******
Pagi harinya, Helly kembali untuk bekerja seperti biasanya. Namun wanita itu merasa gugup sekali jika bertemu apalagi menatap bosnya itu, yang kemarin telah sangat berani dia cium bahkan tanpa izin dari sang pemilik. Helly membenarkan letak heelsnya yang menggunakan hak sedikit tinggi. Wanita itu kini sudah rapi dengan pakaian ala kerjanya, tanktop putih yang melekat ditubuhnya dan ditutupi dengan blazer berwarna hitam, juga celana panjang hitam yang menutupi kaki jenjangnya. Helly membiarkan rambut pirangnya yang bergelombang tergerai dengan indah.
Helly berjalan dengan perlahan menuju ruangannya, namun dia berpapasan dengan Teja yang menatapnya dengan tak suka.
"Oh jadi ini, sekretaris baru sir Varun?" ucapnya.
Helly hanya diam dan berusaha tersenyum pada Teja.
"Hay Teja, aku..""Sudah jangan banyak bicara, kau sudah merebut posisiku disini ya!" gertaknya.
"A..apa? Tidak sama sekali. Aku tidak merebut apapun darimu, kau salah paham" jawab Helly.
"Dasar!" umpat Teja dan langsung pergi dari hadapan Helly.
Sedangkan Helly menatap punggung Teja yang telah berlalu keruangannya sendiri, Helly menaikan bahunya dengan bingung kemudian menuju ruangannya sendiri untuk bekerja.
Helly mendudukan dirinya dikursi kerjanya, lalu mulai mengerjakan beberapa proposal yang harus diselesaikan hari ini. Selang beberapa menit, telfon kantor diruangannya pun berdering.
'Halo, dengan sekretaris Helly'
'Hel, ini aku. Pergilah keruanganku sekarang, aku membutuhkan bantuanmu. Dan bawa juga proposal yang kau buat hari ini padaku'
'Sir Varun? Ba..baiklah aku kesana'
Helly pun menutup telfonnya dengan cepat, kemudian pandangannya beralih melihat Varun lewat ventilasi. Pria itu tengah duduk bersantai dikursi kebesarannya. Helly meneguk ludahnya dengan susah payah, sekarang beranikah dirinya bertemu dengan pria itu setelah kejadian kemarin?
"Kau membuat kesalahan besar kemarin Hel! Andai saja kau bisa mengendalikan dirimu, pasti kau tidak akan gugup sekaligus takut seperti ini. Sialan!" umpat Helly pada dirinya sendiri, kemudian wanita itu menuju ruangan Varun walau dengan jantung yang berdegup tak beraturan.
"Masuk saja" pinta Varun.
Helly pun mendekati Varun sambil menunduk malu.
"A..ada yang bisa kubantu sir?""Kau sudah menyelesaikan proposal untuk meeting hari ini?"
"Be..belum sir, aku baru menyelesaikannya setengah" jawab Helly masih dengan menunduk dan menatap Varun dengan malu malu.
Melihat tingkah Helly sekarang ini membuat Varun ingin sekali langsung meledakan tawanya. Tapi pria itu hanya bisa terkekeh geli menatap ekspresi Helly yang gugup mengingat kejadian kemarin.
"Hei, kenapa kau menunduk seperti itu? Jika sedang berbicara tataplah kedua mata lawan bicaramu, jangan seperti itu. Kau tidak sopan Hel" gertak Varun dengan sengaja.
Helly pun langsung menaikan kepala sekaligus pandangannya untuk menatap pada Varun, walau masih dengan kegugupannya.
"So..sorry sir"
Varun tersenyum pada Helly, kemudian memberikan satu kursi dan menaruhnya disamping.
"Duduklah dan selesaikan proposalmu Hel, aku ingin melihat bagaimana kinerjamu disini. Setelah kau menyelesaikannya, kita akan pergi meeting dua jam lagi. Kerjakan dengan cepat yaa.." pintanya.
Sedangkan Helly merasa semakin gugup saat Varun menyuruhnya bekerja diruangannya.
"Tapi kenapa diruanganmu sir? A..aku bisa mengerjakannya diruanganku, aku janji akan selesai dalam waktu cepat" bantah Helly."Aku kan sudah bilang, aku ingin melihat kinerjamu. Apa kau ingin terus membantah atasanmu Hel?"
Mendengar itu, Helly tidak bisa berbicara apapun lagi. Wanita itu menarik kursi dan duduk disamping Varun, namun Helly menjauhkan sedikit letak kursinya agar tidak terlalu dekat dengannya.
"Cepat kerjakan, aku juga akan mengecek berkas proyek yang akan kita bawa nanti saat meeting" ucap Varun, dan Helly hanya mengangguk dan mulai menyelesaikan proposalnya.
Varun mengambil map biru yang berisikan berkas kantornya, pria itu mengecek semuanya dengan runtut namun matanya yang nakal itu sesekali mencuri pandang pada Helly yang sedang sibuk dengan pekerjaannya. Varun tersenyum saat menatap wajah Helly yang semakin cantik saat dia sedang serius. Saat Helly tak sengaja menoleh padanya, Varun pura pura tak menatapnya dengan menutupi wajahnya dengan map.
Ingin sekali rasanya sekarang juga Varun memeluk tubuh mungil Helly dan membawanya kedalam dekapan hangatnya. Tapi Varun tidak ingin bertindak gegabah seperti itu, Varun ingin agar Helly sendiri yang ingin berada dalam dekapan hangatnya. Varun masih ingin mengetes beberapa pada Helly, apakah benar Helly masih sangat mencintainya dan juga seberapa besar wanita itu menginginkannya.
Setelah dua jam berlalu, mereka pun bersiap untuk meeting. Helly juga telah menyelesaikan pekerjannya dengan cepat.
"Kita meeting dengan klien dimana sir?" tanya Helly.
"Direstoran" jawab Varun.
"Ayo ikut aku" lanjutnya.Helly pun mengangguk dan mengikuti langkah Varun. Mereka pun berjalan menuju keluar, namun Teja tak sengaja melihat mereka yang akan pergi.
"Kemana Varun bersama dengan wanita itu? Oh astaga, aku baru ingat kalau Varun ada meeting hari ini. Ck, harusnya aku yang bersama Varun untuk pergi bertemu klien bukan wanita itu! Sial! Aku akan mengikuti mereka, aku penasaran dengan hubungan mereka apa ada hal yang lebih atau mereka hanya rekan kerja saja. Aku akan mencari tahu sekarang juga!"
Teja pun mengambil tasnya dan memanggil taksi untuk mengikuti mobil Varun dan Helly yang melaju menuju restoran.
Tbc..
KAMU SEDANG MEMBACA
SLOWLY DESTROY [END]
Romansa[COMPLETED] Adult! "Aku membutuhkan tangisan dan kehancuranmu lebih dari apapun" -- Varun Edward Levino DONT COPY PASTE! {Ditulis tanggal: 6 Juni 2019 Selesai ditulis: 17 Agustus 2019} Chirkoot.