Selama tujuh belas tahun hidupnya, hanya satu orang yang mampu membuat Dongpyo merasa dipermainkan dengan mudahnya. Dirinya dibuat merasa bahagia, bimbang, cemas, dan terluka. Hanya satu orang yang mampu melakukannya.
Satu orang dan orang itu adalah Lee Jinwoo.
Seperti kali ini, Dongpyo kembali dibuat terluka. Setelah apa yang mereka lalui, kini Jinwoo berhasil membuatnya terluka. Bukan pertama kali, namun rasa sakitnya masih sama-atau mungkin lebih. Intinya Dongpyo tetap tidak terbiasa.
Jinwoo menghilang.
Benar-benar menghilang dari kehidupan Dongpyo.
Pemuda itu tak lagi berada di gerbang gedung apartemennya tiap pagi. Pemuda itu tak lagi berkata manis padanya. Pemuda itu kini tak lagi duduk di bangku sebelah, membiarkannya kosong tanpa seorangpun duduk di sana. Pemuda itu tak lagi memberi kejutan kecil padanya.
Jinwoo bahkan tak akan ditemuinya di sekolah.
Satu bulan yang lalu, Jinwoo menghilang tanpa jejak. Tak seorangpun tahu bahkan Dongpyo sekalipun. Tidak meninggalkan barang satu pesan pada kekasihnya.
Jika kalian bertanya apa yang terjadi, Dongpyo pun tidak mengetahuinya. Para guru bilang, pemuda itu tengah disibukkan dengan urusan keluarga. Ketika mengetahuinya untuk pertama kali, bohong kalau dirinya tidak merasa kecewa. Tak bisakah kekasihnya itu memberitahunya apa yang terjadi barang sedikit saja?
Mereka masih menjadi kekasih hingga sekarang 'kan?
Dongpyo tetap diam ketika orang-orang kembali menggunjing tentang dirinya dan Jinwoo. Bahkan surat-surat sampah yang kembali diterimanya bukanlah masalah. Meski setiap rangkaian kata yang tertulis di sana begitu menyakitkan. Dirinya terlanjur sakit karena Lee Jinwoo dan tak lagi ada sakit yang melampauinya hingga kini.
Di balik diamnya Dongpyo, pemuda itu sendirian menahan perasaan dan segala pemikiran yang muncul di benaknya. Dongpyo marah dan kecewa, namun di sisi lain, dirinya juga khawatir dan rindu. Iya, setelah semua rasa sakit yang Jinwoo beri, Dongpyo masih merindukan sosok Jinwoo.
Sedari awal, Dongpyo menyadari jika Jinwoo memiliki pengaruh yang kuat. Namun ia tak menyangka akan separah ini. Dongpyo merasakan kekosongan, terasa kurang ketika tak didapatinya Jinwoo yang selalunya duduk di bangku sebelah. Harinya terasa hampa ketika tak ada lagi Jinwoo yang bersikap manja padanya.
Mengapa Jinwoo begitu mudah membuatnya terombang-ambing?
Perubahan Dongpyo begitu terasa, hingga Wonyoung pun tidak berani melontarkan candaan pada seniornya tersebut.
Hyungjun mengkhawatirkan sahabatnya. Pasalnya sebulan terakhir, Dongpyo tampak kehilangan semangatnya. Sahabatnya itu tampak lesu, terlalu irit bicara bahkan padanya. Meski begitu, jawaban Dongpyo selalu sama tiap kali Hyungjun menanyakan keadaannya.
"Aku baik kok, Hyungjun."
Itu yang Dongpyo ucapkan disertai dengan senyum manis yang tersemat di sudut bibirnya. Senyum manis yang mampu membuat Lee Jinwoo terfokus pada pemilik senyum itu. Memang begitu memesona dan Hyungjun pun mengakuinya.
Namun di balik pesona itu, Hyungjun tidak akan percaya begitu saja. Orang lain bisa saja terperdaya dengan jawaban dan senyum Dongpyo, mempercayai bahwa Dongpyo baik-baik saja seperti yang Dongpyo katakan pada mereka. Itu semua tidak berlaku untuk Song Hyungjun, entah itu kalimat ataupun senyum manis sahabatnya.
Karena Hyungjun bukan orang lain. Hyungjun adalah Hyungjun, sahabat Son Dongpyo dan dapat dipastikan dirinya tidak akan termakan kebohongan yang sahabatnya ucapkan.
Rasa sakit yang Dongpyo rasakan, ia pun merasakannya.
( • )
KONPLIK NOH KONPLIK
AWOKWOKWOK
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't know you ✓ | ljw • sdp
FanfictionDi depan minimarket sore itu, Dongpyo menemukan sosok rapuh seorang Lee Jinwoo. Bxb! Shonen-ai! Lee Jinwoo • Son Dongpyo 2019 © Neko