Dua hari ini, Dongpyo absen karena masalah kesehatan.
Sedari kemarin, ponselnya terus menampakkan notifikasi aplikasi chatting. Itu Hyungjun yang sedari kemarin spam chat padanya. Sahabatnya itu merajuk karena Dongpyo tidak memberi kabar. Pada akhir chatting mereka, Hyungjun mengatakan bahwa ia akan ke apartemen Dongpyo sepulang sekolah.
Sebenarnya kesehatan sudah membaik kemarin dan pemuda itu berniat masuk hari ini. Namun sang ibu justru mencubit pipi gembilnya dan melarangnya untuk masuk hari ini. Beliau bilang, "Kamu tuh jangan terlalu serius belajarnya, jadinya sakit 'kan."
Padahal dirinya sakit bukan karena terlalu serius belajar, melainkan karena hujan-hujanan dan tidur di lantai. Tapi Dongpyo tidak mungkin mengatakan itu dan memilih untuk menuruti perkataan sang ibu. Jadilah hari ini Dongpyo bermalas-malasan di kasurnya, sungguh pemuda itu tidak tahu harus melakukan apa untuk mengusir rasa bosan. Bahkan ibunya melarang menyentuh buku pelajaran sebelum jam tujuh malam.
Jadilah Dongpyo berbaring malas di kasurnya sembari menunggu Hyungjun berkunjung ke apartemennya.
Jam menunjukkan bahwa sebentar lagi tepat tengah hari saat Dongpyo mendengar bel berbunyi. Pemuda itu dengan tidak rela menghampiri pintu untuk mengetahui siapa tamu yang berkunjung. Begitu pintu terbuka, tampaklah Hyungjun yang berdiri dengan senyum manisnya. Sahabatnya itu masih mengenakan seragam sekolah, kedua tangannya menenteng dua kantong plastik.
Hyungjun masuk tanpa menghiraukan Dongpyo yang masih berdiri di ambang pintu. Sementara Dongpyo masih berpikir mengapa sahabatnya ada di sini sekarang, karena seingatnya jam pulang sekolah tidaklah secepat ini. Oh ayolah, absen dua hari tidak membuatnya lupa jam pulang 'kan?
"Kok kamu di sini? Kan belum pulang."
Hyungjun mengatakan mereka dipulangkan lebih cepat hari ini. Pemuda itu berucap, "Tadinya, Wonjin meminta kita untuk berkumpul dulu. Tapi 'kan aku sudah janji mau ke sini, jadi aku kabur."
"Kenapa kabur? Ada Wonjin lho, kamu suka dia 'kan?"
Hyungjun sudah duduk nyaman di sofa, "Ya nggak bisa gitu, kamu 'kan sahabatku. Jelas kamu lebih penting lah!"
Dongpyo jadi ingat urusan mading yang belum selesai karena Hyungjun menyebut Wonjin.
"Madingnya gimana?"
"Kurang 50%. Makanya kamu cepet masuk, jangan sakit terus. Lagian kamu sakit kenapa sih? Kamu hujan-hujanan?"
Pikiran Dongpyo langsung melayang pada sosok Jinwoo kala mengingat sore di mana dirinya kehujanan. Dongpyo tidak mengerti ada apa dengan dirinya, entah kenapa bayang-bayang Jinwoo sering datang tiba-tiba. Sementara itu Hyungjun yang merasa tidak ada jawaban dari Dongpyo itu melihat sang sahabat yang melamun.
"Ya udah iya, yang penting kamu udah baikan," ucapnya, "ayo makan, aku mampir beli makanan tadi!"
Dongpyo masih diam di samping Hyungjun, meski tangannya mulai menyuapkan nasi ke mulutnya.
"Jinwoo tadi masuk sekolah?"
Hyungjun yang sedang mengunyah makanan langsung beralih menatap Dongpyo.
"Hah?"
Dongpyo merutuki mulutnya sendiri ketika melihat raut wajah Hyungjun. Mengapa bisa dirinya menanyakan hal itu pada Hyungjun?
Sepertinya ada yang salah dengan Dongpyo.
( • )
Sepertinya aku oleng dari wonjun ke wonkyu :(
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't know you ✓ | ljw • sdp
FanfictionDi depan minimarket sore itu, Dongpyo menemukan sosok rapuh seorang Lee Jinwoo. Bxb! Shonen-ai! Lee Jinwoo • Son Dongpyo 2019 © Neko