5 Hours After Rain

587 127 24
                                    

Langit sore tampak mendung saat Dongpyo tengah membereskan sampah-sampah yang berserakan karena ulahnya dan Hyungjun.

Karena pertanyaan konyolnya itu, Hyungjun menggodanya habis-habisan. Dongpyo menyangkal, namun wajahnya terasa panas terlebih saat tawa Hyungjun memenuhi apartemennya. Jadilah Dongpyo cemberut sambil melanjutkan makannya, sementara Hyungjun masih terkikik geli dengan tingkah sang sahabat.

Meski begitu, Hyungjun tetap menjawab pertanyaan Dongpyo. Hyungjun mengatakan kalau kemarin Jinwoo absen meski hari ini sudah masuk sekolah. Sahabatnya itu bilang kalau Jinwoo sering mencuri pandang ke bangku Dongpyo yang kosong.

"Yang jelas kalian sudah baikan 'kan?"

Dongpyo hanya berdeham dan mengangguk.

Terlepas dari topik tentang Lee Jinwoo, Hyungjun mulai bercerita tentang banyak hal. Kejadian di sekolah yang Dongpyo lewatkan dua hari terakhir. Mulai dari yang sangat tidak penting hingga penting, tidak ada yang Hyungjun lewatkan.

Dari kelas yang heboh karena kecoa terbang di jam pelajaran fisika hingga kantin yang ribut karena dua siswa yang berebut semangkuk bubur ayam terakhir. Juga jam kosong karena pihak sekolah memberikan waktu untuk pengurus ekstrakurikuler agar menyiapkan perekrutan anggota baru. Mungkin itulah alasan Wonjin menyuruh mereka berkumpul.

Meski sebenarnya Dongpyo tidak begitu tertarik dengan kejadian di sekolah, pemuda itu harus mengakui kalau Hyungjun adalah pengamat yang baik. Sahabatnya itu jelas cocok dengan jurnalistik yang memerlukan pengamatan yang baik. Kamu tidak akan bisa membuat suatu berita yang menarik dan sesuai fakta tanpa pengamatan 'kan?

Padahal Dongpyo jelas tahu alasan Hyungjun mengikuti jurnalistik, karena Ham Wonjin.

Hari itu mereka habiskan dengan bertukar cerita, meski ada satu yang tidak Dongpyo ceritakan. Tentang Lee Jinwoo sore itu, rasanya lebih baik Dongpyo simpan untuk dirinya sendiri. Sementara Hyungjun tentunya terlalu banyak membahas tentang Ham Wonjin, sedalam itukah perasaan sahabatnya untuk ketua jurnalistik itu?

"Kalau ternyata Wonjin menyukai orang lain, bagaimana?"

Hyungjun yang saat itu fokus pada ponselnya langsung menatap Dongpyo. Dari sorot mata itu, Dongpyo tahu sahabatnya merasa sakit, Hyungjun jelas tidak rela. Tetapi jawaban yang pemuda itu lontarkan justru berbanding terbalik dengan perasaannya.

"Tidak masalah. Jika memang dia suka orang lain, aku mungkin menemukan alasan untuk berhenti berharap padanya."

Dongpyo bertanya mengapa dan Hyungjun menjawab, "Bertahan pada perasaan ini melelahkan, aku ingin berhenti tetapi tak menemukan alasan kuat untuk itu."

Selama kegiatannya membereskan sampah, Dongpyo terus memikirkan sahabatnya itu. Omong-omong tentang Hyungjun, dia sudah pulang beberapa saat yang lalu. Tadinya pemuda itu bilang akan membantu Dongpyo terlebih dahulu, namun langsung Dongpyo tahan. Hyungjun harus segera pulang sebelum hujan, mengingat langit makin gelap.

Kini sudah tak ada sampah yang berserakan dan Dongpyo mengangguk puas dengan pekerjaannya. Pemuda itu bergegas ke kamar dan mengambil ponselnya. Sedikit tersentak ketika melihat chat yang masuk.

L.Jinu
Dongpyo, addback ya?

"Eh ...?"


( • )

Apa yang kalian harapkan dari cerita ini?
┌ʕ º ʖ̯ º ʔ┐

Don't know you ✓ | ljw • sdpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang