Jinwoo cemberut di tempatnya duduk. Sedari tadi pemuda itu terus merengek pada pemuda di sampingnya. Dirinya makin kesal ketika kekasihnya itu mengabaikannya. Padahal 'kan, Jinwoo ingin kencan hari ini!
"By, katanya kencan."
Dongpyo melirik sekilas pada Jinwoo di sampingnya. Pemuda itu menahan tawa melihat wajah kekasihnya yang cemberut sampai sekarang. Ingin rasanya dia tukaran posisi sama Jinwoo.
"Ini kencan," ucap Dongpyo.
"Bukan kencan kalau kamu fokus mulu sama buku-buku itu!"
Jinwoo tidak membentak kok, pemuda itu justru menyandarkan kepalanya di bahu Dongpyo. Dongpyo menghela napas, kalau sudah begini artinya Jinwoo merajuk padanya.
Iya, hari ini mereka kencan. Harusnya sih kencan.
Sebelum akhirnya Dongpyo mengajak Jinwoo ke perpustakaan kota. Awalnya Jinwoo baik-baik saja, bisa 'kan dia cuddle sama Dongpyo di perpustakaan. Iya, itu yang ada di pikiran Jinwoo.
Sayangnya tingkat pemikiran Jinwoo dan Dongpyo itu berbeda jauh. Dongpyo niatnya ke perpustakaan itu untuk mencari materi untuk makalahnya. Karenanya di hadapan pemuda itu ada setumpuk buku—Jinwoo yang melihatnya saja sudah mual. Karenanya juga, Jinwoo cemberut sedari tadi.
Bagaimana tidak, Dongpyo sibuk dengan bukunya dan mengabaikan Jinwoo. Jinwoo cemburu, tapi rasanya tidak elit kalau cemburu pada buku. Jadilah pemuda itu terus merengek pada Dongpyo.
"Jinwoo, kamu berat lho."
Dongpyo berucap setelah sekian menit Jinwoo terus bersandar di bahunya.
"Biarin."
Ngambek beneran ternyata.
Dongpyo menghela napas lagi. Jika ia tidak segera mengambil keputusan, bisa-bisa Jinwoo tidak mau lepas darinya sampai pulang nanti.
"Jinwoo."
"Apa?"
Akhirnya Dongpyo berucap, "Oke, kamu mau kemana sekarang?"
Jinwoo langsung mengangkat kepalanya dan menatap Dongpyo dengan pandangan berbinar-binar. Dongpyo yang melihatnya jadi ingin melempar Jinwoo dengan tumpukan buku di hadapannya.
"Oke, ayo!"
Jinwoo terlalu bersemangat, pemuda itu menarik Dongpyo keluar perpustakaan dengan segera. Mengabaikan teriakan marah dari penjaga perpustakaan karena buku yang Dongpyo ambil belum dikembalikan ke tempat semula. Dongpyo hanya bisa mengucap maaf dalam hati.
Dongpyo sering mengatakan kalau dirinya tidak mengerti Lee Jinwoo bahkan setelah apa yang mereka lalui hingga kini. Seperti saat ini, ia pun kembali dibuat heran dengan Lee Jinwoo.
Setelah dulu pemuda itu membawanya ke festival keliling, kali ini pun pemuda itu kembali membawanya ke festival. Tapi bukan festival yang penuh dengan taman bermain, melainkan festival bazar.
Dongpyo mungkin sering melihat bazar di tempat lain, tetapi ia belum pernah melihat bazar seperti ini. Berbagai kedai berjejer rapi di sisi jalan. Dongpyo tidak tahu tepatnya, namun ia yakin sekarang ia berada di perbatasan kota.
Dongpyo bertanya-tanya, mengapa Jinwoo selalu mengetahui tempat luar biasa yang tidak ia ketahui.
Jinwoo tersenyum melihat Dongpyo yang menjadi begitu bersemangat. Saat mengetahui ada berbagai macam kedai es krim, Jinwoo pasrah saja ketika Dongpyo menarik tangannya. Membawanya mengelilingi bazar hanya untuk mencari kedai es krim, memastikan tidak ada satupun kedai yang terlewat.
Sementara Dongpyo dengan bersemangat mengunjungi kedai es krim satu persatu. Jika ada sepuluh kedai es krim di bazar, maka ia akan membeli satu es krim berbeda di setiap kedai. Dan hanya es krim yang dibelinya.
Iya, Dongpyo memang begitu mencintai es krim dan coklat. Dulu ia pernah mengatakan kalau ingin menikahi es krim rasa coklat. Jangan dihujat, itu 'kan mimpi anak kecil.
Karena terlalu banyak makan es krim, Dongpyo rasa ia tidak bisa makan apapun lagi hari ini. Ia bahkan menolak Jinwoo yang mengajaknya makan siang saking kenyangnya dia makan es krim.
Sepulang dari bazar, Dongpyo mengatakan kalau ia ingin mampir ke sesuatu tempat. Jinwoo menurut saja, namun pemuda itu tertegun setelah mengetahui ke mana Dongpyo ingin pergi.
Pemakaman umum.
Di sinilah keduanya berada, di hadapan sebuah makam. Di nisannya tertera nama 'Son Nami'. Jinwoo melirik Dongpyo yang tengah tersenyum pilu pada makam di hadapan mereka. Jinwoo tahu siapa itu Son Nami, adik Dongpyo satu-satunya. Itu artinya Dongpyo membawanya ke makam sang adik 'kan?
"Nami, kamu baik 'kan? Kakak merindukanmu." Dongpyo melanjutkan, "Kakak juga membawa seseorang."
Dongpyo menyikut perut Jinwoo pelan dan berbisik, "Ucapkan sesuatu padanya."
"E-eh?"
Jinwoo tersentak, ia tidak tahu harus mengucapkan apa. Apalagi ini adalah adik iparnya, meski dia telah tiada.
"Halo Nami, aku calon kakak iparmu. Hehe."
Dongpyo mendelik pada Jinwoo, ia tidak menyangka Jinwoo akan mengatakan hal seperti itu.
Tapi Jinwoo tidak peduli dan melanjutkan, "Restui aku untuk mengubah marga kakakmu, ya?"
"Jinwooo, apaan sih!" rengek Dongpyo.
Jinwoo tertawa, "Tenang, kakakmu bakal aku jagain kok."
Wajah Dongpyo merona, Jinwoo yang melihatnya menjadi gemas. Pemuda itu membawa Dongpyo dalam dekapannya, mengabaikan di mana mereka berada sekarang.
Di tengah pelukan keduanya, Jinwoo merasa hembusan angin seolah berbisik padanya.
"...ya, jaga kakakku..."
( • )
Masa ku merinding pas ngetik bagian di makamnya :)
Bagi yg namanya Althan, gosah komen macem" kao :)Btw, adeknya dedek pyo :3
Tau kan ya adiknya Dongpyo siapa :3
Jelas bukan Seungwoo_-Kalo sepi egen aku juga ngambek egen :*
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't know you ✓ | ljw • sdp
FanfictionDi depan minimarket sore itu, Dongpyo menemukan sosok rapuh seorang Lee Jinwoo. Bxb! Shonen-ai! Lee Jinwoo • Son Dongpyo 2019 © Neko