelahan setelah perjalanan bisnisnya dan belum sempat beristirahat, jadilah beliau tertidur di sofa.

Hari belum sepenuhnya menjadi siang saat Dongpyo terbangun dari tidurnya. Melihatnya sekelilingnya yang tampak rapi dan keningnya yang terdapat handuk kompres, Dongpyo menduga sang ibu telah pulang. Pemuda itu melangkah keluar kamar, mengabaikan pusing yang masih tersisa.

Dongpyo merasa bersalah melihat sang ibu yang tertidur di sofa. Pastilah beliau kelelahan karena begitu pulang dari perjalanannya, beliau masih harus merawatnya. Ah, harusnya dia bisa lebih menjaga diri 'kan?

Dongpyo tidak ingin menyusahkan ibunya lebih banyak lagi. Maka dari itu, dengan penampilannya yang masih acak-acakan, Dongpyo beranjak ke dapur. Pemuda itu dengan cekatan mengambil roti tawar dan selai dari lemari dapur. Baru saja akan mengoleskan selai, gerakannya mendadak terhenti kala merasakan wajahnya terasa panas.

Ia merona.

"Astaga, kenapa aku memikirkannya?"

Karena tiba-tiba bayangan Lee Jinwoo yang sedang tersenyum beserta kalimat manis yang diucapkannya terlintas di benaknya.

Hanya karena selai coklat yang membuatnya mengingat seorang Lee Jinwoo.

Dan hanya Lee Jinwoo yang membuatnya merona seperti saat ini.



( • )

Kamu ga inget ya nak, jinu pernah ngatain kamu pendek :3

Don't know you ✓ | ljw • sdpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang