Dongpyo terkejut kala menyaksikan sosok yang kini berdiri di ambang pintu UKS. Napasnya tersengal-sengal dan peluh membanjiri tubuhnya. Raut wajahnya menyiratkan kekhawatiran dan kekhawatiran itu makin jelas kala netra keduanya bertemu.
Itu Lee Jinwoo.
"Dongpyo kamu—"
Ucapan Jinwoo terhenti saat pemuda itu menyadari keberadaan Wonjin.
Suasana menjadi canggung secara tiba-tiba. Jinwoo masih berdiri di tempatnya dan Dongpyo mengalihkan pandangannya—sebisa mungkin menghindari tatapan Jinwoo. Sementara Wonjin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, pemuda itu merasa tidak nyaman dengan kecanggungan mendadak ini.
"Err ... Dongpyo, aku tinggal dulu ya?"
Dongpyo yang mendengar ucapan Wonjin sebenarnya tidak rela. Ia tidak ingin ditinggalkan sendiri bersama Lee Jinwoo, sesungguhnya Dongpyo tidak siap. Namun pemuda itu tidak mengatakan apapun, Dongpyo hanya menatap kepergian Wonjin dengan pandangan memelas. Berharap ketua jurnalistik itu mengubah keputusannya. Sayangnya Wonjin bahkan tidak menyadari tatapannya.
Selepas perginya Wonjin, Dongpyo kembali menghindari tatapan Jinwoo.
"Dongpyo."
Mendengar Jinwoo yang memanggilnya, pemuda itu hanya melirik sesaat sebelum akhirnya kembali mengalihkan pandangan.
Dongpyo melontarkan pertanyaan, "Mau ngapain ke sini?"
Jinwoo berjalan mendekat pada Dongpyo yang masih duduk di ranjang UKS. Pemuda itu menjawab, "Aku khawatir sama kamu."
Dongpyo menundukkan kepala, sebisa mungkin menyembunyikan wajahnya dari Jinwoo karena kini pemuda itu telah berdiri di hadapannya. Ia menggigit bibir bawahnya, menahan isakan keluar karena kini matanya mulai terasa panas.
"Ngapain? Urusin pacarmu sana!"
Jinwoo terhenyak mendengarnya. Bukan, bukan karena apa yang Dongpyo ucapkan. Melainkan suara Dongpyo yang bergetar, apakah pemuda di hadapannya ini sedang menahan tangis?
Jinwoo mengangkat dagu Dongpyo, membuat wajah pemuda itu kini dapat ia lihat dengan jelas. Mata Dongpyo berkaca-kaca dan ada luka di sudut bibir pemuda itu. Jinwoo merasa tersayat melihatnya.
"Aku nggak punya pacar."
Dongpyo kembali mengalihkan pandangannya dan berucap lirih, "Bohong."
Jinwoo tersenyum kecil melihat tingkah pemuda di hadapannya. Iya, dia tahu Dongpyo-nya cemburu.
"Iya, aku punya. Tapi belum jadi pacar," ucap Jinwoo.
Mata Dongpyo makin berair, namun ia tidak mau tampak lemah di hadapan Lee Jinwoo.
"Ya udah, pergi sana!"
Tepat saat mengatakan itu, sebulir air mata lolos dari pelupuk matanya.
"Iya, orangnya sekarang ada di depan aku."
Jinwoo melepaskan tangannya dari dagu Dongpyo dan mulai menghapus jejak air mata pemuda di hadapannya.
"Aku cuma mau kamu," lanjutnya.
Air mata Dongpyo tidak dapat dibendung lagi. Terlebih saat netra keduanya saling bertemu, rasanya air matanya makin mengalir deras.
"Kenapa nggak dari dulu—hiks."
"Maaf ya? Aku jahat banget ya?"
Dongpyo mengangguk.
Jinwoo menarik Dongpyo dalam rengkuhannya. Membiarkan pemuda itu menangis dalam dekapannya. Sesekali Jinwoo memberi kecupan ringan pada pucuk kepala Dongpyo.
"Udah, jangan nangis lagi ya?" bisiknya tepat di telinga Dongpyo.
Nyatanya tindakan Jinwoo tidak membuat tangis Dongpyo mereda. Sebaliknya, isak tangis Dongpyo jadi makin jelas. Satu-satunya yang bisa Jinwoo lakukan kini hanyalah menunggu tangis Dongpyo reda dengan sendirinya.
Entah berapa lama hingga akhirnya tangis Dongpyo mulai reda. Meski begitu pemuda itu tidak melepaskan diri dari rengkuhan Jinwoo, Dongpyo justru makin mengeratkan pelukannya. Jinwoo hanya tersenyum melihatnya tingkah Dongpyo yang menggemaskan.
"Jinwoo."
"Apa, hm?"
"Aku suka kamu."
Sepertinya Lee Jinwoo harus memesan ambulans karena kini hatinya telah diserang dengan ke-uwu-an Son Dongpyo.
( • )
Say goodbye, Yuuhi. Tugasmu sebagai pelakor telah kelar :'v
SENENG KAGA LU PADA :'
Kg ada triple apdet_-
Apa lu_-
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't know you ✓ | ljw • sdp
FanfictionDi depan minimarket sore itu, Dongpyo menemukan sosok rapuh seorang Lee Jinwoo. Bxb! Shonen-ai! Lee Jinwoo • Son Dongpyo 2019 © Neko