1 Season Spring

398 88 6
                                    

Pagi belum sepenuhnya beralih menjadi siang dan Dongpyo sudah tampak kelelahan.

Pasalnya, pemuda itu dibuat panik oleh Jinwoo yang mendadak demam. Dongpyo yang masih bergelung manja dalam selimut harus terganggu karena Jinwoo yang mengigau. Dilihatnya Jinwoo yang menggigil dan meringkuk seperti anak kucing.

Dan apa yang Dongpyo khawatirkan semalam benar terjadi, Jinwoo sakit.

Karenanya, Dongpyo dibuat sibuk karena kekasihnya itu. Mulai dari menyiapkan kompres hingga membuatkan kekasihnya itu bubur untuk dimakan. Bukan hal yang susah sebenarnya, Dongpyo sudah cukup terbiasa dalam merawat orang sakit. Tapi kali ini rasanya menjadi berat sekali.

Bagaimana tidak, Jinwoo tidak mau lepas darinya. Sejak pemuda itu sadar dari tidurnya karena Dongpyo yang membangunkan pemuda itu, Jinwoo sama sekali tidak mau membiarkan Dongpyo meninggalkan tempat tidur. Tangan pemuda itu melingkar pada pinggang Dongpyo, enggan membiarkan kekasihnya itu pergi.

Dongpyo sudah mencoba menolak tentu saja. Namun ia jadi tidak tega melihat wajah pucat Jinwoo yang memelas. Karena sepertinya Jinwoo benar-benar tidak ingin ditinggalkan, akhirnya Dongpyo membiarkan pemuda itu memeluknya hingga tertidur. Barulah Dongpyo dapat meninggalkan Jinwoo ketika pemuda itu kembali terlelap.

Tahu begini 'kan tadi nggak usah ku bangunin, batin Dongpyo.

Awalnya, Dongpyo kesulitan menemukan letak dapur karena rumah Jinwoo yang terlampau luas. Dapur akhirnya ia temukan setelah entah menit keberapa Dongpyo mencarinya. Pemuda itu heran, di rumah sebesar ini dan tak satupun orang ditemuinya selama dirinya mencari dapur. Apakah Jinwoo selalu sendiri seperti ini?

Ketika dirinya tengah sibuk pada bubur di dapur, Dongpyo merasakan tangan seseorang melingkar di pinggangnya dan memeluknya dari belakang.

"Kok aku ditinggal sih?"

Bisa ditebak siapa sosok yang mengatakan itu. Siapa lagi kalau bukan Lee Jinwoo?

"Kok kamu di sini sih? Di kamar aja, 'kan masih sakit!"

Bukannya menjawab, Dongpyo justru balik bertanya.

"Aku mau sama kamu. Lagian kamu ngapain sih di sini?"

"Bikinin bubur buat kamu."

Dongpyo menjawab seadanya dan melanjutkan, "Kamu istirahat di kamar sana!"

Jinwoo justru makin mengeratkan pelukannya dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Dongpyo. Mungkin itu hobinya sejak menjalin hubungan dengan Dongpyo. Ia menggeleng dan berucap, "Aku nggak mau bubur."

Dongpyo melirik Jinwoo, "Terus apa?"

"Aku mau kamu."

Dongpyo menghela napas, kekasihnya ini memang benar-benar. Sakit saja masih bisa melempar rayuan untuknya? Jinwoo kelebihan hormon atau bagaimana?

"Jangan ngelantur ya, mending istirahat deh sana," ucapnya, "ini bentar lagi juga matang kok."

Jinwoo masih bersikeras tidak mau beranjak dari posisinya sekarang. Pemuda itu berucap dengan suara khas orang sakit, "Aku nggak mau. Biasanya aku kalau sakit sendirian, sekarang 'kan ada kamu. Aku mau sama kamu."

Untuk kali ini Dongpyo tidak bisa menolak.

Dibiarkannya Jinwoo terus memeluknya selama dirinya menyiapkan bubur untuk kekasihnya itu. Bahkan pemuda itu minta disuapi. Lagi-lagi Dongpyo tidak bisa menolak karena tidak tega.

Baru kali ini Dongpyo melihat Jinwoo yang begitu manja. Meski biasanya pemuda itu memang manja padanya, tapi rasanya kali ini berbeda. Jinwoo benar-benar tampak seperti seorang anak yang tidak mau berpisah dengan orang tuanya ketika sakit.

"Kamu kalau di rumah sendirian terus ya?"

Dongpyo bertanya setelah akhirnya dapat beristirahat. Jinwoo sudah dipaksanya untuk kembali berbaring di tempat tidur, sementara dirinya duduk bersandar di samping pemuda itu.

"Enggak juga, biasanya ada pelayan kok." Jinwoo melanjutkan, "Tapi mereka libur hari ini."

Dongpyo mengangguk mengerti, jemarinya meraba kening Jinwoo. Pemuda itu lega setelah mengetahui demam Jinwoo tidak separah tadi.

"Kemarin siapa yang bilang nggak bakal sakit ya?" sindir Dongpyo.

Jinwoo cengengesan mendengar sindiran Dongpyo. Biasanya ia benci ketika dirinya sakit, tapi kali ini berbeda. Mungkin karena ada Dongpyo yang merawatnya.

"Dongpyo."

"Apa?"

"Kamu jangan sakit ya, nanti aku nggak bisa ngerawat kamu."

Jinwoo berucap lagi, "Aku mau sakit terus aja kalau kamu yang ngerawat aku. Hehe."

Satu sentilan mendarat di dahi Jinwoo.

"Apa-apaan, kamu larang aku sakit tapi kamu mau sakit terus!"

Jinwoo sekali lagi hanya cengengesan. Hm, benar-benar terkontaminasi Lee Felix ini.

"Eh, tapi jangan deh. Kalau sakit aku jadi nggak bisa jagain kamu 'kan ya? Hehe."

Haha hehe haha hehe mulu ya kamu. Tidak tahu saja Dongpyo sudah ingin kabur saking malunya.

Dulu kok bisa dia pacaran sama Jinwoo ya?


( • )

Mampir ke work sebelah hayu :°>

Don't know you ✓ | ljw • sdpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang