19 Hours After Rain

421 103 97
                                    

Setelah rumor Jinwoo dan Dongpyo berpacaran, kini muncul rumor kalau hubungan Jinwoo dan Dongpyo telah berakhir.

Sama halnya dengan rumor pertama yang muncul karena keduanya berangkat bersama, rumor kali ini muncul karena keduanya tidak lagi berangkat bersama dalam kurun waktu yang cukup lama. Rumor ini pun tersebar begitu cepat dan sekali lagi, Dongpyo kembali bahan pembicaraan.

Ini konyol, itu yang Dongpyo pikirkan.

Mengapa orang-orang di sekitarnya tampaknya suka sekali mencampuri kehidupan orang lain. Membiarkan orang lain dan menebar cacian juga kata-kata kasar. Menganggapnya seolah candaan yang patut di tertawakan tanpa memedulikan perasaan orang lain.

Kadang manusia jadi terlihat tidak bermoral karena ucapan mereka.

Ketika rumor kali ini tersebar, Dongpyo tidak bisa mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja. Semakin banyak cacian dan hinaan yang ditujukan padanya. Lokernya kembali terisi dengan surat sampah dari para haters-nya. Mungkin mereka makin berani ketika mengetahui Jinwoo tidak lagi berada di sisi Dongpyo.

Meski pemuda itu terkesan tidak peduli, tak dipungkiri dirinya pun merasa lelah. Ia masih memiliki hati yang akan terluka saat cacian dan makian ditujukan padanya. Rasa sakitnya semakin terasa seolah menabur garam pada luka kala orang-orang menghakiminya, seolah hanya dirinya yang salah di sini.

Andai mereka tahu jika Dongpyo tidak pernah berharap bisa dekat dengan Lee Jinwoo.

Andai mereka tahu jika Dongpyo pun tidak mengharap Jinwoo akan menaruh rasa padanya.

Andaikan dan hanya berandai-andai yang dapat dilakukan Dongpyo sekarang.

"Mereka beneran udahan?"

"Bener 'kan! Mana tahan Jinwoo sama cabe kayak dia!"

"Lagian dia pake apaan sih sampai Jinwoo mau sama dia?"

Biasa, Dongpyo sudah terbiasa. Telinga sudah kebal mendengar ocehan orang-orang tentangnya. Kurang lebih itulah yang menjadi santapannya sehari-hari ketika berada di sekolah.

"Nggak usah dengerin mereka! Mereka bisanya ngomong doang."

Dongpyo memperhatikan Hyungjun yang tengah menahan emosi saat ini. Pipi pemuda itu menggembung, terisi penuh dengan makanan yang dipesannya. Ia tampak makan tergesa-gesa, karena memang begitu nyatanya.

Hyungjun ingin segera meninggalkan kantin dan menjauhkan Dongpyo dari mulut jahat orang-orang di sekolahnya. Heran dirinya, mengapa Dongpyo dapat menahan emosinya. Padahal ia yang hanya mendengar saja langsung merasa muak.

"Aku ke toilet dulu, ya?"

Dongpyo berucap pada Hyungjun yang masih sibuk memakan makanannya.

"Nanti kamu langsung ke kelas aja," lanjutnya dan berlalu meninggalkan Hyungjun.

Kini Dongpyo berjalan seorang diri meninggalkan kantin yang terasa sesak. Melewati koridor sekolah yang tidak seberapa ramai. Pemuda itu melangkah ke toilet meski sebenarnya ia tak punya alasan selain menghindar dari gunjingan orang-orang terhadapnya.

Namun tiba-tiba ia merasa keputusan ke toilet adalah sebuah kesalahan. Karena setelah dirinya berbelok dari koridor utama, sosok yang tidak asing baginya tengah berada sepuluh meter dari tempatnya berdiri.

Itu Lee Jinwoo dan seorang gadis cantik yang tidak Dongpyo ketahui.

Dongpyo menyaksikan semuanya dari kejauhan tanpa dua orang itu sadari. Dari keduanya tampak bercakap-cakap hingga keduanya berpelukan. Harus Dongpyo akui meski kini dirinya merasa sakit, Lee Jinwoo dan gadis itu tampak serasi. Mereka terlihat cocok bahkan dari jarak sejauh ini.

Dongpyo hanya tersenyum miris pada dirinya sendiri.

Kini Dongpyo rasakan kemungkinan terburuk dari jatuh cinta yaitu patah hati.

Ya, Dongpyo jatuh cinta dan dirinya patah hati tak lama setelah ia sadar kalau dirinya jatuh cinta pada Lee Jinwoo.

( • )

Pada minta konflik kan ya :3
Nih konflik :3

Don't know you ✓ | ljw • sdpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang