Akhirnya pertemuan sore ini berakhir pukul lima petang.
Kini Dongpyo dan Hyungjun berjalan melewati koridor sekolah yang sepi. Mereka berjalan beriringan dengan keheningan yang menyelimuti keduanya. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Entah apa yang dipikirkan Hyungjun, sorot matanya terlihat hampa. Sementara Dongpyo justru memikirkan perkataan seniornya sebelum mereka berpisah beberapa saat lalu.
Namanya Han Seungwoo, seniornya yang kini telah lulus. Sore ini Seungwoo menyempatkan diri mengunjungi jurnalistik yang tengah mengadakan pertemuan. Berhubung pemuda itu dulunya adalah ketua jurnalistik juga, kedatangannya disambut baik oleh anggota jurnalistik lainnya. Terutama Wonjin yang tiba-tiba menjadi wartawan dadakan, pemuda itu sibuk bertanya perihal jurnalistik pada seniornya itu.
Dongpyo dan seniornya itu lumayan dekat, mereka seperti adik dan kakak. Malah, Seungwoo pernah bilang kalau ingin memiliki anak seperti Dongpyo. Saat ditanya alasannya, pemuda itu bilang kalau senyum Dongpyo sangat manis. Dongpyo hanya menanggapi dengan tertawa. Dongpyo tidak keberatan, karena kak Seungwoo itu ramah dan baik. Lagipula, ia juga tidak memiliki kakak.
"Dek, yang itu tadi namanya Jinwoo?" Seungwoo bertanya saat mereka keluar dari ruangan jurnalistik. Dongpyo mengangguk, "Iya, kak. Kenapa?"
"Dari tadi dia kalau lihat kakak kayak kemusuhan. Apalagi pas kakak sama kamu."
"Hah?"
Seungwoo yang melihat respon Dongpyo justru tertawa geli dan mengacak surai kelam Dongpyo. Kenapa juniornya ini bisa begitu menggemaskan?
Sementara Dongpyo cemberut karena Seungwoo yang mengacak rambutnya, "Kakak ish!"
"Iya beneran," ucap Seungwoo, "keliatan banget dia nggak suka lihat kamu sama kakak."
"Apaan sih kak, ngelantur."
"Beneran, kayaknya dia suka kamu."
"..."
Seungwoo tertawa lagi melihat respon Dongpyo, juniornya itu tampak menyembunyikan wajahnya yang memerah. Wajar saja jika Jinwoo menyukai junior kesayangannya ini, Dongpyo terlalu menggemaskan memang.
Tapi Dongpyo kesal karena ditertawakan. Karenanya ia menginjak kaki seniornya itu dengan sengaja, berharap agar seniornya berhenti tertawa. Seungwoo mengaduh sakit meski pemuda itu tidak berhenti tertawa. Toh, tenaga Dongpyo tidak seberapa besar hingga menimbulkan sakit yang berlebih.
"Tapi serius dek," pemuda itu perlahan berhenti tertawa, "kakak restuin kamu kalau sama dia."
Dongpyo menatap sinis sang senior meski di wajahnya masih tersisa semburat merah, "Kenapa?"
Seungwoo tersenyum, sejuk dan menenangkan. Sungguh daddy-able.
"Karena kakak yakin dia orang baik."
Itulah percakapan Dongpyo dan Seungwoo setelah keluar dari ruangan jurnalistik. Berimbas pada Dongpyo yang terus memikirkannya hingga sekarang.
"Dongpyo, hujannya mulai deras. Kita menunggu atau nekat ke halte?"
Bahkan Dongpyo sampai tidak menyadari jika mereka kini berada di teras sekolah. Dongpyo pun tidak tahu sejak kapan hujan mulai membahas kota sore ini.
"Aku ... tidak tahu."
Hyungjun menggeleng pelan, "Tunggu dulu saja, kamu kalau hujan-hujanan malah tambah sakit nanti."
Dongpyo hanya mengangguk, karena ucapan Hyungjun benar adanya. Kini kedua pemuda itu duduk di kursi yang ada di teras, mengamati tetes hujan yang mengguyur kota. Sayangnya karena hujan, Dongpyo justru mengingat Lee Jinwoo.
"... kayaknya dia suka kamu ..."
Dongpyo merutuki dirinya sendiri saat ucapan Seungwoo melintas di benaknya. Mengapa wajahnya memanas di saat udara tengah begitu dingin?
( • )
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't know you ✓ | ljw • sdp
FanfictionDi depan minimarket sore itu, Dongpyo menemukan sosok rapuh seorang Lee Jinwoo. Bxb! Shonen-ai! Lee Jinwoo • Son Dongpyo 2019 © Neko