Jinwoo mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya remang-remang dari lampu tidur.
Di hadapan pemuda itu ada Dongpyo yang tertidur menghadap padanya. Matanya yang terpejam, pipi gembilnya, dan jangan lupa bibir cherry itu. Senyum terlukis di sudut bibir pemuda itu kala melihat pemandangan di hadapannya. Wajah polos Dongpyo yang masih tertidur benar-benar menggemaskan di mata Jinwoo.
Sungguh pemandangan indah bagi Jinwoo yang baru terbangun dari tidurnya.
"Gemesin banget sih," gumamnya.
Semalam, Jinwoo memutuskan untuk menginap di apartemen Dongpyo.
Karena sore saat keduanya sedang bermalas-malasan di sofa apartemen Dongpyo. Tentunya dengan Jinwoo yang masih setia memeluk Dongpyo dan Dongpyo yang akhirnya menyerah berdebat dengan Jinwoo—karena pemuda itu bebal sekali. Dongpyo yang waktu itu fokus menonton televisi sambil sesekali menjauhkan kepala Jinwoo dari lehernya, mendapat telepon.
Dari ibunya.
Ibunya bilang kalau beliau ada tugas mendadak di luar kota dan akan berangkat saat itu juga. Beliau juga bilang kalau akan pulang sekitar dua hari lagi atau mungkin sedikit terlambat. Selebihnya, ibunya hanya menasehati Dongpyo. Sepertinya jangan lupa makan dan menjaga kesehatan—mengingat kali terakhir Dongpyo sakit.
Setelah telepon ditutup, Dongpyo menghela napas membuat Jinwoo penasaran.
"Kenapa?"
"Nanti aku di apartemen sendirian."
Mendengar jawaban Dongpyo, Jinwoo sebagai pacar yang baik—tentunya—langsung menawarkan diri untuk menemani Dongpyo di apartemen. Alasan memang, sebenarnya hanya maunya Jinwoo saja.
Lumayan bisa semaleman sama Dongpyo hehe, batinnya nista.
Sementara Dongpyo mengiyakan saja. Lagipula ia tidak ingin sendirian di apartemen. Terlebih besok weekend, jadi tidak masalah jika Jinwoo akan menginap malam ini.
Tidak terlintas di benak Dongpyo kalau ini hanyalah modus sang pacar saja.
Jadilah keduanya berakhir tidur di ranjang Dongpyo. Tidak lagi tertidur di karpet bulu seperti kali terakhir. Lagipula Jinwoo tidak mau melihat Dongpyo sakit lagi.
Tapi tenang, meski mereka tidur satu ranjang, keduanya tidak melakukan sesuatu yang berbau dewasa. Keduanya hanya berbaring sambil cuddle sampai keduanya tertidur. Juga Jinwoo yang mencuri kesempatan dengan mengecupi pipi Dongpyo yang telah tertidur lebih dulu.
Iya, hanya itu. Jinwoo masih bisa menahan diri kok.
Kini pemuda bermarga Lee itu tengah fokus memandangi keindahan di hadapannya. Sorot mata itu menyiratkan perasaan dan kerinduan yang mendalam. Jinwoo benar-benar merindukan sosok Dongpyo dalam hari-harinya. Tidak lagi berada di samping pemuda itu selama sebulan terakhir membuatnya tersiksa.
Jinwoo masih terus memperhatikan Dongpyo selama keduanya tak lagi bersama. Pemuda itu tahu hal buruk yang menimpa Dongpyo selama mereka menjauh bahkan ia tahu Dongpyo masih menerima surat-surat dari haters-nya. Rasa bersalah mulai hinggap, Dongpyo banyak mengalami hal buruk karena dirinya.
"Maaf ya?" ucapnya lirih.
Jinwoo melihat jam di nakas, masih pukul empat pagi. Terlalu awal untuk bangun. Karenanya Jinwoo kembali mencuri kecupan di pipi Dongpyo, lalu membawa pemuda mungil yang terlelap itu dalam dekapannya.
Jinwoo harap kebahagiaan ini berlangsung selamanya.
( • )
Mood down :)
Gatau knp :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't know you ✓ | ljw • sdp
FanfictionDi depan minimarket sore itu, Dongpyo menemukan sosok rapuh seorang Lee Jinwoo. Bxb! Shonen-ai! Lee Jinwoo • Son Dongpyo 2019 © Neko