14 Hours After Rain

454 107 72
                                    

Ingat dengan gadis jakung yang bertanya pada Jinwoo hari itu?

Namanya Jang Wonyoung, anak tahun pertama yang juga anggota baru jurnalistik. Oknum tersangka yang membuat rumor tentang Lee Jinwoo dan Son Dongpyo berpacaran kembali memanas. Topik itu kembali diperbincangkan padahal sebelumnya sudah mulai dilupakan.

Namun ada yang lebih buruk lagi dari rumor yang kembali memanas.

Muncul perkumpulan Jinpyo shipper.

Lagi-lagi ini ulah juniornya itu. Dongpyo bahkan tidak menyangka hal ini akan terjadi. Pemuda itu lebih terkejut lagi saat mengetahui ada banyak yang mengharap ia dan Jinwoo sungguh-sungguh berpacaran—rata-rata adalah anak tahun pertama.

"Kak Jinwoo sama kak Dongpyo cocok ya, ditunggu kabar jadiannya ya kak!"

Itu adik kelas yang berpapasan dengan Dongpyo dan Jinwoo saat pulang sekolah.

Dongpyo tidak sepenuhnya kaget, karena itu bukan pertama kali ada yang mengatakan itu padanya. Mungkin itu adalah yang kesepuluh hari ini. Karena sejak rumor memanas dan muncul Jinpyo shipper, entah berapa kali ada yang mengatakan hal serupa padanya.

Dongpyo jadi pusing sendiri, pada dasarnya pemuda itu tidak pernah menjadi pusat perhatian dan sebisa mungkin menghindarinya. Tentunya ia tidak terbiasa menjadi pusat perhatian secara tiba-tiba selama beberapa hari belakangan. Terlebih saat ada yang mengatakan bahwa Jinwoo dan dirinya cocok dengan mata penuh harap, Dongpyo tidak tahu harus merespon bagaimana.

Terima kasih pada Jang Wonyoung dan segala tingkahnya yang di luar nalar Dongpyo yang membuat suasana makin panas.

Dalam hidup, jika ada yang mendukung tentunya juga ada yang menentang.

Itu yang dialami Dongpyo sekarang, ditengah rumor yang kembali memanas pastilah ada yang tidak terima dan berakhir menjadi haters Dongpyo. Belum genap seminggu sejak rumor memanas, hampir setiap hari ada surat ancaman di loker Dongpyo. Ah, atau memang tiap hari?

Isinya tak jauh beda antara surat satu dengan lainnya. Cacian, hinaan, kata-kata kasar, dan umpatan. Pemuda itu tahu, surat-surat itu berasal dari para penggemar Jinwoo. Dongpyo tetap bungkam meski dirinya juga merasa sakit hati, meski begitu apa yang telah dilaluinya di masa lalu tak sebanding dengan apa yang dilaluinya kini.

“Jauh-jauh deh dari Jinwoo, cuma ngincer famous-nya doang kan?!”

Sebenernya siapa yang mendekati siapa?

“Ga usah sok kecakepan deh! Ngarep banget bisa sama Jinwoo.”

Dongpyo juga tidak mau berharap.

“Dasar gay sialan.”

Dongpyo menghela napas membaca pesan terakhir hari ini. Ia tidak mengerti apa yang salah dari dirinya. Mengapa mereka harus memojokkan dirinya? Karena Dongpyo pun tidak menginginkan ini terjadi.

Semua di luar kendalinya.

Baru saja hendak membuang surat-surat itu, tiba-tiba surat-surat itu diambil darinya. Dongpyo tertegun melihat Jinwoo yang kini berdiri di sampingnya dengan tangan yang penuh dengan surat-surat Dongpyo.

"Kenapa kamu nggak bilang?"

Sejujurnya Dongpyo merinding dengan suara Jinwoo yang begitu rendah dan menyiratkan amarah.

"Apaan sih, nggak penting juga."

Dongpyo membalas sembari tangannya hendak merebut surat di tangan Jinwoo. Namun tampaknya Jinwoo tidak membiarkan Dongpyo mengambil kembali suratnya sebelum pemuda itu menjawab pertanyaannya.

"Jinwoo, balikin!"

Tak mendengar ucapan Dongpyo, Jinwoo kembali bertanya, "Sejak kapan?"

Dongpyo mengalah dan menjawabnya, "Senin kemarin."

"Udahlah, nggak penting juga kok!" lanjut Dongpyo.

"Nggak bisa gitu!"

"Kenapa?!"

"Aku nggak mau orang yang aku sayang disakitin!"

Sekali lagi, Lee Jinwoo dan segala ucapan manisnya mampu membuat Dongpyo terbungkam.

( • )

Chapter ini yang paling panjang :)

Btw dek wonyoung, kakak mo join jinpyo shipper dong :3

Don't know you ✓ | ljw • sdpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang