******
Zaroon kini tengah menemani Helly diruangannya bersama dengan Hanny. Gadis kecil itu selalu terlihat sedih saat melihat kakak yang sangat disayanginya hanya terbaring kaku tak berdaya.
"Han, kau belum makan siang kan sepulang sekolah tadi?" tanya Zaroon.
Hanny menjawabnya dengan menggeleng lemah.
"Kau harus makan ya. Kak Zaroon akan belikan makanan untukmu diluar" ucap Zaroon, dan Hanny hanya mengangguk.
"Tidak perlu Zaroon. Aku sudah bawakan makanan untuk Hanny"
Suara Varun terdengar dari balik pintu, pria itu datang dambil membawa satu kantong plastik."Han, ini kak Varun belikan makanan kesukaanmu. Spagheti bolognese dan juga pasta. Makanlah" Varun memberikan kantong plastik yang berisikan makanan itu pada Hanny, tapi gadis itu malah menggelengkan kepalanya dengan acuh.
"Tidak, aku tidak lapar. Kau makan saja sendiri!" ketus Hanny dan kembali mengusap tangan Helly.
"Hanny, kau tidak boleh seperti itu. Makanlah sekarang. Kak Varun sudah membelikan makanan padamu jadi hargai dia" pinta Zaroon sambil mengusap dahi Hanny.
Sedangkan Varun hanya tersenyum saat menatap Hanny yang terdiam dan sedikit cemberut. Wajahnya begitu lucu dan imut, benar benar mirip seperti wajah kakaknya.
"Hanny sayang, aku tahu kau lapar. Dan kau tidak akan bisa menolak semua makanan kesukaanmu ini kan? Ambilah" pinta Varun lagi.
Hanny kemudian melirik kearah Varun dengan ragu, lalu perlahan mengambil kantong plastik berisikan makanan itu.
"Terimakasih" ucapnya.Varun hanya tersenyum dan mengacak puncak kepala Hanny dengan gemas. Sedangkan Hanny, perlahan gadis itu mulai menunjukan senyumnya.
"C'mon kau duduk dan makanlah disofa sana" tunjuk Varun pada arah sofa, Hanny hanya mengangguk dengan Zaroon yang menuntunnya untuk makan.
Varun tersenyum melihatnya, pria itu kemudian duduk mendekat disamping Helly sambil memeluk dan mencium tangannya. Seketika senyuman pria itu menghilang saat menatap Helly, raut wajahnya berubah menjadi sedih.
"Hel, bangun. Sampai kapan kau akan menutup matamu seperti ini? Aku..aku tidak sanggup melihatnya" lirih Varun bersamaan dengan air matanya yang perlahan jatuh.
Sedangkan Hanny yang sedang menyantap makanannya tertegun saat mendengar perkataan Varun yang sampai ditelinganya. Wajah gadis itu terlihat kembali sedih saat mengetahui bahwa Varun menangis untuk kakaknya.
"Kak Varun, jangan menangis. Kakak ku pasti akan sembuh. Percaya padaku.." bisik Hanny.
Mendengar suara Hanny, Varun dan juga Zaroon menoleh menatapnya. Varun tersenyum dan kemudian menghampirinya. Pria itu berjongkok dihadapan Hanny yang sedang duduk.
"Kau juga jangan menangis. Bagaimana bisa kau akan menikmati makananmu jika kau meneteskan air mata seperti ini, hm?" ucap Varun dan mengusap air mata dipipi Hanny.
Hanny tersenyum dan mengangguk pada Varun, "Aku sedih melihat kau menangisi kakak ku. Aku sekarang tahu, kau sudah menyesali semua perbuatanmu pada kakak ku. Dan kau sangat menyesalinya. Aku ingat kata guru disekolahku, setiap orang harus bisa memberi maaf. Tuhan saja bisa memaafkan hambanya, tapi kenapa manusia biasa tidak bisa? Dan memilih menaruh benci dan dendam dihatinya"
Varun tertegun mendengarnya, pria itu merasa jika Hanny sangat pintar seperti kakaknya. Dulu pria itu selalu membuat gadis kecil ini menangis, membiarkannya sendirian tanpa Helly. Mengingat itu kembali, membuat Varun semakin sesak. Pria itu kemudian meraih tubuh mungil Hanny dan memeluknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
SLOWLY DESTROY [END]
Romance[COMPLETED] Adult! "Aku membutuhkan tangisan dan kehancuranmu lebih dari apapun" -- Varun Edward Levino DONT COPY PASTE! {Ditulis tanggal: 6 Juni 2019 Selesai ditulis: 17 Agustus 2019} Chirkoot.