53. Proyek

2.2K 70 1
                                    

******

"Varun, aku ingin bicara denganmu!"
Teja masuk keruangan Varun begitu saja dengan tergesa gesa.

Varun merasa tidak suka dengan sikap Teja, "Kau kalau masuk ketuk pintu dulu, yang sopan jangan main masuk saja!" perintah Varun dengan tegas.

"Maaf maaf, aku hanya perlu bicara denganmu" Teja mendekati Varun sambil menyentuh lengannya.

"Katakan"

"Apa yang kau lakukan dengan wanita bernama Helly itu? Aku tahu kalian punya hubungan lain kan?" tanya Teja.

Mendengar itu, Varun memalingkan pandangannya dan menjauh.
"Apa maksudmu Teja? Aku tidak ada hubungan apapun dengannya"

"Jangan berbohong Var, aku melihat direstoran kau dan Helly sedang berciuman!" pekik Teja dengan nafasnya yang memburu.

Varun langsung terkejut dan menatap pada Teja, "Ohh.. jadi kau mengikutiku dan Helly kemarin?"

"Ya! Aku memang mengikutimu. Aku penasaran dengan hubunganmu dan dia. Varun, aku menyukaimu sejak dulu. Jangan berpaling dariku" lirih Teja sambil menggenggam tangan Varun.

"Jangan lancang ya! Kau lupa? Kita tidak pernah ada hubungan apapun. Semenjak aku tahu kau selalu memanfaatkan diriku dan mengancamku, aku menjadi benci padamu Teja!" Varun melepas dengan kasar tangan Teja yang menggenggamnya.

"Ck, it's oke! I know i was wrong Varun. Tapi tolong beri aku satu kesempatan lagi, aku tidak akan melakukan hal itu lagi padamu"

Varun kemudian menjauhkan tubuhnya kembali dari Teja sambil mengatur nafasnya.
"Oke, aku memaafkanmu atas kejadian itu. Tapi aku minta kau jangan mengganggu urusan pribadiku Teja, kita hanya rekan kerja saja. Sudah, hanya itu"

"Tapi Varun aku ingin.."

"Kau ingin aku berubah pikiran dan memecatmu juga dari kantorku ini, hm?"

Teja pun terdiam, wanita itu menggeleng dengan lemah.

"Kembali keruanganmu, aku sedang sibuk jangan ganggu aku" pinta Varun dan mendudukan dirinya dikursi sedangkan Teja masih menatapnya, kemudian wanita itu pergi dari ruangan Varun.

Beberapa hari kemudian, Varun melaksanakan pertemuan dengan klien didampingi juga bersama Helly. Semenjak mengingat perkataan Helly saat ditoilet yang lalu, Varun tidak ingin lagi berbicara terlalu banyak dengan Helly. Mungkin pria itu harus bisa mencoba menyadarkan dirinya sendiri, bahwa wanita yang dia cintai tidak mencintainya lagi. Helly hanya mencintai mendiang suaminya, Zaroon. Dan Varun juga sama sekali tidak ingin membuat Helly terlalu banyak beban karena memikirkannya.

Saat ini usai meeting, Varun mendapatkan proyek besar yang akan dilaksanakan diluar kota dua hari lagi. Helly pun meminta agar dirinya ikut antisipasi dalam proyek ini dan membantu Varun, wanita itu akan membantunya dalam mendapatkan proyek tersebut. Varun lalu menyetujuinya, mereka kemudian berangkat ke Manhattan dan sampai pada malam hari. Karena pertemuan diadakan besok, Varun memesan kamar hotel untuk beristirahat namun karena sudah terlambat datang kamar hanya bisa disewa satu.

"Istirahatlah Hel, besok kita harus bersiap mendapatkan proyek itu" ucap Varun sambil menatap Helly yang sudah berada diatas ranjang.

"Lalu kau tidur dimana sir?" tanya Helly.

"Disofa, dimana lagi aku akan tidur? Atau kau.. keberatan satu kamar denganku? Kalau begitu aku bisa tidur diluar" Varun hendak mengambil bantal dan beranjak pergi, namun Helly mencegahnya.

"A..apa maksudmu? Bukan begitu. Aku kan hanya bertanya saja sir. Kau tidurlah disofa" jawab Helly sambil menundukan kepalanya.

"Baiklah"
Varun pun mulai membaringkan tubuhnya diatas sofa, begitu juga dengan Helly yang berada diatas ranjang. Varun sudah menutup matanya, sedangkan Helly masih memandangnya.

'Varun, kau tampan sekali saat sedang tidur seperti ini. Wajah manismu tidak pernah berubah, kau masih sama. Hanya saja kau sedikit lebih dingin. Baiklah, selamat malam'

Keesokan harinya, Helly sudah merias dirinya dicermin untuk bersiap pergi, sedangkan Varun masih dikamar mandi. Helly menatap pantulan tubuhnya yang sempurna dari cermin.

"Oke! I'm ready!" serunya.

Varun keluar dari kamar mandi dengan memakai boxernya saja, pria itu mengarah menuju cermin sambil mengusap rambutnya yang basah dengan handuk. Helly? Wanita itu gugup saat menatap tubuh sixpack Varun yang tersuguh dihadapannya.

Varun kemudian menyemprotkan spray ketubuhnya, aroma itu begitu memabukkan bagi Helly. Ingin sekali rasanya Helly menyentuh tubuh kekar itu sekarang juga. Namun Helly tidak ingin itu sampai terjadi dan membuat dirinya kembali merasa malu, dengan cepat dia mengambil tasnya.

"Sir, kau bersiaplah. Aku..aku akan tunggu diluar" ucap Helly dan berlalu dengan cepat tanpa menatap pada Varun.

Varun menatap kepergian Helly dengan wajah datarnya.
"Aku tidak tahu, sebenarnya kau masih menginginkan diriku atau tidak Hel.."

Tbc..

SLOWLY DESTROY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang