Now Playing : Day One - Alina Smith
Happy Reading!
•••
Pagi ini Mila sudah bersiap dengan kemeja putih dengan rok sekolahnya, dia sengaja tidak menggunakan rok hitam karna tidak ingin ketahuan dengan Mamanya. Dia menggunakan hoodie navy untuk menutupi kemejanya.
Dengan gerak cepat Mila keluar kamar dan langsung keluar rumah, saat dia mengendap-endap untuk membuka pager tiba-tiba saja Tomy memanggilnya membuat Mila berhenti.
"Kenapa jalannya pelan gitu?" tanya Tomy.
Mila mengedarkan penglihatannya untuk mencari alasan.
"Nyari sepatu," jawab Mila asal tanpa membalikkan badannya.
"Kalau ngomong sama orang, liat orangnya Mila, bukan di belakangi gini."
Mila memutar tubuhnya lalu menatap Tomy.
Tomy melihat banyak kekecewaan yang ada di mata Mila. Seperti anaknya sudah lelah dengan semua ini. Sudah sepuluh tahun Tomy tidak menatap mata Mila seperti ini, mata yang biasanya memancar keceriaan kini hanya kesedihan yang mendalam. Bahkan banyak orang yang mengira kalau Mila ini anak yang ramah dengan wajahnya yang polos, makanya banyak orang yang mendekati Mila awalnya, tetapi ketika berbicara dengan Mila akan terasa kalau Mila jauh dari kata ramah, dia sangat dingin tak tersentuh.
"Papa rindu Mila yang dulu," ucap Tomy membuat Mila menegang, terkejut dengan ucapan Papanya.
Mila melihat bahwa Tomy sedikit menangis, air matanya terjatuh di pipi, ia tidak suka melihat kesedihan ini, ia benci dengan kehidupannya ini, walaupun ia sudah mulai menerima semuanya, tetapi orangtuanya selalu saja membahas yang lalu membuat Mila semakin merasa bersalah.
"Nggak ada yang berubah," balas Mila dengan tenang, walaupun dia sedikit tegang.
"Ada yang berubah, putri tunggal Papa berubah, lebih cantik," ujar Tomy sembari menghapus air matanya dan tersenyum. Dia kelepasan untuk berbicara seperti itu, dia yakin kalau anaknya masih membenci dirinya.
Hening.
Tidak ada yang berbicara, bahkan Mila tidak mau menatap Papanya. Lalu Mila berjalan keluar untuk pergi, meninggalkan Tomy yang masih mematung di tempatnya.
•••
"Kalian berdua, Bunda anter aja ya sekolahnya, Bunda hari ini nggak sibuk," ujar wanita paruh baya yang sedang menikmati sarapan bersama kedua anaknya.
Andra terkejut dengan ucapan Bundanya, padahal hari ini ia sudah niat untuk membolos.
"Andin aja, Andra ada urusan Bun, pulang malem juga," balas Andra.
"Lo kapan sih pulang sore?" sindir Andin, adik Andra yang selisih empat tahun.
"Sirik aja lo, gue kan punya temen, nggak kayak lo," ucap Andra tak mau kalah.
"Gue punya temen, tapi gue tau waktu nggak segila lo, main mulu nggak inget pulang."
"Gue main juga dirumah Bagas, Bunda udah tau, gue mah mana pernah keluar nggak jelas."
"Halah ngibul lo! Di depan Bunda aja bilangnya main dirumah Bang Bagas, padahal lagi main cewek."
"Lah gue ganteng, banyak yang suka."
"Gue tusuk muka lo ya!"
"Lo yang gue tusuk duluan!"
"Liat aja pas lo tidur, gue tusuk muka lo sampe ancur!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MILANDRA
Teen FictionJANGAN PLAGIAT CERITA ATAU COVER, KARNA INI AKU IDE SENDIRI. ••• (PROSES REVISI) Mila Eliana Zahara, perempuan yang selalu disebut sebagai "Pembawa Sial" dan selalu disudutkan dalam berbagai hal. Termasuk Pem-bully-an yang sudah menjadi makanan Mila...