4 Years During Rain

362 82 57
                                    

Keadaan Dongpyo makin lama justru makin memburuk.

Pemuda manis itu kini terbaring lemah di ranjangnya. Wajahnya pucat, tak ada lagi bibir semerah cherry. Tubuhnya tampak lebih kurus, tak ada lagi pipi tembam menggemaskan itu. Semuanya seolah menghilang tanpa jejak.

Sudah tiga hari terakhir keadaannya menjadi begitu buruk. Hari Rabu setelah pelajaran olahraga, Dongpyo kehilangan kesadarannya. Membawanya ke UKS pun tak banyak membantu, pemuda manis itu harus dilarikan ke rumah sakit. Hyungjun yang kala itu bersama Dongpyo tidak mampu menahan air matanya ketika melihat kondisi sahabatnya yang begitu menyedihkan. Karenanya ia memaksa untuk ikut ke rumah sakit.

Ketika Dongpyo membuka mata, pemuda itu mendapati dirinya berada di ruangan serba putih. Setelahnya didapatinya Hyungjun yang matanya terlihat sembab tengah menanyakan keadaannya. Bukannya menjawab, Dongpyo justru memaksakan diri untuk duduk. Sayangnya tubuhnya masih terlalu lemah untuk sanggup melakukannya.

"Tiduran aja dulu."

Dongpyo hanya mengiyakan ucapan Hyungjun. Rasa sakitnya mulai terasa, perutnya terasa perih. Karenanya Dongpyo menggenggam erat tangan Hyungjun. Hyungjun hampir saja kembali menangis ketika melihat sahabatnya yang tampak menahan sakit, kalau saja ibu Dongpyo tidak masuk.

Wanita itu berjalan mendekati ranjang sang putra. Sementara Hyungjun memilih keluar ruangan, memberi waktu untuk ibu dan anak itu.

Sepeninggal Hyungjun, Kang Hyewon—ibu Dongpyo—menggenggam jemari kurus milik sang putra. Hatinya terasa teriris ketika melihat sang putra yang tampak begitu rapuh. Dirinya merasa begitu bersalah, ia tak tahu cukup baik tentang putranya. Hyewon hanya tahu kalau belakangan sang putra kembali sibuk dengan tumpukan bukunya, namun ia tak menyangka akan menjadi seperti ini.

Masih terbayang ketika dirinya mendapat kabar kalau sang putra dilarikan ke rumah sakit.

Dongpyo tersenyum tipis ketika melihat gurat kesedihan tampak jelas di wajah cantik sang ibu. Pemuda itu mencoba meyakinkan kalau dirinya baik-baik saja, meski kali ini dirinya tak dapat berbohong. Keadaannya jelas menggambarkan bahwa dirinya tidak baik-baik saja. Namun Dongpyo tetaplah Dongpyo yang tidak mau membuat orang lain khawatir.

Padahal sesungguhnya, tindakannya justru membuat orang lain lebih merasa khawatir.

Setelahnya baru Dongpyo ketahui kalau dirinya terserang maag karena kebiasaannya belakangan yaitu telat makan dan terlalu sering mengonsumsi kopi yang membuat asam lambungnya naik. Karenanya, Dongpyo harus menginap di rumah sakit untuk dua hari.

Dan kini adalah hari ketiga yang mana artinya Dongpyo telah kembali ke apartemennya. Keadaannya belum membaik sepenuhnya, dokter bahkan menyarankan untuk memperpanjang masa rawat inapnya. Namun Dongpyo menolak, pemuda itu merengek meminta pulang. Karenanya kemarin sore, Dongpyo telah sampai dengan selamat di apartemennya.

Hari Sabtu ini, Dongpyo berada di apartemen bersama Hyungjun.

Ibunya harus kembali bekerja dan Dongpyo pun mengerti itu. Pemuda itu hanya tersenyum ketika sang ibu yang meminta maaf padanya. Harusnya dirinya lah yang meminta maaf karena telah membuat sang ibu kerepotan.

Sebelum wanita paruh baya itu berangkat, terlebih dulu wanita itu menghubungi Hyungjun. Meminta tolong pada sahabat sang putra untuk menemani Dongpyo selama dirinya tak berada di apartemen. Hyungjun jelas tidak merasa keberatan untuk itu.

Dongpyo tengah terlelap kala Hyungjun sampai di apartemen pemuda itu. Hyungjun tersenyum kecil ketika melihat sahabatnya yang tampak menggemaskan dalam tidurnya. Teringat perkataan ibu Dongpyo kalau sahabatnya itu belum memakan apapun sejak kemarin malam.

"Pyo, makan dulu ya?"

Hyungjun menepuk pipi Dongpyo pelan, mencoba membangunkan sang sahabat. Setelahnya, didapatinya Dongpyo yang mengerjap pelan. Kok menggemaskan?!

"Hm?"

Dongpyo bergumam dengan mata setengah terpejam.

"Makan dulu ya?"

Dongpyo hanya mengangguk menanggapi tawaran Hyungjun, kesadaran belum kembali sepenuhnya.

Dongpyo diam, begitu juga dengan Hyungjun. Hanya ada keheningan ketika semangkuk bubur tersaji di hadapan Dongpyo. Dongpyo yang fokus menyuapkan bubur ke mulutnya dan Hyungjun yang fokus memperhatikan sahabatnya.

"Hyungjun."

Dongpyo bersuara, memecah keheningan yang tercipta di antara dirinya dan Hyungjun.

"Ya?"

"Aku rindu Jinwoo."

( • )

Kegalawan ini masih panjang kawan :*

Don't know you ✓ | ljw • sdpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang